DI Kongres Komunis Internasional ke-4, Tan Malaka
menganjurkan kerja sama dengan kaum muslim dunia melawan kapitalisme.
Gagasannya tak didukung, tapi pidatonya mendapat tepukan gemuruh peserta
kongres. Petikannya:
.... Pan Islamisme punya sejarah panjang. Pertama saya ingin
bercerita tentang pengalaman kami bekerja sama dengan kelompok muslim di
Hindia. Di Jawa kami memiliki sebuah organisasi beranggotakan buruh-buruh
miskin, Sarekat Islam, yang pada 1912-1916 memiliki satu juga anggota—mungkin
juga tiga atau empat juta. Ini sebuah gerakan revolusioner yang amat besar dan
muncul secara spontan.
Kami bekerja sama dengan kelompok ini sampai 1921. Sekitar
13 ribu anggota kami bergabung dan melakukan propaganda di dalam. Pada 1921 itu
kami berhasil mempengaruhi mereka menjalankan program kami. Perkumpulan Islam
itu mendorong masyarakat desa mengambil alih kendali perusahaan-perusahaan.
Semboyannya: petani miskin menguasai semuanya, proletar menguasai segalanya!
Jadi SI telah melakukan propaganda yang sama dengan Partai Komunis, cuma
kadangkala dengan nama lain.
Tapi karena ada kritik yang tak mengenakkan para pimpinan
SI, pada 1921 terjadi perpecahan. Perpecahan ini dan hasil Kongres Komintern
Kedua: berjuang melawan Pan-Islamisme, kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah.
Apa yang mereka katakan kepada kaum tani muslim yang sederhana? Mereka bilang:
Lihat, Komunis tidak hanya memecah-belah, mereka juga ingin merusak agama
kalian! Itu luar biasa bagi para petani. Mereka kemudian berpikir: Saya telah
kehilangan segalanya di dunia, apakah saya juga harus kehilangan surga? Jangan
sampai itu terjadi! Beginilah cara orang muslim sederhana berpikir. Propaganda
seperti ini dilakukan oleh agen-agen pemerintah dengan sukses. Maka pecahlah
kami.
[Ketua sidang: ”Waktu Anda selesai.”] Saya datang dari
Hindia, 40 hari di perjalanan [tepuk tangan hadirin].
SI meyakini propaganda kami atau, peribahasanya, tetap
bersama kami dalam perut mereka, meski dalam hatinya mereka tetap SI dengan
surganya. Tapi karena kami tak mampu memberi mereka surga, mereka kemudian
memboikot pertemuan-pertemuan kami dan kami tidak bisa lagi berpropaganda.
Mulai awal tahun lalu kami membangun kembali hubungan dengan
SI. Dalam kongres di bulan Desember tahun lalu kami mengatakan bahwa kaum
muslim yang ikut dalam kaukus dan di negara lain yang bekerja sama dengan
Soviet melawan kapitalisme sangat paham agama kalian. Kami juga mengatakan,
jika mereka ingin mempropagandakan agama mereka, silakan, tapi tolong lakukan
itu di masjid, bukan di ruang-ruang sidang.
Dalam sebuah dengar pendapat kami pernah ditanyai: Apakah
kalian muslim—ya atau tidak? Kalian percaya Tuhan— ya atau tidak? Bagaimana
kami menjawabnya? Ya, jawab saya, ketika menghadap Tuhan saya seorang muslim,
tapi manakala berhadapan dengan manusia saya bukan muslim, karena Tuhan sendiri
bilang ada banyak setan di antara manusia! Jadi kami mengalahkan pimpinan
mereka dengan Quran di tangan. Dan dalam kongres tahun lalu, melalui para
anggota mereka, kami memaksa para pemimpin SI untuk bekerja sama lagi.
Ketika sebuah mogok massal pecah pada Maret tahun lalu,
pekerja muslim membutuhkan kami karena orang kami yang memimpin para buruh
kereta. Pimpinan SI bilang: Kalau kalian ingin bekerja sama dengan kami, maka
bantulah kami. Tapi ini tidak menyelesaikan masalah. Jika nanti kami kembali
pecah, pemerintah pasti akan kembali menggunakan isu Pan-Islamisme. Karena itu,
soal Pan-Islamisme harus segera diputuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar