Adsense

Pages - Menu

Tampilkan postingan dengan label Karya Tan Malaka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karya Tan Malaka. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2014

SI Semarang dan Onderwijs (1921)

Kekuasaan Kaum – Modal Berdiri atas didikan yang berdasar kemodalan.
Kekuasaan Rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan didikan kerakyatan.
Kata Pengantar Penerbit

Lagi sebuah buku kecil (brosur) Tan Malaka berjudul “SI Semarang dan Onderwijs”, yang ejaan lama telah kita sesuaikan dengan ejaan baru, dan juga telah kita tambah dengan daftar arti kata-kata asing hal 34-36.
Brosur ini diterbitkan di Semarang pada tahun 1921 oleh Serikat Islam School (Sekolah Serikat Islam). Karya pendek Tan Malaka ini sudah termasuk: “Barang Langka”. Brosur ini merupakan pengantar sebuah buku yang pada waktu itu akan ditulis oleh Tan Malaka tentang sistem pendidikan yang bersifat kerakyatan, dihadapkan pada sistem pendidikan yang diselenggarakan kaum penjajah Belanda. Bagaimana nasib niat Tan Malaka untuk menulis buku tentang pendidikan merakyat itu, kami sebagai penerbit kurang mengetahuinya. Mungkin Tan malaka tidak sempat lagi menulisnya karena tidak lama kemudian beliau dibuang oleh penjajah Belanda karena kegiatan perjuangannya dan sikapnya yang tegar anti kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme. Terserah kepada penelitan sejarah Bangsa Indonesia nantinya untuk menelusuri perkara ini. Yang jelas tujuan Tan Malaka dalam pendidikan ialah menciptakan suatu cara pendidikan yang cocok dengan keperluan dan cita-cita Rakyat yang melarat !

Menuju Republik Indonesia (1925)

INTERUPSI
Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya.
Kepada para pembaca !
Mula-mula buku ini dikeluarkan penuh dengan kesalahan-kesalahan cetak. Di sana sini akan terdapat juga kata-kata atau kalimat-kalimat yang sangat asing kedengarannya bagi kuping seorang Belanda asli bagi kesalahan ini perlu saya kemukakan alasan-alasan sebagai berikut :
Buku ini dicetak dan dikoreksi oleh kawan-kawan Tionghoa yang tidak pernah mendengar bahasa Belanda.
Percetakan mereka mempunyai persediaan huruf Latin sangat sedikit.
Dan yang terakhir, penulis ini dalam perantauannya selama tiga tahun akhir-akhir ini tidak pernah melihat bacaan atau surat kabar Harian Belanda dan Asia ini juga tidak pernah menjumpai seorang manusia yang mengerti “bahasa dunia” ini, apalagi berbicara.

Semangat Muda (1926)

Tulisan ini kembali hadir di tengah-tengah teman-temah pergerakan di Indonesia setelah 60 tahun hilang dari Indonesia, ditemukan kembali oleh sebagian kawan-kawan yang masih berusaha mencari tulisan-tulisan klasik dari jaman kejayaan gerakan buruh di Indonesia era 1920an, diharapkan akan menjadi tenaga tambahan karena gerakan di Indonesia yang masih kekurangan teori mengenai ke Indonesiaan walaupun mungkin dalam banyak hal telah berubah apakah itu sistem kapitalis dan juga mengenai kondisi masyarakat Indonesia. Hidup persatuan yang teguh dari semua kelompok yang anti Kapitalisme, Imperialisme dan NeoLiberalisme, Hidup persatuan antara gerakan kiri di Indonesia, hilangkan konflik lama yang akan merugikan gerakan buruh di Indonesia ......... MERDEKA 100%
Kontributor,
"Pacar Merah Indonesia" 
----------------------


Semangat Muda (sambungan)

F. Polisi dan Justisi. 
1. Memisahkan Pemerintah dari Polisi dan Justisi.
2. Memberi hak-sempurna kepada tiap-tiap Pesakitan, buat mempertahankan diri di muka Hakim, dan melepaskan seorang tertuduh dalam 24 jam, apabila keterangan dan saksi kurang cukup.
3. Semua Perkara, yang wettig (mempunyai cukup dasar hukum) mesti diperiksa dalam 5 hari pada tempat yang umum, teratur dan patut. 

G. Aksi-Program. 
1. Menuntut 7 jam kerja.
2. Minimum Gaji dan perbaikan Kerja dan Hidupnya Kaum Buruh.
3. Mengakui Federasi Serikat Buruh dan hak Mogok.
4. Mengatur Tani buat hak-ekonomi dan politik.
5. Menghapuskan Punale Sanctie (pidana terutama atas penolakan untuk melakukan pekerjaan dan melarikan diri - catatan editor).
6. Menghapuskan hukum-hukum dan peraturan-peraturan buat menghambat pergerakan politik, seperti Exorbitante-Stakings-Pers (sensor media - catatan editor) dan Onderwyswetten dan mengaku hak leluasa buat bergerak.
7. Menuntut hak membikin demonstrasi. Massa demonstrasi (ramai-ramai) di seluruh Indonesia buat melawan Tindasan Bergerak dan Pajak dan buat melepaskan semua pemimpin Rakyat yang dibui dan mengembalikan semua pemimpin Rakyat yang dibuang, massa aksi mana harus dikuatkan oleh Mogok-Umum dan Massa-ongehoorzaamheid (tak menurut perintah pemerintah).
8. Menuntut menghapuskan Volksraad (dewan penasehat untuk Netherlands East Indie yang dibentuk oleh Belanda - catatan editor), Raad van Indie (Council of Indies atau Dewan Hindia yang dibentuk untuk mengawasi Gubernur-Jendral VOC - catatan editor) dan Algemeene Secretarie (Seketratis Jendral - catatan editor) dan memanggil Rapat Rakyat (Nasional Assembly) dari mana nanti akan dipilih Anggota Menjalankan Hukum (Komite Eksekutif), yang bertanggungan kepada Rapat Rakyat. 

Aksi Massa (1926)

DAFTAR ISI



II. IKHTISAR TENTANG RIWAYAT INDONESIA
Pengaruh Luar Negeri
Bangsa Indonesia yang Asli
Pengaruh Hindu
Kegundahan (Pesimisme) Empu Sedah
Tarunajaya
Diponegoro

III. BEBERAPA MACAM IMPERIALISME
Berbagai Cara Pemerasan dan Penindasan
Sebab-Sebab Perbedaan
Akibat dari Berbagai Macam Cara Pemerasan dan Penindasan
India
Filipina
Indonesia

IV. KAPITALISME INDONESIA
Kapitalisme yang Masih Muda
Tumbuh Tidak dengan Semestinya
Kapital Indonesia Itu Internasional

V. KEADAAN RAKYAT INDONESIA
Kemelaratan
Kegelapan
Kelaliman dan Perbudakan


VII. KEADAAN POLITIK
Tinjauan ke Belakang
Pokok Undang-Undang Minangkabau
Perwakilan Rakyat atau Soviet
Dewan "Rakyat" Kita!
Harapan kepada Badan Perwakilan Rakyat

VIII. REVOLUSI DI INDONESIA
Kemungkinan Besar Akan Timbulnya Revolusi
Sifat Revolusi Indonesia yang Akan Timbul

IX. PERKAKAS REVOLUSI KITA
Partai dan Sifat-Sifatnya
Program Nasional Kita
Tugas dan Organisasi Partai

X. SEKILAS TENTANG GERAKAN KEMERDEKAAN DI INDONESIA
Kegagalan Partai Borjuis
Budi Utomo
National Indische Party
Sarekat Islam
Bagaimana Sekarang?
De Indonesische Studieclub




Sumber :


Aksi Massa - PENGANTAR PENULIS

Alles was besteht ist wert,
dass es zu Gruende geht.
(Mephistopheles)

Asia sudah bangun!

Lambat laun bangsa-bangsa Asia yang terkungkung itu tentu akan memperoleh kebebasan dan kemerdekaan. Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan bilamana dan dimana bendera kemerdekaan yang pertama akan berkibar. Siapa yang menyelidiki sedalam-dalamnya perekonomian Timur, politik dan sosiologi akan dapat menunjukkan halkah rantai yang selemah-lemahnya dalam rentengan rantai panjang yang mengikat perbudakan Timur. Indonesialah halkah rantai yang lemah itu. Di Indonesia benteng imperialisme Barat yang pertama dapat ditempur dengan berhasil.
Imperialisme Belanda lebih tua dan lebih kuno dari pada imperialisme Inggris dan Amerika, dipisahkan oleh satu lembah yang tak dapat diseberangi dari jajahannya. Negeri Belanda, karena tidak mempunyai bahan-bahan untuk industrinya, dari dahulu hanya mengusahakan per­tanian dan perdagangan.

Aksi Massa - I. REVOLUSI

Revolusi itu bukan sebuah ide yang luar biasa, dan istimewa, serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang dalam membangun revolusi, melaksanakan atau memimpinnya menuju kemenangan, tak dapat diciptakan dengan otaknya sendiri. Sebuah revolusi disebabkan oleh pergaulan hidup, suatu akibat tertentu dari tindakan-tindakan masyarakat. Atau dalam kata-kata yang dinamis, dia adalah akibat tertentu dan tak terhindarkan yang timbul dari pertentangan kelas yang kian hari kian tajam. Ketajaman pertentangan yang menimbulkan pertempuran itu ditentukan oleh pelbagai macam faktor: ekonomi, sosial, politik, dan psikologis. Semakin besar kekayaan pada satu pihak semakin beratlah kesengsaraan dan perbudakan di lain pihak. Pendeknya semakin besar jurang antara kelas yang memerintah dengan kelas yang diperintah semakin besarlah hantu revolusi. Tujuan sebuah revolusi ialah menentukan kelas mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik dan ekonomi, dan revolusi itu dijalankan dengan "kekerasan".
Di atas bangkai yang lama berdirilah satu kekuasaan baru yang menang. Demikianlah, masyarakat feodal didorong oleh masyarakat kapitalistis dan yang disebut lebih akhir ini sekarang berjuang mati-matian dengan masyarakat buruh yang bertujuan mencapai "satu masyarakat komunis yang tidak mempunyai kelas", lain halnya jika semua manusia yang ada sekarang musnah sama sekali tentulah terjadi proses : werden undvergehen, yakni perjuangan kelas terus-menerus hingga tercapai pergaulan hidup yang tidak mengenal kelas (menurut paham Karl Marx).

Aksi Massa - II. IKHTISAR TENTANG RIWAYAT INDONESIA

1. Pengaruh Luar Negeri
Riwayat Indonesia tak mudah dibaca, apalagi dituliskan. Riwayat negeri kita penuh dengan kesaktian, dongengan-dongengan, karangan-karangan dan pertentangan. Tak ada seorang jua ahli riwayat dari Kerajaan Majapahit atau Mataram yang mempunyai persamaan dengan ahli riwayat bangsa Roma kira-kira di zaman 1400 tahun yang silam, seperti Tacitus dan Caesar. Kita terpaksa mengakui bahwa kita tak pernah mengenal ahli riwayat yang jujur.
Paling banter kita cuma mempunyai tukang-tukang dongeng, penjilat-penjilat raja yang menceritakan pelbagai macam keindahan dan kegemilangan supaya tertarik hati si pendengar.
Tetapi meskipun demikian ada jugalah batas dari karangan-karangan dan putar-memutar kejadian yang sesungguhnya. Tak usah terlampau jauh kita langkahi batas itu, niscaya berjumpalah dengan intisari yang sebenarnya. Demikian jugalah dengan riwayat-riwayat negeri kita. Di antara kekusutan-kekusutan dalam karangan itu, terbayanglah kebenaran, tampaklah Kepulauan Indonesia, kerajaan-kerajaan dan kota-kotanya yang berdiri dan kemudian runtuh, laskar yang berderap-derap, berperang, kalah dan menang, kekayaan, kesentosaan, dan pasang-surut kebudayaan dan seterusnya. Tak dapat dipungkiri bahwa di Malaka, Sumatera dan Jawa berdiri negeri-negeri yang besar. Di Borneo Tengah pun ada satu kerajaan yang agaknya tak seberapa kurangnya dari Kerajaan Majapahit. Di sana berdiri kota-kota yang besar penuh dengan gedung dan perhiasan yang indah-indah, sebagaimana yang dibuktikan oleh barang-barang yang dijumpai di dalam tanah hingga waktu sekarang.

Aksi Massa - III. BEBERAPA MACAM IMPERIALISME

1. Berbagai Cara Pemerasan dan Penindasan
"Tuhan menciptakan dunia menurut gambaran-Nya sendiri".
Orang asing yang menjajah Asia selama 300 tahun adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing dan mereka memerintah negeri-negeri taklukannya dengan berbagai cara. Adapun secara ekonomis, dari dulu sampai sekarang dapat dibagi sebagai berikut.
a. Perampokan terang-terangan, dahulu dilakukan oleh Portugis dan Spanyol.
b. Monopoli, yang dalam praktiknya sama dengan perampokan, masih terus dilakukan oleh Belanda di Indonesia sampai sekarang (± tahun 1926, peny.).
c. Setengah monopoli, mulai dilakukan oleh Inggris di India.
d. Persaingan bebas, mulai dilakukan oleh Amerika di Filipina.
Cara-cara imperialis lain hampir dapat disamakan dengan cara yang tersebut di atas.
Adapun cara penindasan dalam politik adalah seperti di bawah ini.
a. Imperialisme biadab, yakni menghancurkan sekalian kekuasaan politik bumiputra dan menjalankan pemerintahan yang sewenang-wenang, misalnya adalah Spanyol di Filipina.
b. Imperialisme autokratis, yakni yang hampir tak berbeda dengan yang tersebut pasal a seperti Belanda.
c. Imperialisme setengah liberal, yakni imperialisme yang memberikan kekuasaan yang sangat terbatas kepada bumiputra yang berkuasa (raja-raja atau kepala negara yang turun-temurun seperti Inggris di India).
d. Imperialisme liberal, yakni imperialisme yang memberikan kemerdekaan sepenuhnya kepada tuan tanah yang besar serta kepada borjuasi bumiputra yang mulai naik, misalnya adalah imperialisme Amerika di Filipina.

Aksi Massa - IV. KAPITALISME INDONESIA

Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal tak sama dengan kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri, yakni Eropa dan Amerika Utara.
1. Kapitalisme yang Masih Muda
Karena kapitalisme di Indonesia masih muda, produksi dan pemusatannya belumlah mencapai tingkat yang semestinya. Kira-kira seperempat abad belakangan baru dimulai industrialisasi di Indonesia. Baru pada waktu itulah dipergunakan mesin yang modern dalam perusahaan-perusahaan gula, karet, teh, minyak, arang dan timah.
Industri Indonesia, terutama industri pertanian, masih tetap terbatas di Jawa dan di beberapa tempat di Sumatera. Tanah yang luas, yang biasanya sangat subur dan mengandung barang-barang logam yang tak ternilai harganya, seperti Sumatera, Borneo, Sulawesi dan pulau-pulau yang lain masih menunggu-nunggu tangan manusia. Meskipun Pulau Jawa dalam hal perkebunan dan alat-alat angkutan sudah mencapai tingkatan yang tinggi, tetapi umumnya pulau luar Jawa, kecuali Sumatera, masih rimba raya.

Aksi Massa - V. KEADAAN RAKYAT INDONESIA

1. Kemelaratan
Berapa ribu, bahkan berapa ratus ribu rakyat Indonesia yang meringkuk dengan perut kosong di atas balai-balai setiap hari saat melepas lelahnya, tak terjelaskan dengan tepat. Pemerintah punya catatan angka-angka yang lengkap tentang kebun-kebun dan perusahaan yang menguntungkan, terutama nama-nama orang yang wajib membayar pajak, tetapi lupa memberi kepastian tentang penghidupan rakyat seluruhnya. Betul kadang-kadang dibentuk oleh pemerintah suatu panitia, tapi badan itu tak mewakili rakyat, dan tentu saja panitia itu tidak pernah mendakwa kapital besar, meskipun mencela saja. Pemeriksaan "teratur" dan "merdeka" sebagai bukti maksud-maksud yang suci, belum pernah kedengaran.
Jika kita mau tahu berapa jumlah buruh industri, kebun-kebun dan pengangkutan, tentulah dengan jalan itu kita ketahui berapa banyaknya "budak belian kolonial" yang kelaparan di Indonesia sebab sebagian besar dari buruh industri itu miskin, sebab kepada perusahaan besar-besar itu, mereka harus menjual atau menyewakan tanahnya, hingga akhirnya kehilangan tanah dan mata pencaharian.

Aksi Massa - VI. KEADAAN SOSIAL

Kecurangan tukang waning Belanda yang sudah tiga ratus tahun dalam dunia imperialistis yang disebut kolonisator menciptakan pertentangan sosial dan kebangsaan yang satu-satunya di seluruh Asia. Di satu pihak tampak kapital yang beranak pinak dalam pertanian yang sangat modern, dengan produksi yang sangat tinggi dan dengan jalinan hubungan internasional yang bersatu dalam sejumlah sindikat dan trust yang memberi untung yang berlipat ganda. Di lain pihak, tampak kaum tani, pedagang-pedagang kecil dijadikan buruh. Mereka berjubel-jubel sebagai buruh industri di kota-kota dan buruh tani di kebun-kebun. Semua ini melahirkan kesengsaraan, perbudakan dan kegelisahan.
Jika pertentangan kelas yang sebenarnya menyerupai satu jurang yang tak dapat ditimbun, yang di negeri-negeri Barat dan Jepang menimbulkan sosialisme, anarkisme dan bolsyevisme, di Indonesia jurang itu diperdalam lagi oleh pertentangan bangsa Belanda kontra Indonesia. Pertentangan ini, meskipun bukan satu sebab yang terpenting, tetapi mungkin sekali dapat memancing perang-perang kemerdekaan. "Pertentangan" Belanda kapitalist dengan buruh Indonesia, itulah nisbah sosial kita yang berbeda dengan negeri-negeri lain. Pertentangan ini lahir dalam bentuk yang setajam-tajamnya. Ketajaman itu bukan saja disebabkan oleh ketiadaan kapital modern dar bangsa Indonesia, melainkan juga oleh perbedaan agama, bangsa, bahasa, adat istiadat antara penjajah dan si terjajah.

Aksi Massa - VII. KEADAAN POLITIK

1. Tinjauan ke Belakang
"Politik" di Indonesia belum pernah jadi "a common good", kepunyaan umum rakyat. Paham kenegaraan tak pernah melewati segerombolan kecil penjajah Hindu atau setengah Hindu.
Sebagaimana dalam kebanyakan negeri feodalistis di Indonesia, pemerintahan negeri dipegang oleh seorang raja dan komplotannya. Seorang raja sesudah berhasil menjalankan peran "jagoan", lalu mengangkat dirinya jadi raja yang bertuan. Anaknya yang bodohnya lebih dari seekor kerbau atau seorang tukang pelesir, di belakang hari, menggantikan ayahnya sebagai yang dipertuan di dalam negeri. Peraturan turun-temurun ini "lenyap" apabila seorang "jagoan" baru datang menjatuhkan yang lama, dari mengangkat dirinya pula jadi raja.
Konstitusi tidak ada yang menentukan penobatan atau pemaksulan seorang raja dengan menteri-menterinya, serta menetapkan dengan saksama. Semua kekuasaan dan cakupan pengaruhnya bersandarkan pada kekerasan dan kemauan raja, juga kepercayaan dan perhambaan masa. Pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, rakyat sebagai yang dikatakan Lincoln tak pernah dikenal di Indonesia.
Kadang-kadang ada seorang rajalela yang "agak adil" di panggung politik. Akan tetapi, hal ini adalah suatu perkecualian, kebetulan dan keluarbiasaan. Tidak ada yang dapat dilakukan rakyat jika tiada raja yang begitu selain berontak. Indonesia hanya mengenal pemerintahan beberapa orang dan tak pernah mengenal hukum-hukum yang tertulis.

Aksi Massa - VIII. REVOLUSI DI INDONESIA

1. Kemungkinan Besar Akan Timbulnya Revolusi
Masalah politik, ekonomi dan sosial yang mungkin menimbulkan revolusi di Indonesia rasanya tak perlu kita kupas lagi, karena sudah beberapa kali kita terangkan di atas. Cukuplah dikemukakan kesimpulan yang di bawah ini.
1. Kekayaan dan kekuasaan sudah tertumpuk ke dalam genggaman beberapa orang kapitalis.
2. Rakyat Indonesia semuanya makin lama semakin miskin, melarat, tertindas dan terkungkung.
3. Pertentangan kelas dan kebangsaan makin lama semakin tajam.
4. Pemerintah Belanda makin lama semakin reaksioner.
5. Bangsa Indonesia dari hari ke hari semakin bertambah kerevolusionerannya dan tak "mengenal damai".
Karena dugaan bahwa imperialis Belanda dengan tiba-tiba menjadi cerdas, cerdik dan sanggup mengadakan islah-islah yang merugikan kapitalis besar dapat dipandang sebagai khayal dalam "Cerita Seribu Satu Malam" maka proses revolusi yang berlangsung sekarang tidak akan tertahan. Sebaliknya, perjalanan makin lama semakin pesat dan tiap-tiap waktu pecahnya revolusi boleh diharapkan.
Apalagi sebagian dari revolusi itu sudah terbukti. Beberapa pemberontakan yang pecah dengan sendirinya di Jawa dan Sumatera selama 300 tahun dalam "keberkahan" imperialisme Belanda adalah akibat perbenturan kelas dan kebangsaan yang pada mulanya berupa pemberontakan agama. Juga kekacauan politik semenjak 15 tahun, ini berupa berbagai hasutan dan aksi dan yang lebih jelas berupa niatan dan perbuatan anarkis di Jawa dan pembunuhan atas pegawai-pegawai Pamong Praja di Sumatera Barat yang melunturkan kepercayaan terhadap kekebalan imperialisme Belanda, semuanya tergolong akibat perbenturan kelas dan kebangsaan.

Aksi Massa - IX. PERKAKAS REVOLUSI KITA

Dengan pelbagai ragam suara, dalam keadaan yang berbeda-beda dan oleh berbagai golongan rakyat, tujuan politik kita sudah dinyatakan yaitu kemerdekaan nasional. Tentang tujuan akhir ini, orang di seluruh Indonesia telah bulat sepakat. Hanya tentang jalan yang akan ditempuh serta alat-alat yang akan dipakai, berlain-lainan pendapat orang.
Pertukaran susunan negara feodalistis ke kapitalistis yang cepat dan tidak sesuai dengan kemauan alam menyebabkan bangsa Indonesia berubah cepat cara berpikirnya. Tetapi, perubahan cara berpikir ini biasanya tertinggal dari perubahan ekonomi. Umumnya bangsa kita secara lahiriah tampak modern sesuai dengan zaman kapitalis tetapi cara berpikirnya masih kuno, masih tinggal di zaman dahulu, seperti masih menganut Mahabarata, Islam, dan berbagai macam takhayul dan kepercayaan kepada hantu, jin, kesaktian gaib, batu keramat dan lain-lain. Mereka masih terus seperti anak-anak dan berpikiran fantastis.
Kekalahan dalam persaingan ekonomi dengan kapital Barat yang lebih kuat itu menyebabkan terbitnya pikiran tidak betul dan anarkistis (melanggar peraturan) tidak melihat sesuatu dalam sifatnya yang sebenarnya. Ini terjadi terutama di kalangan penduduk dusun-dusun kecil yang baru dikalahkan dan digencet dan sebagian dari kaum buruh industri dan pertanian yang masih muda yakni mereka yang baru dirampas miliknya.
Sebagaimana perbedaan tingkat dalam industrialisasi demikian pulalah perbedaan pikiran penduduk di berbagai daerah di Indonesia. Kita tunjukkan saja perbedaan kemajuan pikiran antara penduduk Jawa dan saudara-saudara kita di Halmahera, atau antara saudara-saudara yang ada di Surabaya dan Semarang yang telah sadar itu dengan penduduk desa yang tidak berindustri. Di mana kapitalisme tumbuh, serta berurat-berakar, di sana mulai hiduplah rasionalisme dan pikiran yang sehat serta lenyaplah dengan perlahan-lahan kepercayaan kepada segala takhayul. Jadi, psikologi dan ideologi jiwa dan akal rakyat bangsa Indonesia sejalan dengan kecerdasan kapitalisme yang senantiasa berubah-ubah. Yang lama lenyap dan yang baru menjadi cerdas.

Aksi Massa - X. SEKILAS TENTANG GERAKAN KEMERDEKAAN DI INDONESIA

1. Kegagalan Partai Borjuis
Sesungguhnya bukan kualitas pimpinan itu sendiri yang menyebabkan partai-partai borjuis Indonesia "beriring-iringan patah di tengah". Para penganjur, seperti Dr. A. Rivai dan Dr. Tjipto, niscaya akan memegang peranan yang jauh berlainan sekali di dalam gerakan kemerdekaan Indonesia jika di sini ada kapital besar milik bumiputra. Lambat laun, dengan sendirinya, mereka akan sampai pada program nasional borjuis yang dengan perantaraan satu organisasi dan taktik yang cocok, sebagian atau seluruhnya, dapat diwujudkan.
Karena kapital besar bumiputra tidak ada, program nasional dan organisasi mereka sebagai partai borjuis tak tahan hidup. Mereka dibesarkan oleh pendidikan borjuis secara Barat sehingga tidak tercerabut massa Indonesia dan tidak berperasaan akan mencari logika untuk mendapat program nasional yang proletaris. Partai borjuis yang didirikan dengan perlahan-lahan, lenyap sama sekali, "hidup enggan mati tak mau" atau tinggal namanya saja yang hidup.
a. Budi Utomo
Budi Utomo — didirikan pada tahun 1908 — adalah sebuah partai yang semalas-malasnya di antara segenap partai-partai borjuis di Indonesia. Seperti seekor binatang pemalas, ia merana sombong karena umurnya panjang. Karena ia tak mendapat cara-cara aksi borjuis yang radikal dan tidak berani mendekati dan menggerakkan rakyat maka dari dulu sampai sekarang, kaum Budi Utomo menghabiskan waktu dengan memanggil-manggil arwah yang telah lama meninggal dunia. Borobudur yang kolot, wayang dan gamelan yang merana, semua basil "kebudayaan perbudakan" ditambah dan digembar-gemborkan oleh mereka siang malam. Di dalam "lingkungan sendin" kerapkali dukun-dukun politik itu menyuruh Hayam Wuruk — Raja Hindu atau setengah Hindu itu — dengan laskarnya yang kuat berbaris di muka mereka. Di luar hal-hal gaib itu, paling banter hanya dibicarakan soal-soal yang tak berbahaya. Di dalam Kongres Budi Utomo berkali-kali (sampai menjemukan) kebudayaan dan seni Jawa (?) dibicarakan. Soal yang penting, yaitu mengenai kehidupan rakyat di Jawa — jangan dikata lagi di seluruh Indonesia — tak pernah disentuh, apalagi diperbincangkan mereka. Belum pernah, barangkali, diadakan suatu aksi untuk memperbaiki nasib Pak Kromo yang tidak hidup di zaman Keemasan Majapahit, tetapi di dunia kapitalistis yang tak memandang bulu. Panjangnya umur Budi Utomo sebagian besar diperolehnya dari "mantera-mantera" pemimpinnya, dari hasil "main mata" dengan pemerintah dan dari hasil kelemahan teman seperjuangannya. Sebuah semangat kosong seperti Budi Utomo dapat diterima oleh pemerintah seperti Belanda.
Selain itu, Budi Utomo tidak menumbuhkan cita-cita "kebangsaan Indonesia". Fantasi "Jawa-Raya", yakni bayangan penjajahan Hindu atau setengah Hindu terhadap bangsa Indonesia sejati, langsung atau tidak, menyebabkan timbulnya keinginan akan Sumatera Raya, Pasundan Raya atau Ambon Raya dan lain-lain.
Budi Utomo yang mengangkat kembali senjata-senjata Hindu-Jawa yang berkarat dan sudah lama dilupakan itu, sungguh tidak taktis dan jauh dari pendirian nasionalis umum. Perbuatan itu menimbulkan kecurigaan golongan lain yang mencita-citakan persaudaraan dan kerja sama antara penduduk di seluruh Indonesia (bukan antara penjajah satu terhadap Iainnya). Dengan jalan sedemikian, Budi Utomo menimbulkan gerakan ke daerah yang bila perlu (misalnya Budi Utomo kuat), dengan mudah dapat dipergunakan imperialisme Belanda. Dengan keadaan seperti ini, keinginan "luhur" yang satu dapat diadu dengan yang lain, yang akibatnya sangat memilukan, Indonesia tetap jadi negeri budak.

Aksi Massa - XI. FEDERASI REPUBLIK INDONESIA

Meskipun atas kehendak kita sendiri, kita tidak akan membatasi aksi kita "hanya" pada kemerdekaan bangsa Indonesia yang terhindar oleh imperialisme Belanda. Pembatasan seperti itu akan segera menyempitkan kita di dalam arti ekonomi, strategi dan politik.
Kekuasaan atas Semenanjung Tanah Melayu dengan pusat armada Singapura di dalam tangan imperialisme Inggris bagi kita sebagai satu "strategisch Umfasung" senantiasa memaksa kita menjauhi medan perjuangan. Umfasung ini dilengkapi dengan Australia putih yang anti kulit berwarna di sebelah selatan.
Dalam arti ekonomi, semenanjung bagi kita adalah sangat penting sebab negeri itu sudah menjadi pasar terbesar bagi berbagai macam hasil bumi Indonesia; tambahan pula, banyak hubungannya dengan seluruhnya. Kedudukan kita di antara Malaya dengan Australia, dan kapital Inggris yang sangat besar di Indonesia, membesarkan dan mengekalkan perhatian politik imperialisme Inggris atas segala kejadian di Indonesia. Kita tak akan dapat merampas kemerdekaan Indonesia tanpa keributan, dan bila ribut, serdadu Inggris tentulah akan siap dengan senapannya.
Tetapnya kedudukan Amerika di Indonesia-Utara (Filipina) bagi kita lebih berbahaya daripada yang dapat diduga oleh seorang Indonesia biasa. Strategi kita tetap terancam, baik dari utara maupun dari selatan oleh imperialisme modern. Ekonomi Filipina yang mengeluarkan hasil bumi seperti Indonesia-Selatan menjadi persaingan yang hebat. Pendeknya, selama politik Indonesia masih terpecah-pecah jadi beberapa bagian seperti sekarang (bagian Belanda, Inggris, Amerika), tak akan dapat diadakan persatuan aksi ekonomi, seperti menetapkan harga maksimum hasil bumi dari negeri-negeri tropik ini di pasar-pasar dunia. Kemerdekaan kita, bagi Paman Sam yang mungkin sekali berniat untuk selama-Iamanya duduk di Filipina, bukanlah satu soal "filsafat" politik saja.

Aksi Massa - XII. KHAYALAN SEORANG REVOLUSIONER

Sebuah tugas yang berat tapi suci, sekarang dipikulkan di atas bahu setiap orang Indonesia untuk memerdekakan 55 juta jiwa dari perbudakan yang beratus-ratus tahun lamanya, dan memimpin mereka ke pintu gerbang hidup baru.
Zaman yang lalu, zaman penjajahan Hindu dan Islam serta zaman "kesaktian" yang gelap itu, tak dapat menolong kita sedikit pun. Marilah sekarang kita bangun termbok baja antara zaman dulu dan zaman depan, dan jangan sekali-kali melihat ke belakang dan mencoba-coba mempergunakan tenaga purbakala itu untuk mendorongkan masyarakat yang berbahagia. Marilah kita pergunakan pikiran yang "rasional" sebab pengetahuan dan cara berpikir yang begitu adalah tingkatan tertinggi dalam peradaban manusia dan tingkatan pertama buat zaman depan. Cara berpikir yang rasional membawa kita kepada penguasaan atas sumber daya alam yang mendatangkan manfaat, dan pemakaian yang benar — kepada cara pemakaian itu makin lama makin bergantung nasib manusia. Hanya cara berpikir dan bekerja yang rasional yang dapat membawa manusia dari ketakhayulan, kelaparan, wabah penyakit dan perbudakan, menuju kepada kebenaran. Kita sangat menjunjung tinggi kesaktian dan adat istiadat serta kebenaran bangsa Timur. Akan tetapi semuanya itu tidaklah mendatangkan pencerahan, kemauan kepada peradaban dan kemajuan, cita-cita tentang masyarakat yang baik, tinggi, bagus, serta tidak pula mendatangkan yang baik di dalam sejarah dunia. Pujilah kepintaran Timur sang pemilik batinnya sendiri, kegaiban atau kekeramatan Timur, bilamana anda suka. Semuanya itu sebenarnya merupakan asal mula dari kesengsaraan dan penyiksaan mematikan semangat kerja dalam masyarakat yang tak layak bagi pergaulan manusia. Manusia haruslah berdaya, mencoba berjuang, kalah atau menang dalam ikhtiarnya itu. Sebab, inilah yang dinamakan hidup! Karena itu, hapuslah segala macam kepuasan yang menyuburkan semangat budak dan buanglah kesalahan kosong sebab ini adalah kesesatan pikiran semata.

Aksi Massa - LAMPIRAN: RANCANGAN UNTUK PROGRAM PROLETAR DI INDONESIA

LAMPIRAN: RANCANGAN UNTUK PROGRAM PROLETAR DI INDONESIA
A. Politik

1. Kemerdekaan Indonesia dengan segera dan mutlak.
2. Mendirikan satu Republik Federasi dari berbagai-bagai pulau di Indoesia.
3. Dengan segera mengadakan Rapat Nasional, yang mewakili semua golongan rakyat dan agama-agama di seluruh Indonesia.
4. Dengan segera memberikan hak memilih yang penuh kepada penduduk Indonesia, laki-laki dan perempuan.
B. Ekonomi

1. Menjadikan milik nasional pabrik-pabrik, tambang-tambang, seperti tambang batu arang, minyak dan emas.
2. Menjadikan milik nasional hutan-hutan dan kebun-kebun besar modern seperti kebun gula, karet, teh, kopi, kina, kelapa, nila dan ketela.
3. Menjadikan milik nasional alat-alat pengangkutan dan lalu lintas.
4. Menjadikan milik nasional bank-bank, kongsi-kongsi dan maskapai-maskapai dagang yang besar-besar.
5. Elektrifikasi seluruh Indonesia dan mendirikan industri-industri baru dengan bantuan negara, misalnya pabrik tenun, mesin dan perkapalan.
6. Mendirikan koperasi-koperasi rakyat dengan memberikan pinjaman yang murah oleh negara.
7. Memberikan ternak dan perkakas kepada kaum tani untuk memperbaiki pertaniannya dan mendirikan kebun percobaan negeri.
8. Memindahkan rakyat besar-besaran dengan ongkos negara dari Jawa ke tanah seberang.
9. Membagi-bagikan tanah yang kosong kepada tani yang tak bertanah dan miskin dengan memberikan sokongan uang untuk mengusahakan tanah itu.
10. Menghapuskan sisa-sisa feodal dan tanah-tanah partikelir dan membagikan yang tersebut belakangan ini kepada tani-tani yang miskin.

Manifesto Jakarta (1945)

Kata Pengantar
Lebih dari dua bulan lamanya MANIFESTO PARI  JAKARTA, (adalah Manifesto kedua, yang pertama dibentuk di Bangkok pada bulan Juni 1927), disebarkan ke seluruh Indonesia. Sambutan yang sangat menggembirakan terjadi disemua tempat yang menurut susunan masyarakatnya harus mempunyai satu Partai yang berdasarkan Kelas Pekerja.
Penyebaran MANIFESTO JAKARTA tidak sedikit mendapatkan para Pejuang baru. Terutama pula penyebaran itu seolah-olah memanggil keluar Kawan seperjuangan lama yang-tersembunyi dan tidak dikenal oleh pembentuk Manifesto ini, sejak Manifesto Bangkok. Kejadian ini amat mengharukan hati-nya sang pembentuk, seperti seorang Bapak yang terharu hatinya setelah berjumpa dengan anak-nya sendiri, yang ditinggalkan ketika masih dalam kandungan ibunya.
Sekarang si pembentuk-nya sendiri sudah berada ditengah-tengah gelombang Pemberontakan seluruh Rakyat Indonesia, yang sudah lama diperkirakan, diharapkan dan ditunggu-tunggu datangnya. Rakyat Indonesia sekarang membuktikan Kesadaran Politik yang tidak akan bisa lagi dikaburkan atau diombang-ambingkan oleh segala tipu dan daya penjajah manapun juga diatas muka bumi ini. Dan Rakyat Indonesia dalam berlusin-lusin perjuangan di Jakarta dan sekitarnya, Semarang dan sekitarnya, sekarang di Surabaya dan sekitarnya, seperti juga di Sumatra, membuktikan kemauan dan kesungguhan yang tidak mungkin dapat dipatahkan begitu saja. Keberanian dan ketabahan yang disertai kecerdikan berjuang, sekarang baru mulai menggemparkan dunia Internasional yang menganga tercengang, Musuh yang Angkuh, Sombong dan Rendah.
Pula si-pembentuk Manifesto ini merasa berbahagia yang tidak terhingga, berada ditengah-tengah Kawan Seperjuangan dan berada juga ditengah-tengah para anak-anaknya Kawan seperjuangan – Maafkan perasaan seorang Veteran Revolusioner yang sebagai manusia tidak luput dari pengaruh perasaan !!! – Para anak-anak yang baru dijumpai, yang sedang mengambil bagian terbesar dalam usaha mendirikan dan mempertahankan Republik ini.
Lebih dari 18 tahun yang lalu. Manifesto sebagai satu penafsiran tentang gerakan Ekonomi—Sosial—Politik dunia dan Indonesia diuraikan di Bangkok, sesudah gerakan Rakyat mendapat pukulan hebat ditahun 1926.
Lebih dari dua bulan pula penafsiran tentang gerakan Ekonomi—Sosial—Politik luar dan dalam Indonesia diuraikan dalam Manifesto Jakarta ini. Diuraikan dalam masa perobahan dan segala kebimbangan. Pada satu pihak Imperialisme Jepang kalah dan menyerah serta siap kembali kenegaranya. Pada pihak lain Imperialis Inggris--Belanda sembunyi dibelakang kedok yang dinamai Sekutu ( United Nation ) belum siap untuk menyerbu masuk melakukan segala tipu muslihatnya, seperti sudah dikenal seluruh dunia. Pada saat itulah para pemimpin Indonesia, yang selamanya menjadi pembantu “sehidup semati” TENNO HEIKA ( Tuhannya Jepang )……………. Rezim Otokratis—Militeristik – Para Pemimpin Indonesia tadi, tidak mengherankan kalau dalam keadaan bimbang, karena dugaannya pasti memang itu dan “Politik Persatuan Jepang—Indonesia berdasarkan HAKKO ITJIU” itu gagal sama sekali. Kepada para Pemuda-lah Indonesia dikemudian hari akan berterima kasih karena mereka yang sebenarnya membangun Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu. Apabila Para Pemimpin Besar masih mengharapkan “Komando dari Tokyo” yang sudah bertekuk lutut sebelumnya “Pecah sebagai Ratna”. Maka golongan Pemuda mendorong dalam arti  yang sebenar-benar dan sepahit-pahitnya Para Pemimpin Besar menyatakan Kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Republik Indonesia yang berdaulat.
Sangat terharulah Pembentuk Manifesto ini, apabila sekarang mengetahui bahwa sebagian besar, boleh dikatakan semuanya para pemuda pendorong yang insyaf dan bertindak sebagai seorang Jantan itu sudah bertahun-tahun bergerak dengan Manifesto Bangkok sebagai Obor. Kegembiraan suci tak terharu itu bertambah pula ketika mendapat kepastian bahwa pelopor pemberontakan Surabaya  yang sedang berlaku sekarang ini, sebagian besar terdiri dari Pengikut Partai Republik Indonesia ( PARI ) pula.
Berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu dan pembelaan yang gagah perkasa dan terus menerus dilakukan dimana-mana oleh para Pemuda dan pengikut PARI, membuktikan senyata-nyatanya, bahwa tafsiran Nasional dan Internasional dalam Manifesto Bangkok tidak berapa jauh dari kebenaran.
Komentar yang panjang, tidak perlu dan belum pada waktunya untuk diberikan.
Mudah-mudahan penafsiran gerakan Ekonomi—Sosial—Politik Indonesia dan Dunia sekitarnya yang diuraikan dalam MANIFESTO  JAKARTA ini tidak seberapa pula jauhnya daripada kebenaran.
Tetapi tidak-lah bisa disimpan dalam hati saja, bahwa kita sekarang merasa sangat malang ( tidak beruntung ), karena sampai sekarang belum juga mendapat keterangan yang cukup dan syah tentang keadaan yang sebenarnya terhadap gerakan Ekonomi—Sosial—Politik tadi.
Tetapi akan lebih malang-lah kita jika “tafsiran” tiada dijalankan sama sekali. Lebih baik mempunyai Tafsiran yang berdasarkan bukti kurang sempurna, daripada tidak mempunyai tafsiran sama sekali.
Bukan-kah sesuatu “sikap” harus didasarkan atas suatu Tafsiran? Bukankah pula sikap yang pasti dan dijalankan dengan serempak walaupun berdasarkan bukti yang kurang cukup, lebih baik daripada sikap laksana “Pucuk Pohon Aur” yang terkenal ditiup angin kian-kemari, walaupun sikap tadi berdasarkan bukti yang sempurna.
Tentulah sikap yang sempurna itu adalah sikap yang yang berdasarkan bukti yang syah serta cukup dan dijalankan serempak-serentak dengan teguh-tetap, kebenaran ini-pun tidak perlu diberi komentar.
Ada pula para penerima MANIFESTO JAKARTA yang sangsi akan syahnya “sumber” MANIFESTO JAKARTA itu, karena katanya memakai perkataan baru; ialah “ASLIA”. Kalau kelak waktu dan tempat mengijinkan, maka akan dibuktikan senyata-nyatanya, bahwa istilah ASLIA itu mengandung satu tambahan yang bukan berarti  satu “pemalsu” dari salah seorang penyamar yang menamakan dirinya Tan Malaka. Kalau waktu, tempat dan teman membenarkan tidak akan lama lagi akan dikeluarkan satu buku lagi yang dinamakan “GABUNGAN ASLIA”. Malah boleh jadi pengarangnya sendiri akan keluar dari goa persembunyiannya selama hampir dua lusin tahun.
Sudah nasibnya Tan Malaka sendiri menjadi bola sepakkan para tukang kabar angin yang mempunyai kepentingan sendiri. Empat kali kabar, bahwa ia masuk dengan kapal terbang jepang sebagai pembesar. Pada waktu menulis kata pengantar ini di Surabaya telah ditangkap beberapa penyamar musuh yang mengakui dirinya Tan Malaka. Pembaca dan pengikut PARI tentulah cukup mengerti akan maksud kaum Provokator dan Penghianat
Tan Malaka akan keluar menurut keadaan dan kekuatan Rakyat, dan dia sudah berada disini semenjak Jepang masuk. Tetapi dia masuk sendiri tidak dengan pertolongan dan perlindungan kapal perang atau kapal terbangnya Jepang. Dia memang bekerja pada salah satu perusahaan dibawah pengawasan Jepang. Tetapi dia menjadi Buruh dan tidak sedikit-pun mencampuri politik Imperialisme Jepang. Lagi pula belum pernah sepatah kata pun membenarkan apalagi memuji politik Jepang dimuka umum. Malah sebaliknya, dua atau tiga kali perkataan yang diucapkan didepan umum, yang membela Kemerdekaan dan Kaum Pekerja amat membahayakan dirinya. Cuma perkataan itu tidak diucapkan sebagai wakil dari salah satu badan yang mengandung politik dan bukan pula oleh seorang yang bernama Tan Malaka. Pendek kata Tan Malaka ada di Jawa semenjak kira –kira pertengahan tahun 1942. Dia mengabdi seikhlas-ikhlasnya kepada Kaum Buruh,  Made in Jepang yaitu ROMUSHA dengan segala kegembiraan, hasil dari suatu pemerintahan yang semunafik-munafiknya, sekejam-kejamnya, serakus-rakusnya, dan sebinatang-binatangnya di kolong langit.
Dengan Amerika-pun pengalamannya cukup pahit! Penangkapan di Manila bulan Agustus tahun 1927, walaupun diprotes oleh seluruh rakyat Philiphina, tipu-muslihat kaki tangan Imperialis Amerika selalu digagalkan oleh Rakyat Philipina, akhirnya pembuangan dari Philipina serta percobaan dari Konsul Amerika dibantu oleh Konsul Inggris, Perancis dan Belanda di Amoy untuk “menculik” Tan Malaka di pelabuhan Amoy , tetapi gagal karena tindakan sendiri dan teman-teman, semua itu adalah pengalaman Tan Malaka berhubungan dengan Demokrasi Made in Amerika itu. Dengan Inggris-pun mengalami pengalaman yang tidak kurang pahitnya dengan Demokrasi Belanda dan Amerika. Juga Demokrasi Inggris dalam satu perkara pun tidak menjalankan Demokrasi yang dianggapnya sakti itu terhadap massa yang terpisah dari Negara dan Rakyatnya! Satu undang-undang Internasional yang dianggap sakti untuk dirinya sendiri dan untuk semua kulit putih diperbolehkan dilakukan terhadap Tan Malaka – Pengasingannya didalam Bui ( penjara ) Hongkong lebih kurang dua bulan lamanya ditahun 1932, desakkan dari semua Imperialisme dunia didalam Bui, pemindahan dari sel ke sel, dari sel kulit putih ke sel orang hukuman Tionghoa, penolakan semua negara Imperialis dengan negara jajahannya buat menerima Tan Malaka sebagai pelarian politik ( Political Refugee ), pengusirannya dari Hongkong dengan tidak menetapkan negara yang aman untuknya terlebih dahulu, menurut undang-undang bangsa “Sopan” didunia ini, ancaman dari Belanda yang berusaha keras untuk menculik, berbagai bahaya dijalani pada masa pembuangan ketiga kalinya itu dan sebagainya – semuanya adalah Pengalaman hidup seorang Pemimpin Indonesia yang pada masa saat itu amat pula terganggu kesehatannya. Semuanya berserah dengan darah diatas kulitnya Tan Malaka.
Cukup sebab maka Tan Malaka memilih Waktu, Tempat dan Teman untuk menyaksikan dirinya sendiri kedepan mata Rakyat Indonesia…………………………….

MERDEKA 100%
PEMBENTUK MANIFESTO JAKARTA
TAN MALAKA
****

Chitika