1. Kemungkinan Besar Akan Timbulnya Revolusi
Masalah politik, ekonomi dan sosial yang mungkin menimbulkan
revolusi di Indonesia rasanya tak perlu kita kupas lagi, karena sudah beberapa
kali kita terangkan di atas. Cukuplah dikemukakan kesimpulan yang di bawah ini.
1. Kekayaan dan kekuasaan sudah tertumpuk ke dalam genggaman
beberapa orang kapitalis.
2. Rakyat Indonesia semuanya makin lama semakin miskin,
melarat, tertindas dan terkungkung.
3. Pertentangan kelas dan kebangsaan makin lama semakin
tajam.
4. Pemerintah Belanda makin lama semakin reaksioner.
5. Bangsa Indonesia dari hari ke hari semakin bertambah
kerevolusionerannya dan tak "mengenal damai".
Karena dugaan bahwa imperialis Belanda dengan tiba-tiba
menjadi cerdas, cerdik dan sanggup mengadakan islah-islah yang merugikan
kapitalis besar dapat dipandang sebagai khayal dalam "Cerita Seribu Satu
Malam" maka proses revolusi yang berlangsung sekarang tidak akan tertahan.
Sebaliknya, perjalanan makin lama semakin pesat dan tiap-tiap waktu pecahnya
revolusi boleh diharapkan.
Apalagi sebagian dari revolusi itu sudah terbukti. Beberapa
pemberontakan yang pecah dengan sendirinya di Jawa dan Sumatera selama 300
tahun dalam "keberkahan" imperialisme Belanda adalah akibat
perbenturan kelas dan kebangsaan yang pada mulanya berupa pemberontakan agama.
Juga kekacauan politik semenjak 15 tahun, ini berupa berbagai hasutan dan aksi
dan yang lebih jelas berupa niatan dan perbuatan anarkis di Jawa dan pembunuhan
atas pegawai-pegawai Pamong Praja di Sumatera Barat yang melunturkan
kepercayaan terhadap kekebalan imperialisme Belanda, semuanya tergolong akibat
perbenturan kelas dan kebangsaan.
Akan tetapi, perbenturan besar antara kelas dan kebangsaan
yang dahsyat, pecah semata-mata karena pertentangan itu sendiri dan bersifat
modern, yaitu berupa "revolusi", belum terjadi di Indonesia!
Kelak ia pasti melanda seluruh kepulauan ini dan
meletus-letus dengan sendirinya.
2. Sifat Revolusi Indonesia yang Akan Timbul
Bagaimana rupa revolusi itu? Apakah sifat-sifatnya yang
ditunjukkan bila ia meletus besok atau lusa? Inilah yang harus kita, sebagai
revolusioner, tanyakan kepada diri sendiri dan menjawabnya sekali, jika kita
mau menjauhi politik "terombang-ambing" seperti Douwes Dekker dan
Tjokroaminoto. Menurut jawaban atas pertanyaan itu, kita tempa alat-alat
revolusi, yaitu program organisasi dan taktik kita.
Pengupasan yang cocok betul atas masyarakat Indonesia
merupakan syarat terutama untuk mendapat perkakas revolusi. Hal itu pulalah
yang menjadi syarat pertama yang mendatangkan kemenangan revolusi kita.
Jika pengupasan itu tidak sempurna atau kita keliru dengan
ramalan dan kesimpulan kita, kemenangan itu tidak akan pasti atau sebentar
saja. Kita tak mempunyai horoskop yang dapat melihat peristiwa yang bakal
terjadi layaknya ahli nujum meramalkan kehidupan seseorang di kemudian hari.
Akan tetapi, dengan Marx dan Lenin sebagai penunjuk jalan dapatlah kita
tentukan sedikit garis-garis besar dari revolusi di Indonesia (melihat tingkat
kecerdasan kapitalisme pada waktu ini).
Tentulah revolusi itu akan berbeda dengan
"Pemberontakan Maroko". Hal ini benar sekali sebab Indonesia tenaga
produksinya lebih tinggi (industri, pertanian, pengangkutan dan keuangan yang
besar kuat) daripada negeri tani kecil dan gembala domba seperti Maroko. Juga
Indonesia, terutama Jawa, tidak berpegunungan yang dapat didiami dan gurun
pasir luas tempat kaum revolusioner menyembunyikan diri bertahun-tahun untuk
kemudian setiap saat dapat meneruskan perang gerilya.
Dan lagi, ia tak akan berupa revolusi proletar sejati
seperti di Jerman, Inggris dan Amerika (yang penduduknya sebagian besar terdiri
dari kaum buruh) karena kapital Indonesia masih terlalu muda, belum subur dan
masih lemah. Oleh karena itu, kaum buruh kita kalau dibandingkan dengan kaum
buruh di negeri Barat, jauh ketinggalan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Tambahan pula, keadaan kaum yang bukan buruh yang juga akan turut mengadakan
revolusi masih ada di dalam zaman revolusi borjuasi dan revolusi nasional.
Revolusi kita juga tidak akan menyamai revolusi borjuasi
seperti di Prancis tahun 1789 karena borjuasi kita masih terlampau lemah dan
feodalisme sebagian besar sudah dimusnahkan oleh imperialisme Belanda. Juga ia
tidak akan menyamai Revolusi Prancis tahun 1870 karena kita agaknya mempunyai
tenaga-tenaga produksi lebih cerdas, tambahan lagi nisbah sosial sangat
berlebihan.
Akan berlainan pula ia dengan Revolusi Rusia yang
feodalismenya boleh dikatakan lemah dan borjuasinya muda yang oleh perang
bertahun-tahun menjadi sangat mundur, sedangkan kaum buruhnya muda, gembira dan
dididik menurut aturan Lenin. Kita harus berjuang melawan imperialisme Barat
meskipun kecil, ia tak boleh diabaikan sebab ia mempunyai tipu kelicinan dan
suka menjadi "pelayan" imperialisme Inggris yang besar itu.
Ia akhirnya tidak akan menjadi revolusi politik semata-mata
seperti yang biasa akan terjadi di India, Mesir dan Filipina, yaitu borjuasi
bumiputra merebut kekuasaan politik saja (kekuasaan parlemen) karena kapitalis
nasionalnya kuat dan kaum intelektualnya sudah lebih banyak daripada di
Indonesia.
Revolusi Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa
feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim.
Ia juga didorong oleh kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang
menindas dan menghina mereka.
Pati revolusi (sekurang-kurangnya di Jawa) harus dibentuk
oleh kaum buruh industri modern, perusahaan dan pertanian (buruh mesin dan
tani). Benteng-benteng politik, terutama ekonomi imperialisme Belanda, hanya
dapat dipukul oleh kaum buruh. Di sekitar kaum bumi itu berbaris kaum borjuasi
kecil yang mundur maju tak pungguh hala (Kaum borjuis akan menurut bila mereka
tahu akan memperoleh kemenangan; itu pun di belakang sekali. Pun kalau mereka
sungguh suka turut. Lebih dari itu "tidak" dan jangan diharap).
Revolusi Indonesia yang memperoleh kemenangan akan
mendatangkan perubahan yang tepat dalam perekonomian, politik dan sosial pada
waktu kecerdasan kapitalistis menghadapi krisis. Bila kaum buruh kita tetap
giat, dapatlah mereka memegang peran yang terpenting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar