MENGAPA Tan Malaka ikut Mayor Sabarudin bergerilya ke
Kediri? Inilah teka-teki yang sampai hari ini belum terjawab. Harry Poeze
terheran-terheran, Tan yang sangat intelektual dan berpengalaman dalam sejumlah
royan itu menyanggupi ajakan Sabarudin berjuang ke Kediri. ”Padahal Sabarudin
dikenal sebagai seorang gila, bahkan psikopat,” ucap Poeze.
Sabarudin memang pengagum Tan. Tapi, kata Poeze, ia
berperilaku aneh: kadang tak terkontrol menembak tawanannya dan disebut senang
minum darah musuh. Tindakan Sabarudin yang keterlaluan itulah yang menyebabkan
Soengkono membubarkan batalion Sabarudin. Lantaran batalionnya dibubarkan, ia
memilih jalan sendiri.
Ketika Tan mendirikan Partai Murba pada 7 November 1948,
Sabarudin datang dari Kediri menemui Tan di Yogyakarta. Saat itu Tan bukan
ketua, tapi duduk di dewan partai. Pada hari pendirian partai itulah Tan
memancangkan program kerja sama antara rakyat biasa dan kesatuan militer. Ia
meminta Murba banyak mendirikan organisasi pertahanan rakyat. Ini adalah
perwujudan dari ide Tan Malaka dalam bukunya, Gerpolek (Gerilya Politik
Ekonomi).
Program Murba itu segera disambut Sabarudin. Ia mengajak Tan
berkeliling Jawa Timur. Sabarudin menjamin keamanan Tan Malaka. Bukti yang ia
perlihatkan: ia membawa 50 pengawal. Dengan jaminan yang menggiurkan ini, Tan
berangkat naik kereta api khusus dengan 50 pengawal dari Yogyakarta ke Kediri.
Di Desa Belimbing, Kediri, Tan kemudian mendirikan Markas Murba Terpendam dan
mengedarkan pamflet perlawanan terhadap Sekutu dan Soekarno-Hatta yang menolak
bergerilya.
Tapi ia tak menduga, bersamaan dengan serbuan Belanda ke
Kediri, datang pula pasukan Batalion Sikatan. Batalion Sabarudin kocar-kacir
dan ”sang psikopat” entah pergi ke mana. Beberapa bulan kemudian Sabarudin
tewas. ”Ini kesalahan besar Tan Malaka,” ucap Poeze.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar