Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya
si Diplomat itu saja? Hal yang terpenting pula apakah "perhitungan"
bahwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadu-dombakan dengan
imperialisme Belanda? Diatas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies itu
dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat kemakmuran
dan pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet, sudah dikendali oleh
kongsi minyak kepunyaan Anglo-Dutch dan kebon getah Inggris yang ada di Indonesia
ini. Singapura, simpang jalan dunia terletak ditengah-tengah kepulauan
Indonesia sudah mengendali perdagangan keluar dan masuk Indonesia. Perjanjian
Anglo-Dutch tentangan penghasilan penjualan getah dan timah yang dibikin
tiap-tiap tahun, yang mengenai harga ratusan juta rupiah seudah mengekang
jalannya ekonomi Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris
dengan sempurna dan effective mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik
Deterding diberi glas Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti keulungan si
Hendrik ini tentangan lain hal daripada keulungan menjadi kaki-tangannya
imperialisme Inggris. titel itu diberikan oleh INggris dimana ia mendapatakan
kaki-tangannya yang patu, buat mnegekang ekonmi dan politik Negara yang mau
dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di Hongkong diberikan kepada Tionghoa
Sir Robert Ho Tung buat mengapusin seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu
dihamburkan kepada beberapa biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan rol
sebagai kaki-tangan imperialisme Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang
menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang disukainya. Malaya pun tiada
keluapaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia yang terpenting
"beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu hal ini
kelihatan perkaca kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka dan Singapura
dalam hal ekonomi dan strategy dipelajari dalam-dalam, maka kalung
"Sir" yang dianugerahkan oleh Raja INggris kepada Ibrahim, Sultan
Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah memberi kekuasaan
besar dalam per-ekonomian kerajaan Johor kepada kapital Inggris, Sir Ibrahim
salah seorang autocrat terkaya di Asia, menaruh simpanan besar di Bank Inggris.
Sir Ibrahim akhirnya, adalah turunan pula dari pada keuarga Sultan Johor
yang hidup dimasa Stamford Raffles, lebih dari 100 tahun lampau. Salah seorang
putra Sultan Johor tadi berhak mewarisi Singapura, tetapi karena gila ditolak
oleh Rakyat Johor sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahli-waris
yang gila ini di culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil
perundingan ini pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat Johor tadi
beruntung diakui oleh Raffles. Pada lain pihak Raffles beruntung dapat membeli
Singapura dengan harga $ 60.000 (enam puluh ribu dollar). Kecerdasan Raffles
ialah satu dari pada pujaan dunia imperialisme Inggris – tiadalah terletak pada
ketangkasan matanya melihat kepentingan Singapura buat ekonmi dan strategy.
1500 tahun lampau kearajaan Sriwijaya sudah insya f akan hal ini. 500 tahun
lampau kerajaan Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan leluruhnya di Sriwijaya
tadi. Rafles sebagai ahli sejarah Indonesia tentulah lebih insyaf dari pada
siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles yang pertama sekali
menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut perdagangan dan
strategy. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa kalau ia berhubungan
dengan orang Indonesia yang sedikit saja cerdas ia tak akan mendapat Singapura
dengan harga $ 60.000. Ia perlu berunging dengan orang gila, buat membeli
Singapura dengan harga gila.
Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja,
berlagak dermawan. Hal ini lazim di dunuia feodal. Kemarin tukang catut atau
tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak menjadi dermawan. Hal ini masih
lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara merdeka, sekarang berlagak
menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di dunia
imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya si mangsa bisa
dipakai sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatot Singapura dan merampok
Malaka, maka dia berlagak sebagai pelindung. Demikian para Sultan dilambuk, di
kenyangkan dan di-Sir-I, supaya mereka merampas dan memeras Rakyatnya buat
kepentingan karet dan timah kapitalist Inggris di Malaka. Dengan memakai para
Sultan di Semenanjung Tanah Malaka umumnya dan "Sir" Ibrahim
khususnya disamping Sir Hendry Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia,
maka dalam hakekatnya imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya
Indonesia, termasuk Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi.
Dalam hal strategy kepentingan Singapura lebih nyata lagi.
Ambillah jangka dan bikin satu lingkaran (circle) dengan radius (straal) 150
mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam, Annam, Filipina, seluruhnya
Republik Indonesia dan Australia. Inilah yang kita pernah namai Aslia
(Asia-Australia). Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk kedalam
satu bangsa. Sepintas lalu kelihatan bahwa Bagian Bumi ini dikuasai oleh Iklim yang
sama dan musim yang sama (musson). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak
persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi per-ekonomian.
Tetapi yang kita terutama mau kemukakan disini, ialah kepentingan lingkaran ini
dipandang dari penjuru strategy. Dengan Singapura sebagai pusat, maka menurut
kekuatannya terbang pesawat dimana pernah dunia ke II, Aslia terletak dalam
"flying radius" (lingaran terbang). (Lingkaran teknik atom yang
berada di Australia (?) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Aslia.
Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat
Yuoti, May 5 1946 ini, maka dalam konperensi commonwealth Inggris pada
tanggal 3 May di London yang diketuai oleh Perdana Menteri Attlee, maka
pemerintah Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan Belanda buat
memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat memperlindungi Kerajaan
(Empire) Inggris dibagian Selatan dan Barat Daya-nya Pacific. Australia dengan
tegas menolak usulan ini karena tiada menghendaki akibatnya diplomasi
imperialistis semacam itu. Australia tiada ingin memusuhi Republik Indonesia.
Bahkan sebaliknya Australia mengharap adanya Pemerintah Rakyat (popular
government) di Indonesia dengan siapa Australia ingin hendak mengadakan
Alliance (persekutuan), sekali lagi kelihatan politik bulus jehanamnya Inggris
terhadap Indonesia. Walaupun gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama
imperialisme Inggris maish berada disekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar
sampai keakar-akarnya.
Nyatalah disini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal
strategy sebagai satu Unit, kesatuan. Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari
Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Febuari 1942, besoknya Singapura
ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh Aslia dinamainya
Selatan. Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan
daerah Aslia itu dalam segala-gala.
Gerakan politik, diplomasi dan strategy Sriwijaya dan
Majapahit juga dengan segala keinsyafan ditujukan kearah kesatuan daerah Aslia
itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai Huana (bahasa Hokkian).
Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan rencana
yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan
Republik Indonesia sekarang dan dihari depan, maka tiadalah boleh kita
ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (majapahit) apalagi oelh paham yang
sudah amsak 1500 tahun lampau (Sriwijaya). Berbahaya selalu keadaan Republik
Indonesia dalam ekonomi dan strategy kalau kita tidak isnyaf akan artinya politik
dan strategy Rafles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina
Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia, adalah
effetive dikuasai oleh Armada Inggris. ditangan imperialisme Inggrislah
sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh
Aslia. Imperialisme Inggris dan BElanda dan Perancis sebagai boneka para Sultan
atau Raja dan sebagian intelligensia sebagai kaki tangan maka di masa damai dia
mengendali politik-ekonomi Aslia. Dengan Singapura sebagai Dasar Armada dan
Pesawat, serta Asutralia Putih dan Ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?),
maka imperialisme Ingrgis diwaktu perang berniat menguasai seluruhnya Aslia
(Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia. Merdeka
100% mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris Diwaktu damai kepentingan
ekonmi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentangan dengan kepentingan ekonomi
penjajahan Inggris. Dalam masa perang SIngapura akan mengancam Indonesia
Merdeka, yang tiada mau dibonekanan oleh Imperialisme Inggris, Real-politik,
politik sebenarnya, (bukan impian) memaksa Indonesia pada satu pihak berhadapan
muka dengan imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak
yang akan memakasa Indonesia MErdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner
dalam lingarakn Aslia. Flying-radius, buat ditumbukkan kepada imperialisme
Inggris.
Kita percaya bahwa taktik-strategy yang cerdas, organisasi
yang plastis (cat seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran
ketetapan hati, kita sanggup berhadapan muka dengan imperialisme Inggris
Singa Ompong itu.
Maka berhubungan dengan kesemuaan diataslah pula, semua
percobaan "diplomat ulung" di Indonesia ini berusaha memisahkan
Belanda dan Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda adalah seorang
"cerdik" yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya
dengan ekornya. Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia Cuma bisa
menghindarkan dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si
Cerdik itu dia pasti akan masuk lebih dalam dirangkungan buaya tadi.
Adalah tiga syarat yang terutama, kalau seorang ingin hendak
menjalankan diplomasi bersandar kepaa Devide et empera itu dalam keadaan
revolusioner sekarang. Pertama sekali kekuatan diri sendiri dan kepercayaan
atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua diplomasi itu mesti bersifat
revolusioner yang ada dalam Negara. Ketiga, diplomasi devide-et-empera, yang
revolusioner itu mesti ditujukan kepada bagungan-musuh yang mengandung
pertentangan sesungguhnya, ialah pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau
seseorang diplomat Indonesiayang revolusioner mengemukakan, pertentangan-tajam
dalam hal keperluan penting (vital interset) antara Inggris dan Amerika, bahkan
dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan
berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan
nasional, kita tak akan menyangkal (membantah), memangnya
diplomasi-bambu-runcing dengan MINIMUM PROGRAM berlaku dalam suasana
pertentangan hebat diantara gabungan Kapitalisme dan Imperialisme Asing, yang
berada di Indonesia dijaman Belanda.
Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa
tetapi nasionalis dan percaya saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri,
Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waku damai boleh menertawakan atau
mengecilkan artinya ASLIA, tetapi sebagai gabungan revolusioner dalam
LINGKARAN-TERBANG (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat. Mereka boleh
bermimpi-mimi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit, sambil menyeburkan
isme ini atau itu kekiri kekanan. Mereka boleh terus berpangku tangan sambil
bermimpi menlayang kelangit sampai .........revolusi atau peperangan akan
melemparkan mereka kembali kedunia realiteit, kembali ketanah yang keras itu.
Sesudah hampir sepuluh bulan si Tukang-Maki dan mengejek sering dengan memakai
kedok internasionalist tetapi nasionalis yang bisa dipakai Nica, Jepang ataupun
Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau
peperangan, amka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional
seperti sekarang terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri,
bersandar pada otak, hati dan jantung sendiri, pada kecerdasan, keberanian dan
ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri atas alat hidup sendiri
dan senjata sendiri, walalupun hanya bambu runcing saja. Disamping kepercayaan
dan tindakan berdasrakan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, arulah kita
berusaha meluaskan lapangan perjuangan kedaerah yang memberi kemungkinan
memberi hasil (Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati
dn pertolongan indirek (pemogokan) dari suaraumum (public-opinion) di Asia,
Afrika, Eropa dan Amerika, semata-mata menyandarkan paham, organisasi dan aksi
atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena jauh atau belum bisa
keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak atau
kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang ingin menamai diri
seorang revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang
sebenarnya ini memang nyata, siapa yang revolusioner diwaktu revolusi dan siapa
yang revolusioner diwaktu damai: Si Pembelalang didalam gelap, Si-penggertak
dari sebalik gunung.
Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 januari
1946 tahun ini, cukup memperhatikan kekuatan kawan dan lawan. Cukup
memperhatikan sifat dan susunannya semua golongan yang ada dalam Indonesia
(social-structure), sifat dan tingkatnya reovusi Indonesia, kepentingan dan
pertentangandalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan yang diikat
oelh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya setelah disaat itu nyata
kelemahan perjuangan, disebabkan oleh banyaknya partai dan banyaknya lasykar.
Pada beberapa tempat seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul
sengketa diantara lasykar dan lasyarka, serta partai dan partai. Kalau
Persatuan Pejruangan tak tampil-kemuka, mungkin sengekta tadi akan lebih
mendalam dan berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan musuh.
Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup
mengikat 141 organisasi politik, sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka
datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik buat bersama membentuk
Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir meletakkan
jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk Kabinet Baru, bukan
karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab" seperti dibisikkan
oleh satu pihak kesana sini, melainkan karena ada hakekatnya Presiden
menghendaki, supaya yang "terpentingnya" dalam Minimum-Program
dibatalkan!. sebenarnya susah sekalimengetahui berapa luasnya dan dimana
batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia dimana revolusi ini.
Undang-undang Dasar yang memusatkan kekuasaan dan tanggung jawab pada Presiden
dan praktek memerintah sekarang yang memusatkan kekuasan dan tanggung jawab
pada Perdana Menteri Cuma membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan
lebih bingung lagi kalau diketahui bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta
sedangkan Perdana Menterinya di kota Nica Jakarta, yang sudah dicelupnya
kembali dengan nama "Batavia", Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah
siap sediadengan para Calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau
tiada dengan Tan malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" tehradap
mereka yang akan menerima pangkat menteri yang akan membatalkan
Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga diantara para calon tersebut yang
masuk ekdalam kabinet Sjahrir yang ke 2. sebenarnya patut dipuji sikap para
calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada pangkat.
Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya
buat dasar, prinssip yang nyata dan sah? Janganlah disalahkan para calon
Persatuan Pejruangan yang memegang teguh dasar, haluan Revolusi Indonesia
sekarang!
Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan
sampai sekarnag, maka belumlah ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal
yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah satu daripada 7 pasal itu
dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan tindakan rakyat
terhpada tindakan semacm itu. Perlutcutan Jepang yang bermula hampir dilakukan
yang beralainan dengan tulisan dan lisan pasal 4, mengadkaan perlawanan
sekeras-kerasnya dari pihak rkayat didaerah Surakarta.
Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu,
seperti di Solo, ialah menurut pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo.
Tetapi apakah sudah cukup jaminan supaya tentara Jepang dari Pulau Galang kelak
betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah satu pulau di Indonesia,
itu tiadalah bisa dipastikan.
Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya
seperti yang sudah-sudah terjadi dimana-mana tempat tentara Jepang jangan
dipakai lagi buat merobohkan Republik Indonesia. Yang amat penting pula
tentulah pasal 1 berhubngan dengan "perundingan" Minimum-Program
menuntut supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%.
Artinya kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan
dilakukan ialah buat menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian yang
berdasarkan kemerdekaan 100% itu. Dengan perkataan lain, perundingan itu adalah
perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam keadaan perang sekarang kemerdekaan
100% bisa dicapai dnegan "goyangan lidah" itu adalah berlawanan
dengan pikiran sehat, dengan sejarah manusia dan berlawanan dengan
"sifatnya"sesuatu "perundingan". Bukankah berunding itu
berarti tawar-menawar, memberi dan menerima, tolak angsur? Dimanakah lagi
letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau mendapatkan 100% yang
sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak? Mungkin mendapatkan 90%
ataupun dalam teori 99%, tetapi perundnigan yang tiada berdasrakan atas
pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan mendapatkan yang 100% itu. Seandainya
tercapai kemerdekaan 99%, bahkan 100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7
dibatalkan dilemahkan atau dibelokkan, maka lambat alun kemerdekaan 99% atau
100% tadi akan turun sampai 50% atau 10%. Kalau kapitalisme asing kembali
bermarajalela seperti sebelum Jepang masuk, maka Parlemen Pemerintah Pusat,
Daerah, kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", aklau tidak
dibeli sama sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6
dan 7 yang dimaukan me-sita ler-Industrian dan perkebunan "musuh" itu
adalah satu jaminan:Pertama supaya kemerdekaan diatas tetap 100%. Kedua supaya
revolusi anti-imperialisme ini cukup memberi jamnin kekuasan dan kemakmuran
kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya proletar mesin dan tanah kelak
sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan "Rencana Ekonomi"
segera bisa meningkat kenegara berdasarkan sosialisme yang mempunyai cukup alat
mempertahankan kemakmuran dan kemerdekaannya, karena sudah mempunyai INDUSTRI
BERAT berdasarkan bahan dan tenaga yang ada di Indonesia ini. syukurlah pula
pasal mensita dari Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh
proletar mesin dan tanah, dimana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada.
Cocok dengan kehendak dan tindakan Inrggsi mendudukkan
kembali Imperialisme Belanda di Indonesia dan bersama dengan kaum
"moderate" (jinak) Indonesia memberantas kaum "extremist",
maka sesudah Kongres Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal
17, para pemimpin seperti Abikusno, Mr Gatot, Sajoeti Melik, Mr Jamin, Chairoel
Saleh, Soekarni dan Tan Malaka di tangkap setengah resmi, setengah tidak dengan
tak ada tunduhan apa-apa.
Sampai dua setengah bulan (Mau 2, tahun 1946) ketika bagian
brosure ini ditulis eblum juga diperiksa perkaranya. Rupanya radio
Hilversum-lah yang pertama tahu akan terjadinya penangkapan dan Belandalah yang
amat bergembira lantaran penangkapan ini.
Pengangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946.
sedangkan radio Belanda di Jakarta dan Hilversum sudah mendengungkan berita
yang amat menggembirakan mereka itu keseluruh udnia pada tanggal 16 maret 1946.
menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll memandang penangkapan itu
sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan Malaka.
Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio
Belanda juga tentangan laporan van Poll itu juga, yang emngatakan, bahwa
penangkapan Tan malaka amat menyukarkan perundingan Belanda dengan
"Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu
baru kelak ternyata, apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya
sudah percaya benar akan kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada
menerima usul Belanda itu, maka penangkapan yang "tiada" berdasar
undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena perbedaan
poltik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada disangka-sangka dan
dikehendaki. Usul Belanda yang tiada slama lagi akan dimajukan oleh van Mook,
terutama dalam mengakui Indonesia seluruhnya dalam status-autnomi-walupun
katanya, nama Indonesia dalam status-semacam itu boleh dinamakan Republik.
Dengan bagitu Belanda sudah menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat
Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agusutus 1945. terhadap keluar,
Negara Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap kedalam Belanda
merobek-robek daerah (territory), administrasi dan per-ekonomian Indonesia.
Belanda akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali menduduki pabrik,
tambang dan kebunnya serta memasukkan kapital asing dnegan tak ada batasnya.
Disampingnya itu "Hindia Belanda" yang "Autonoom" itu harus
mengakuai hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang masuk. Kalau semua
usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh kurang dari 100% dalam
politik itu akan diturnkan pula sekian% oleh hutang Indonesia tadi dan oleh
kekuasaan pegawai-cap-Belanda serta oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di
perintah pusat dan daerah. Kekautan lebih yang ditimpakan atas
pemimpin-pemimpin Persatuan Perjuangan, yang berdiri atas pengakuan 100% itu
akan berupa kekuatan no% terhadap kapitalisme dan imperialisme asing. Bagaimana
juga memutar lidah dan penah, Autonomi-Indonesia dimana kapitalisme asing
bermaraja-lela akan membawa Indonesia kembali kejurang perbudakan, mungkin
lebih dari sediakala.
Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka
persatuan yang berdasarkan perjuangan itu dikenankan kepada seluruh lapisan
Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai kekaum jembel. Anti-imperialist-front ini
mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat mempertahankan
kemerekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil: Siasat
semacam itu di cocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi
dimana-mana didunia. Pertarungan yang dua setengah bulan itu sudah memberi
ujian kepada semua lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan madiun
terjadi ujian tadi sudah emmbawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ketingkat
kedua. Kaum borjuis tengah, sebelah atas, ialah sebagian kaum saudagar, Pamong
Praja, dan intelligensia seudah melempen dan berbalik muka. Mereka tidak tahan
menjalankan ujian itu asyik emikirkan bagaimana memperhentikan perjuangan ini
dan kembali menduduki kursi disudut-sudut kantor yang di tuan besari oleh
Belanda. Sikap melempem ditengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah
Indonesia saja. Memang tiu sifatnya kaum tengah, ailah maju-mundur-lebih banyak
mundur dari-pada maju dan kalau terlampau berat lekas mundur, dan memilih pihak
yang kiranya menang. Borjuis tengah Indonesia, seperti saudagar tengah,
Pamong-Praja dan intelligensia memang tak bisa consequent baik dalam revolusi
nasional ataupun dalam revolusi sosial.
Sifat memilih dan emmbidik siapa yang kuat dan akan menang
dalam pergulatan itu memangnya terbawa oleh susunan ekonomidan sosial
Indonesia. Kaum tengah Indonesia tak mempunyai tempat bersandar maupun dalam
ekonomi ataupun dalam politik. Saudagar tengah Indonesia tak kenal sama
saudagar IMPORTIR sendiri, PABRIKANT Indonesia sendiri atau pun BANKIR sendiri.
Mereka bersandar pada Importir asing, Pabrik-asing dan bankir asing. Demikian
pula Pamong Praja dan reservenya, ialah kaum intelligensia bersandar pada
imperialisme asing. Tak ada Parlement atau pemerintah nasional yang bisa
dijadikan tujuan dalam usaha mereka mencari pangkat. Imperialisme Belanda dalam
perjajahan 350 tahun itu jaya menghasilkan satu golongan pamong-praja dan
reservenya, golongan intelligensia yang mempunyai semangat ingin memasuki
kantor guperemen dibawah perintah sep Belanda "semangat inlander",
Semangat inlander ini amat tebal dan tak gampang diombang-ambingkan oleh
semangat revolusioner. Kalau sep-Belanda hilang seperti pada penyerahan Belanda
8 Maret 1942, maka "para inlander" merasa bahagian mendapatkan
"sep-baru" dan mempelajari "jongkok" baru, ialah jongkok a
la Nippon. Apabila rakyat mem-proklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agusuts
1945, maka "para-inlander" dengan setengah percaya dan setengah tak
percaya memasuki kantor Republik, tetapi apabila "sep-lama" datang,
maka gelisah lagi. Sekarang dengan memuncaknya perjuangan, maka sudah banyak
para inlanders tadi yang mengenal kembali",his masters voice" itu. Mereka
kembali bersedia menerima perintah tuan-lama buat keperluan tuan lama itu,
kalau perlu menentang kemauan bangsa sendiri.
Kini mereka para inlanders menunggu saat, bilamana mereka
dengan aman bisa melompat sambil berteriak-teriak: Tuan-besar sudah kembali!
Sifat kaum tengah memang tengah memang sangsi bolak-balik diantara golongan
atas dan bawah. Dimana ada kapital nasional dan borjuis nasional yang kukuh
kuat, maka dalam masa reolusi kaum tengahnya sangsi bolak-balik diantara
borjuis atas dan proletar nasional. Akhirnya ditengah-tengah kesukaran
perjuangan mereka membelok kepada yang kiranya akan menang. Di Indonesia kapital
dan borjuis yang kuat-kukuh itu terdiri dari bangsa asing. Mungkin pada
permulaan perjuangan para inladers memihak kepada rakyat-murba. Tetapi kalau
perjuangan itu sedikit lama dan tampaknya sukar, maka mereka akan mengabdi
kepada kapital dan borjuis asing manapun juga. Dalam dua setengah bulan
Persatuan Perjuangan itu berdiri, aliran "para-inlandaers" terasa
benar. Makin keras desakan Sekutu-Ingrgis-Belanda dengan
"moderate"nya, makin keras pula semangat para inlanders dalam
Persatuan Perjuangan membatalkan "MINIMUM PROGRAM" yang memang
revolusioner itu sama sekali, atau men-sabot, membelokan melemahkan artinya.
Sesudah tangkapan madiun proses ini berlaku klebih cepat dan lebih nyata lagi.
Tetapi dengan melemahkan, membelokkan, bahkan seandainya dengan membatalkan
Minimum Program sama sekali ini tiada berarti rakyat Indonesia dengan Pemudanya
akan bisa dibelokkan dilemahkan ataupun dipatahkan semangatnya membela
kemerdekaan 100% dan menolak kapitalisme asing.
Mungkin nama Persatuan Perjuangan dan Minimum Program akan
dijadikan barang "bisikan", bahkan mungkin bisa ditutup sama sekali,
tetapi selama rakyat dan pemudanya terus mempermpurkan kemerdekaan 100% dan
penolakan kapitalisme asing, maka selama itulah pula Persatuan Perjuangan, yang
berarti Persatuan mereka yang berjuang, serta Minimum Programnya, akan berlaku,
nama kumpulan atau program baru mungkin bisa menipu rakyat dan pemudanya,
sebagian atau seluruhnya buat sementara waktu, tetapi tidak buat
selama-lamanya.
Semenjak tangkapan madiun dengan radio Hilversumnya,
nyatalah sudah bahwa Persatuan Perjuangan dan MINIMUM PROGRAM sudah meningkat
ke periode (musim) kedua dalam perjuangan anti-imperialisme dan
revolusi-nasional ini. dalam periode kedua ini kaum setengah kesini setengah
kesana, setengah revolusioner dan setengan compromistis itu mesti disingkirkan
sama sekali. Karena mereka sudah nyata dan memegang terus mereka itu berarti
melemahkan barisan perjuangan. Persatuan Perjuangan bukanlah pberarti kumpulan
kum revolusioner dan kaum kompromis yang lengkap siap dengan 1001 perkataan
buat menyelimuti poitik kompromisnya. Sesudah tangkapan madiun maka perjuangan
revolusi Indonesia mesti dikembalikan ketangan mereka yang tegas-tegas mengakui
kemerdekaan 100% menolak perundingan yang tiada berdasarkan perngakuan 100% itu
dan tegas terang menolak kapitalisme asing dengan siasat men-sita perusahaan
musuh. Pembersihan mesti dilakukan.
Dan dalam masa pembersihan itu mesti dilakukan, dengan cepat
dan kalau perlu dengan deras-tangkas. Kalau tidak maka kaum kompromis akan jaya
melembekkan semangat perjuangan, membelokkan atau mematahkan perjuangan itu
sama sekali dan mengembalikan Indonesia ke-Status penjajahan dengan atau
tidak-dengan nama "Republik".
Setengah kaum tengah bagian atas yang dipelopori oleh
"ahli" politik dan "ahli" diplomasi serta para pamong praja
dan intelligensia sudah terjerumus atau sengaja menerjunkan dirinya
ketengah-tengah barisan NICA. Kaum pembelok, yang sudah menjalankan rolnya
dengan terbuka, setengah tertutup atau sam sakli bersembunyi itu mesti
di-isolir, dipisahkan atau sama sekali diberantas dari perjuangan revolusioner.
Persatuan Perjuangan revolusioner mesti terdiri dari kaum dan golongan
revolusioner saja. Dalam periode kedua ini, sesudah ujian dua setengah bulan
ini, mak agolongan yangt etap revolusioner ialah: Pertama golongan
proletaria-per-industerian, yakni buruh pabrik, bengkel, tambang, pengangkutan,
listrik, percetakan, PTT dll.
Kedua proletaria tani, ialah buruh kebun bersama dengan kaum
tani biasa, kaum tani menengah,s ampai ketani sederhana (kerja dan cukup buat
keluarga sendiri saja), terus kesetangah tani, setengah buruh tani. Ketiga kaum
marhaen ialah pedagang kecil, warga-kecil seperti juru tulis, guru, dan
intelligensia miskin dikota-kota. Semuanya golongan ketiga ini menghendaki
sungguh lenyapnya imperialisme asing dan beridrinya terus Republik Indonesia,
dan banyak sekali memberikan pengorbanan harta dan jiwanya dalam semua garis
pertempuran. Ketiga golongan yang masih revolusioner dalam periode kedua dimasa
revolusi nasinal ini lebih kurang terikat oleh aliran pula, yakni aliran
ke-Islaman, kebangsaan dan ke-proletaran (sosialisme, komunisme ataupun
anarchistis-syndikalisme). Ketiga aliran ini terus menerus mempengaruhi
pergerakan anti-imperialisme di Indonesia selama lebih 40 tahun dibelakang ini.
dalam periode kedua inipun ketiga aliran itu tiadalah bisa diabaikan.
PARI tiada akan melupakan tiga aliran yang terbuka atau
tertutup pada sanubari tiga golongan tersebut diatas. Ketiga aliran itu
masing-masingnya lebih kurang mempengaruhi masing-masingnya golongan ketiga
golongan tadi. Tetapi boleh jadi sekali dan sepatutnyalah pula ke-Islaman lebih
tebal dari padakaum tani, kebangsaan lebih tebal pada kaum marhaen dan
ke-proletaran pada golongan proletaria.
PARI mesti mencocokkan ORGANISASI, PRINCIPE 9PAHAM,
TAKTIK-STRATEGY dan SLOGAN-NYA dengan kekuatan-revolusioner dalam Negara dan
teman penyambutnya diluar Negara serta dengan keadaan dalam dan luar Indonesia
buat melakukan MINIMUM dan MAZIMUM-PROGRAMNYA. Pencocokan itu mesti senantiasa
dilakukan dan diperoleh berhubng dengan perubahan musim (periode) perjuangan
dan peralihan psuat kekuatan dari golongan kegolongan yang revolusioner. Buat
periode kedua ini cukuplah sudah Minimum Programnya Persatuan Perjuangan, yang
kalau dirasa perlu bisa ditambah disana sini, dengan tiada mengurangi
semangatnya yang revolusioner. Setelah kemerdekaan 100% tercapai, maka akan
berlakulah MAXIMUM PROGRAM, yang maksudnya menuju kepada Indonesia berdasarkan
SOCIALISME ....................bersandarkan kekuatan diri dan mengingat keadaan
disekitar Indonesia. Pertama sekali amat tidak bijaksana mengumumkan MAXIMUM
PROGRAM pada musim revolusi-nasional demokratis ini...........
HARI dan TANGKISAN
Akan terlampau jauh kemuka, kalau kita disini menguraikan
MAXIMUM-PROGRAM. Kita yag ditengah-tengah perjuangan yang sungguh ini,
ditengah-tengah dentuman bom, meriam, dan moritr, wajib memusatkan semua
pikiran, perhatian dan kemauan pada barang yang nyata dan praktis saja. Sekejap
kita melayangkan meninggalkan daratan, sebegitulah pula kita melalaikan
perjuangan yang sebenarnya dan meringankan pekerjaan musuh memerangi kita.
Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah
revolusi-nasional-demorkatis yang sempurna kelak sudah berlaku dan kemerdekaan
100% tercapai, maka MAXIMUM PROGRAM yakni SOSIALISME 100% akan seger
dijalankan. Mungkin apa tidaknya SOSIALISME 100% bisa dijalankan, adalah sama
sekali tergantung pada keuatan lahir-batin Indonesia sendiri dan keadaan
disekitar Indonesia.
Memeriksa dan menguraikan kemungkinan disektor Indonesia
akan memakan banyak waktu dan tempat. Tetapi semua kemungkinan bisa dibulatkan
seperti berikut: Pertama Perdang Dunia ke 3 timbul. Dalam hal ini, tetntulah
sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan sosialisme dalam suasana
peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa kemungkinan terlibat atau tidaknya
Indonesia dalam perang dunia ke 3 itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian
beberapa lama sesudahnya kemerdekaan 100% tercapai. Dalam hal ini persoalan
sosialisme di Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari
pada diwaktu peperangan.
Tuduhan Trotskyisme
Tuduhan yang berdasarkan kebenaran memang perlu dijalankan
buat membersihkan suasan yang keruh. Tetapi sesuatu tuduhan yang jujur mesti berdasarkan
bukti yang nyata.
Tuduhan berdasarkan kebohongan atau tuduhan lancang yang
tiada sengaja dilakukanpun bisa menikam diri sendiri. Salah satu sebab yang
langsung memusnahkan Partai Gerondine dalam revolusi Perancis (tahun 1789)
ialah tuduhan lancang terhadap Partai Jacobin.
Sering pula "tuduhan lancang" dilakukan buat
menyembunyikan diri sendiri, masuk golongan inilah tuduhan lancang seorang
maling yang sengaja berteriak-teriak: Tangkap maling. Perhatian ramai
dipusatkan kepada pihak lain dengan maksud melindungi maling yang sebenarnya.
Dalam buku resmi "History of the Communist Party of the
Soviet Union (Bolsheviks)", disahkan oleh CC of the CPSU (B) 1938, Moscow
1942, salah satu sifat "TROTSKYISME" yang terpenting dimajukan ialah
seperti tercantum dalam muka 288-289 seperti berikut:
"First there were the "Left" shouters,
political freaks like Lominadze, Shatskin and others, who argued the NEP. Means
a rennuciation of the gains of the Oktober Revolution, a return to capitalism
.........
"Then there were the downright capitulators, like
Trotsky, Radek Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shylapnikov, Bhukarin, Rykov, and
other who did not believe that Socialist development of our contry was
possible, bowed before the "omnipotence" of capitalism and in their
endeavour to strengthen the position of capitalism in the Soviet country
demanded far-reaching concessions to private capital, both home and
foreign" and the surrender of a number of key positions of the Soviet
power in the economic field to private capitalists, the latter to cat either as
concessionaries of as partners of the State in mixed jonit stock
companies".
Both groups were alien to Marxism and Leninism.
Indonesianya:
"Pertama adalah "Kaum kiri" yang besar mulut,
orang tak tetap dalam politik seperti Lominadze Shatskin dll yang memajukan,
bahwa NEP itu (Politik Ekonomi Baru 1922) ialah pembatalan kemenangan Revolusi
Oktober, pengambilan ke kapitalisme .....
"Kemudian ada lagi capitalors (penyerah) tulen, seperti
Trotsky, Radek, Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shlyapikov, Bhukarin, Rykov dll
mereka yang tak percaya akan kemungkinan kemajuan sosialisme di dalam negara
kita, bertekuk lutut terhadap "kemahakuasannya" kapitalisme dan dalam
percobaan mereka memperkuat kedudukan kapitalisme Soviet Rusia, menuntut
pemberian konsesi (concession) yang berakibat jauh sekali kepada
privat-kapital, baik kapital dalam ataupun diluar negara, dan menuntut
penyerahan beberapa kunci kekuasaan pemerintah Soviet dalam lapangan ekonomi
kepada para (privat) kapitalist, yang dibelakang ini akan diterima sebagai
concessionaries (penyewa) atau sebagai rekan (partner) dari Negara (Soviet)
dalam Perseroang Campuran (Mixed Joint Stock Companies)".
"Kedua golongan diatas tak bersangkutan dengan Marxisme
dan Leninisme".
Hal 262 kitab tersebut:
"They proposed that we should throw ourselves on the
tender mercies of the foreign capitalists, surrender to them, in the form of
concessions branches of industry that of vital necessity to the Soviet State.
They proposed that we pay the Tsarist government’s debts annuled by the October
Revolution. The Party stigmatized these capitulatory proposals as
treachery".
Indonesianya:
"Mereka (Trotsky CS) mengusulkan supaya kita
menyerahkan diri kita kebawah belah kasiannya kaum kapitalist asing,
menyerahkan kepada mereka penyewaan (concessions) cabang industri yang penting
sekali buat negara Soviet. Mereka mengusulkan supaya kita membayar hutangnya
Tsar, yang sudah dibatalkan oleh Revolusi Oktober. Partai Komunis Rusia men-cap
usulan menyerah ini sebagai satu Penghianatan" (spasi dari pencatat).
Teranglah sudah bahwa satu dua perkara yang penting dalam
perbedaan Stalinisme dan Trotskyisme, menurut buku yang baru saja kami peroleh
ini, ialah perkawara sikap Soviet Rusia dan CP Rusia terhadap 1.e Hutang
pemerintah Tsar dan 2.e kapitalisme Asing di Rusia. Kedua hal itu ditolak oleh
pihak Stalin, dan diakui oleh pihak Trotsky.
Bukanlah pasal 6 dan 7 dalam MINIMUM PROGRAM itu mensita dan
menolak kapitalisme asing?
Tentangan hutang "Hindia Belanda" menurut PARI
sudahlah tentu pula mesti dibayar oleh Belanda sendiri. Republik Indonesia
berhak dan wajib menolak hutang "Hindia Belanda" yang sudah lenyap
itu, dan gagah mempertahankan kapital asing dan Rakyat Indonesia dibawah
perlindungannya itu.
Buat pembaca yang arif bijaksana, jujur dan mau mengerti
mestinya cukup terang sikapnya seseorang Trotskyist terhadap "hutang dan
kapitliamse asing" dibawah pemerintah yang sudah dilenyapkan oleh
revolusi, yakni menurut buku yang resmi di Soviet Rusia yang di pimpin oleh
Stalin.
Memang perkara "hutang dan kapitalisme asing" itu
keduanya amat penting buat jalannya revolusi nasional dan revolusi-sosial
Indonesia dihari depan. PARI nyata memberi jawaban yang cocok dnegan
"sikap resminya" Partai Komunis di Rusia dibawah pimpinan Joseph
Stalin.
Mereka yang mengindahkan tuduhan "Trotskyist"
terhadap PARI atau pada siapa saja hendaknya dengan catatan diatas ini bisa
memeriksa benar-salahnya tuduhan itu. Seterusnya bisa pula menentukan masuk
golongan mana si Penuduh: 1.e golongan penuduh yang jujur dan berbukti
cukupkah, atau 2.e golongan penuduh yang lancang berdasarkan kebohongan tetapi
tiada dengan niat buruk atau 3.e golongan penuduh yang lancang dan sengaja
bohong, lantaran dengki, chisist, khianat atau niat busuk yang lain-lain.
Atas catatan penting diatas sebagai batu ujian, maka
seseorang Penuduh mungkin bisa diputar menjadi si Tertutuh. Seseorang yang
ingin menyembunyikan maksudnya sendiri yang sebenarnya. Umpamanya tetangan
"diplomasi"nya yang katanya berdasrakan perhitungan, atapada
politiknya yang seudah pernah atau masih terlibat dalam perkakas imperialisme:
Hokokai, Nica atau Sibar.
Nama Partai tiadalah begitu penting. Mudah menukarnya. Asal
saja isinya tetap. Partai Komunis Rusia sendiri sampai 3 kali bertukar nama!
Yang penting ialah sifat (essence) revolusioner pada tiap-tiap tingkat dan
keadaan perjuangan. Jangan terlibat dalam aksi contra revolusi, provokasi atau
opportunisme. Marxisme itu bukanlah satu dogma, satu kaji apalan. Melainkan
satu pedoman perjuangan klas. Satu metode, dialektis-materialistis yang mesti
dilaksanakan cocok dengan tempoh dan tempat.
PARI semenjak hampir 20 tahun, ber-filsafat Marxisme, yang
dengan SIASAT LENINISME, menuju kearah REVOLUSI NASIONAL, REVOLUSI SOSIAL,
ke-MASYARAKAT SOSIALISTIS ................ sampai ke-MASYARAKAT KOMUNISTIS
diseluruh DUNIA.
PERKARA KERIBUTAN TAHUN 1926
Banyak orang di Indonesia ini, terutama diantara
"komunis" sendiri yang menyalahkan saya dan menimpakan kegagalan
percobaan menggulingkan pemerintah Belanda ditahun itu pada bahu saya. Apalagi
pemuda sekarang yang pada masa itu baru atau belum lahir selalu dikeruhkan
kepalanya oleh satu golongan teristimewa anti Tan Malaka. Golongan anti Tan
malaka ini bekerja keras di jaman Belanda, Jepang apalagi sekarang, dijaman
Republik Sukarno-Hatta ini.
Perkara anti dan pro itu sudah tentu semestinyalah dalam
satu perjuangan politik. Sedangkan dalam perjuangan agama yang semestinya suci
itu dan perjuangan science, ilmu yang mestinya objective tenang itu golongan
anti dan pro itu tiadalah sedikit banyaknya. Sudahlan cukup disebut, bahwa Nabi
Isa mengenal Yudas dan para pendeta Yahudi ialah musuh yang mengirimnya ketiang
gantungan. Nabi Muhammad bermusuh mati-matian dengan Abu Jahil, Lenin pernah
dituduh sebagai spion Jerman oleh musuhnya.
Cuma lucunya dalam propaganda anti Tan malaka itu mereka
yang dikatakan berlawanan dengan saya itu adalah mereka yang saya sendiri tiada
sangkat atau percaya begitu saja akan berlaku begitu. Sdr. Muso yang katanya
mengadakan anti propaganda terhadap saya, lebih kurang 10 tahun sesudahnya
kejadian tahun 1926 itu, belum sampai saya kenal diri. Anehnya sdr. Muso selalu
saya kemukakan diluar Indonesia, dalam surat di Manilla, sebagai salah seorang
pahlawan Indonesia yang berjuang menentang imperialisme Belanda. Alimin adalah
tiga kali datang menjumpai saya diluar Negara, sebagai utusan PKI dan atas
anjuran saya sendiri. Alimin berada disamping saya di Manila ketika putusan
mengadakan revolusi itu dikirimkan kepada saya. Sdr. Aliminlah yang membawa
putusan saya sebagai thesis dan Aliminlah yang menjadi utusan saya.
Mesti diperingatkan disini, bahwa dimasa itu keduanya sdr.
Alimin dan Muso baru saja meninggalkan Serikat Islam dibawah pimpinan Almarhum
Cokroaminoto dan H. Agoes Salim, dan memasuki PKI. Para Komunis lama, yang
dianggap tahu seluk-beluknya PKI seperti sdr. Semaoen, Darsono, Soebakat dan
saya sendiri berada di luar Indonesia serta Almarhum Soenono mati dalam bui.
PKI berada dibawah pimpinan kebanyakan orang muda atau baru dan kurang
pengalaman.
Berhubng dengan beberapa hal yang bisa menyinggung-nyinggung
aksi komunis diluar Negara dan karena saya sendiri memang tak suka memperdulikan
tuduhan yang saja tahu bohong, tak beralasan dan semata-mata provokasinya
musuh, maka selama ini semua tuduhan itu saya biarkan saja. Saya percaya bahwa
sejarah adalah dipihak saya. Dari semua pihak yang saya percayai, saya dengar,
bahwa sikap saya pada tahun 1926-27 itu 100% dibenarkan oleh instansi (tingkat)
yang tertinggi. Dengan mereka yang tak tahu seluk-beluknya kedudukan satu
Partai Komunis pada satu negara sebagai Seksi, cabang, Komintern atau
Internasional III, tuduhan yang berhubngan dengan tahun 1926 itu, selamanya
inisaya pikir baik dibiarkan saja. Apalagi "resminya" Internasional
III atau Komintern, sudah dibubarkan pada tahun 1943. lagi pula selalu saya
pikir, bahwa tiadalah rasanya membikin lbeih enak perasaan ratusan teman seperjuangan
saya sendiri, yang hampir 20 tahun menerita sengsara hidup karena akibatnya
keributan tahun 1926 itu di Digoel yang sekarang kembali ke tempatnya
masing-masing, kalau mereka insaf, bahwa mereka adalah korban propokasi meusuh!
kelak kalau mereka perlu dibicarakan kembali, hal itu tak ada orang akan lebih
bergembira dari pada saya sendiri. Cuma perkara itu mesti dibicarakan oleh
Badan yang competent, bevoegd, berhak membicarannya dan tentulah mestinya satu
Hakim Komisi Internasional.
Tetapi sebab dalam revolusi Indonesia sekarang ini, Agen
NICA dan korbannya orang Indonesia bergiat mengadakan propaganda anti Tan
Malaka itu, mak asaya perlu mengemukakan beberapa hal. Bukan sebagai pleidoi,
pembebasan yang sempurna, sebab sipenuduh yang sebenarnya, saksi yang sebenarnya
tak ada apalagi Hakim yang berhak, ialah yang ditetapkan oleh Komintern
sendiri-melainkan sebagai petunjuk, suggestion, kepada yang berkepentingan dan
bisa berpikir tenang-saksama. Perkara yang saya anggap intern perkara dalam,
masih terpaksa ditunda sampai berhadapan dnegan Hakim yang sah. Dan rahasia
saya itu pastilah hebat.
Putusan mengadakan pemberontakan itu diambil oleh 11 wakil
PKI pada 25 Desember tahun 1925, di Candi Prambanan, Yogyakarta buat dilakukan
pada tanggal 18 bulan Juni 1926. keributan itu terjadi pada 12/13 November
1926, jadi hampir satu tahun dibelakang putusan Prambanan tadi. Putusan itu
didesak oleh ancaman Belanda yang berniat melarang PKI. Tidak boleh dikatakan
semuanya atau sebagian besar para pemimpin (cabang) diajak berembuk masak-masak
lebih dahulu sebelum putusan diambil.
Buat memendekan uraian ini putusan itu saya namai saja
PUTUSAN PRAMBANAN.
Beberapa suggestion saya akan kemukakan dibawah ini, ialah:
1. Perkara Serba-serbi.
Putusan Prambanan itu saya terima di manila pada permulaan
bulan Maret. Saya diundang datang ke Singapura! Tetapi bukan buat merundingkan
siap apa tidaknya PKI buat memimpin revolusi pada satu jajahan. Apa corak
Politik-Ekonomi yang dituju! Juga bukan buat merundingkan caranya memimpin
pemberontakan pada jajahan tersebut.
Saya diundang datang ke Singapura, buat pergi ke Moscow
bersama sdr. Muso untuk meminta bantuan (bantuan lahir semata-mata!) oleh
karena putusan semacam itu saya anggap terlanjur, bertentangan dengan aturan
Komintern, dan saya sendiri masih memerlukan perawatan-dokter yang istimewa,
serta akhirnya sdr. Alimin patut cukup dan menyangupkan pergi ke Singapura
sbeagai wakils aya buat sementara waktu maka perjalanan saya ditunda sampai
keadaan mengizinkan. Saya tiba di Singapura pada 6 mei 1926. tetapi malangnya,
barusan saja sdr. Alimin dan Muso berangkat ke Moscow. Saya dapati Sdr. Subakat
tak diajak berembuk, thesis dan usul saya tak sampai pada sr. Muso dan Sdr.
Soegono merasa sama sekali belum siap untuk memimpin satu pemberontakan. Bahkan
sdr. Soegono sendiri yang ingin berjumpa dnegan saya, Soegono sendiir ketua
VSTP yakin, bahwa mogok umum pun masih susah buat diadakan dimasa itu (VSTP
kumpulan Spoor dan tram personel), adalah salah satu kumpulan yang mempunyai
sejarah yang paling tua dan paling gemilang di Indonesia. Kumpulan itu mulanya
dipimpin oleh Sosial Demokrat Belanda seperti Sneevliet, Baars, Dekker, Bergsma
dan oleh Sdr. Semaoen dan Kadarisman. VSTP mempunyai sejarah revolusioner yang
gemilang belum ada taranya tentangan organisasinya di Indonesia kita ini.
dibawah pimpinan lama pernah mempunyai anggota-membayar-kontribusi sampai
17.000 mempunyai gedung buat kantor, percetakan, propaganist dan surat kabar
yang amat rapi aturannya. Tetapi dibawah pimpinan Soegono tahun 1926 itu,
disebabkan sebagian besar oleh raksi dan akhirnya kerna memang krisis sudah
lalu maka anggota VSTP merosot sampai 4 atau 5.000 (yang aktive saja).
Ditinggalkan oleh Sdr. Alimin, Musso kami (sdr. Subakat
buruan di Singapura, saya dan Sdr Jamaludin tamim yang baru datang dari Jakarta
buat menjalankan instruksi pimpinan PKI) melanjutkan pekerjaan kami.
Kami berada di Singapura sampai sehabis keributan Bantan dan
Silungkang. Sdr. Alimin dan Muso kembali dari Moscow sehabisnya keributan
itulah pula!
2. Perkara autoriteit, Instansi.
Pada tahun 1923, saya oleh Komintern diberi surat kuasa
mengawasi pergerakan Komunis disemua Negara Selatan, Indonesia, Filipina,
Birma, Siam, Malaka dan Indo China. Oleh Provintern dan dengan persetujuan
Konferensi Canton, tahun 1924 buat memimpin Secretariaat dan Majalah "The
Dawn" untuk kaum pelaut seluruhnya Pacific termasuk Hindustan dan Jepang.
Saya langsung bertanggung jawab tehradap Komintern dalam gerakan Komunisme dan
terhadap Provntern dalam gerakan pelaut ditempat tersebut. Tak ada instansi
yang lebih rendah berada di Asia tempat saya bertanya. Ini dijlaskan benar oleh
wakil KOMINTERN dan PROVINTERN kepada saya dimestikan mengambil keputsan
sendiri dan bertanggung jawab sendiri kepada KOMINTERN dan PROVINTERN.
Kepercayaan dan tanggung jawab sebesar itu tentulah mengandung resiko yang
besar pula, apalagi terhadap drii saya sendiri. Banyak pemimpin lain yang lebih
tua dan lebih berpengalaman dari pada saya baik orang Eropa ataupun orang Asia
dimasa itu. Hal ini tentulah menguntungkan pula. Tetapi buruk baik pekerjaan
sayalah yang menangung langsung ke Moscow! Kurang pengalaman sendiri
mengerjakan pekerjaan internasional disamping mereka yang lebih berpengalaman
memperteguh rasa tanggung jawab tehradap kedua ORGANISASI DUNIA tersebut.
Keduanya Komintern dan Provintern mempunyai Anggaran Dasar
tertentu. Aturan bekejra tertentu, Program tertentu, Taktik-Strategy tertentu
yang mesti dicocokan pula dengan dua atau tiga Kongres di Moscow dimasa lampau
dan akhirnya dengan garis besar yang sudah dirancang oleh Marx-Engels.
Mengawasi gerakan Parati Komunis dan Pakbon di Indonesia, berarti menjaga
supaya dijalankannya gerakan itu jangan menyimpang dari garis besarnya seperti
tersebut diatas. Membiarkan Partai Komunis Indonesia, ialah Seksi, Cabang dari
Komintern menyimpang dari aturan atau dasar Komintern artinya saya sebagai
pengawas, bisa dipecat, di-Royeer oleh Komintern. Tanggung jawab saya yang
pertama sekalis bagai wakil dari Kominern tentulah terhadap Komintern sendiri,
bukan kepada PKI. Dalam thesis ke-sekian (49?) yang diterima Kongres ke (3?) di
Moscow, ditetapkan bahwa wkail Komintern itu terhadap Seksi mempunyai Hak
mengusul, mengkritik, bahkan Hak VETO (melarang sesuatu putusan).
Nah! sekarang memutuskan membikin revolusi enam bulan
diwaktu depan itu oleh beberapa pemimpin saja, oleh satu Partai
Komunis sebagai seksi Komintern ditempat terpenting di dunia ini, ialah
Indonesia saya anggap bertentangan dengan kekausaan (autoritiet) PKI sebagai
SEKSI dari KOMINTERN. Pertama sekali saya pikir bahwa hal penting yang mengenai
seluruh dunia itu mesti dipuskan di Moscow bersama Partai Komunis lainnya. Di
Moscowlah mestinya bersama-sama di periksa apakah ORGANISASI, CLASS STRUGGLE
(dalam organisasi) KESIAPAN anggota PKI dalam hal Komunisme dan percobaan klas,
serta kesiapan partai Komunis lain buat menyambut dan membantu REVOLUSI
INDONESIA dibawah pimpinan PKI itu semuanya sudah siap sedia. Perkara senjata
adalah barang tersambil, tak mengenai dasarserta organisasi dan taktik-strategy
gerakan komunisme. Sejata itu memang boleh dicarai kesemua tempat dan disegenap
tempoh. Tetapi senjata komunis yang sebenarnya ialah rancangan-politik,
organisasi, semboyan dan propaganda-agitasi. Senjata yang dipegang oleh
balatentara imperialsime Belanda itu dalam keadaan yang sungguh revolusioner
mudah dierbut dengan lidah, pena dan tangan dan bambu-runcing. Bacalah SEMANGAT
MUDA tentang hal senjata itu. Sekarang nyata kebernarannya!
Seandainya pemberontakan Indonesia akan
"diterbitkan"dan dipimpin oleh satu partai nasionalis atau
ke-islaman, maka PKI sebagai SEKSI KOMINTERN sudah tentu tak perlu bertanggung
jawab terhadap KOMINTERN. Tetapi dalam hal ini PKI bisa juga membatu dengan
langsung atau tak langsung dengan tiada perlu langsung bertanggung jawab
terhadap KOMINTERN.
Maka berhubng dengan kedudukan PKI sebagai SESKI, Cabang dan
kedudukan saya sendiri sebagai wakil KOMINTERN maka saya yakin betul, bahwa
saya wajib mengambil sikap yang tepat-cepat. Tetapi sikap itu tiadalah sampai
menjatuhkan VETO, ialah hak melarang. Melainkan mengusulkan, supaya lebih
dahulu sebelum pergi ke Moscow, meminta bantuan itu, kita mengadakan KONPERENSI
di Singapura, yang diwakili oleh semua cabang yang penting. Disana akan
dibicarakan, sikap dan aksi apakah yang pantas diadakan buat menyambut larangan
terhadap PKI. Sikap dan aksi itu mesti revolusioner, tetapi mesti cocok dengan
kekuatan diri sendiri yang ada dan tersembunyi dan cocok pula dengan kekuatan
musuh yang ada dan tersembunyi. (Lihatlah Kearah Republik Indonesia, Semangat
Muda, dan Aksi di Indonesia yang ditulis dimasa itu). Larangan belanda semacam
itu tak boleh menyebabkan putus asa atau mata gelap seorang Marxist, Leninist.
Sekali-kali tak boleh memberi kesempatan pada percobaan
PROVOKASI musuh. Partai Komunis Germania dll, Negara Barat, Bahkan Rusia
sendiri sering berhadapan dengan Larangan ini dan itu. Tetapi tiada perlu
satu Larangan itu dibalas dengan pemberontakan.
Berapa kali Partai Komunis Germania atau Rusia terpaksa lari
bekerja kebawah tanah, sampai tempoh dan tempatnya buat keluar dan menyerang
datang. Itulah yang dinamai Plastis dalam gerakan komunis. Organisasi,
taktik-strategy mesti dicocokan dengan pekerjaan terbuka atau tertutup. Kalau
perlu maka HQ (Pusat Pimpinan) bisa dipindahkan buat sementara tempoh kelain
tempat. Saya mengusul, supaya di Singapura diadakan RESERVE HQ.
Jadi bukan maksud, sikap dan aksi saya pada tahun 1926, buat
melarang aksi revolusioner, melainkan menarik kembali sikap dan tindakan yang
saya rasa tidak tepat (PUTUSAN PRAMBANAN) kesikap dan tindakan yang tepat ialah
cocok dengan dasar komunisme dan Putusan Kongres yang sudah diambil beberapa
kali di Moscow, dan cocok dengan AUTORITEIT KOMINTERN dalam gerakan yang
mengenai dunia Internasional.
Tetapi sebelumnya pergerakan PKI dibawah kembali ke-rail
komunisme (pengunduran teratur) haruslah lebih dahulu dicabut kembali PUTUSAN
PRAMBANAN yang saya anggap bukannya kekuasaan autoriteit PKI sebagai SEKSI,
Cabang KOMINTERN, semata-mata.
Pencabutan PUTUSAN PRAMBANAN itulah langkah pertama. Langkah
kedua ialah menentukan sikap yang komunistis, berdasarkan Massa Aksi dengan
TUNTUTAN yang nyata-dirasa, yang kalau kekuatan, keadaan organisasi
mengizinkan, naik terus sampai dengan REVOLUSI-NASIONAL dan SOSIAL. Sebelum
PUTUSAN PRAMBANAN ITU dicabut, maka kekacauan sajalah yang akan menimpa
pergerakan revolusioner Indonesia.
Sebagai wakil KOMINTERN saya anggap saya berhak dan wajib
mengusulkan cabut-kembali, PUTUSAN PRAMBANAN, karena PUTUSAN itu tiada diambil
dengan persetujuan, bahkan tiada dengan pengetahuan KOMINTERN ataupun wakilnya
lebih dahulu. PUTUSAN PRAMBANAN tiada dicabut kembali. Akibatnya akis yang
dilakukan oleh PKI menurut PUTUSAN PRAMBANAN dengan tiada persetujuan lebih
dahulu dari KOMINTERN, ialah instansi yang saya anggap perlu
diberi-tahukan lebih dahulu dalam perkara sepeting itu, saya tolak
seluruhnya kalau ditimpakan kepada saya.
Kewajiban saya buat mengusulkan mencabut kembali putusan
yang tiada syah itu sudah saya jalankan. Juga cukup usul dari pihak saya
dan teman seperjuangan seperti Subakat dll diluar dan didalam Indonesia. Buat
membawa kembali PKI ke-rail Massa-Aksi dan komunisme. Dalam hal ini saya rasa
saya Cuma menjalankan kewajiban dan tanggung jawab saya terhadap RAKYAT
INDONESIA, PKI, dan KOMINTERN.
Mungkin ada yang berkhianat kepada PKI ataupun Kominter,
atau dengan sadar atau tidak menjerumuskan Rakyat Indonesia dan PKI kejurusan
malapetaka. Saya katakan sekali lagi mungkin ; saya tak tahu orangnya. Tetapi
saya sanggup mempertahankan sikap saya dihadapan mahkamah Revolusioner
Internasional yang syah, ditempat dan tempoh manapun juga dihari depan.
3. Perkara Cooperasi (kerja bersama) Internasional
Kaum buruh sedunia bersatulah!
Inilah seruan Manifest Komunist lebih kurang 100 tahun
lampau. Komintern adalah Badan Proletar revolusioner sedunia yang menjadi
pengelaksanaan seruan kaum buruh dibawah pimpinan Marx dan Enges tadi. PKI
sebagai Seksi Komintern wajib menterjemahkan dan melaksanakan persatuan itu
dalam suasana Indonesia dan dunia sekitarnya pada tahun 1926.
Adakah pimpinan PKI cukup memperhatikan hal itu?
Seandainya PKI belum menggabungkan diri dalam sesuatu badan
Internasional sebagai Partai Komunis, sepatutnyalah dia lebih dahulu menduga
keadaan di dalam dan diluar Indonesia, kalau mengambil satu tindakan! cara
berpikir ialah MATERIALISME DIALEKTIS, Menurut filsafatnya Materialisme
Dialektis maka kodrat revolusioner dari masa murba itu turun naik dengan turun
dan naiknya keadaan ekonomi. Diwaktu krisis hebat memuncak, maka hebat
memuncaklah pula keinsyafan, perasaan serta kemajuan kaum proletariat. Dimasa
ini mungkin kapitalist Internasional bercakar-cakar, pecah belah atau
bermusuhan dan kekuatan proletaria dalam dan luar negara lebih mudah
dipersatukan. Inilah masanya buat proletaria sesuatu Negara buat mengadakan
menurut kekuatan kekuatan dan luar! sebaliknya dimasa Hoch Konjuktur, dimasa
makmur, dimasa produksi memuncak, dimasa hampir semua kaum buruh mendapat
pekerjaan, maka kendorlah keinsyafan, perasaan dan kemauan revolusioner itu
digolongan proletaria sendiri keculai pada sebagian kecil, ialah golongan
pelopornya. Dimasa semacam ini kapitalist Internasional sedang membagi-bagi
untungnya dan proletaria didalam dan diluar Negara lebih susah dipersatukan dan
dikerahkan buat menyerang musuh bersama secara revolusioner. Bukahlah dimasa
makmur itu saat yang paling baik buat mengadakan serangan revolusioner terhadap
kapitalisme. Aksi menambah gaji memanglah baik buat dijalankan. Tetapi semua
aksi revolusioner biasanya kandas, karena kelemahan nafsu berkorban.
Bagaimanakah keadaan nasional dan internasional pada tahun
1926.
Kita ketahui bahwa KRISIS hebat mengamuk pada tahun 1918
sampai 1922. pada tahun 1926 itu roda ekonomi sedang berputar menuju kepuncak
kemakmuran. Tahun 1929 KRISIS mengamuk kembali diseluruh dunia. Hal ini tidak
diharapkan pada tahun 1917-1922, tetapi hal ini benar terjadi. Hal ini di Rusia
dirasa amat penting sekali. Berhubung dengan hal ini apakah revolusi dunia
mesti didorong ataukah Rusia baik membelok dahulu keperusahaan membangun.
Inilah pertanyaan yang timbul dalam kepala tiap-tiap komunis dimana-mana
terutama di Rusia. Mendorong revolusi dunia artinya mempersulit kedudukan Rusia
didunia Internasional dan membangunkan kembali semangat kapital dunia memblokir
dan menyerang Soviet Rusia. Beginilah paham satu pihak dimasa ini. kita masih
ingat bagaimana "Surat Zenovief" dipakai oleh kaum reaksioner Inggris
buat memukul kaum kiri dalam pemilihan umum di Inggris. Pada masa itu Zenovief,
yang katanya mengirimkan surat pada kaum buruh Inggris, adalah ketua Komintern.
Sekarang nyata pada kita, bahwa partai komunis Rusia tiada mengambil tindakan
yang disangsikan hasilnya. Rusia membelok menukar kelapangan membangun, ialah
menjalankan RENCANA EKONOMI 5 tahun. Ini dijalankan dengan jaya. Rencana
ekonomi 5 tahun sudah tentu membutuhkan damai buat pertukaran barang dengan
dunia kapitalist. Rusia menjual minyak dan gandum dan membeli mesin dari negara
kapitalist. Tuduhan dunia kapitalist bahwa Komintern adalah alat pemerintah
Rusia selalu dijawab: bahwa Komintern adlah satu Badan yang terpisah dari
Pemerintah Soviet Rusia.
Adakah PKI memperhatikan keadaan Internasional dimasa itu?
Saya tak mendengar hal itu diperundingkan di rapat manapun
juga. Juga tiada dikaji masak-masak ataupun diperundingkan keadaan ekonomi di
dalam Negara. Sudah diketahui sekarnag bahwa hampir semua pabrik gula pada
tahun 1926 dibuka kembali. Kebon getah, teh, kopi, kina, palm-olie, tembakau
dll, serta tambang emas, intan, timah dan minyak sedang asyik bekerja
mengeluarkan hasil bertimbun-timbun. Kereta dan kapal sedang giat mengangkut
hasil kapitalist melimpah-limpah. Sebagian besar proletaria tanah dan mesin
bisa bekerja dengan upah yang menghidupkan mereka sebagai kuli. Bukanlah pada
masa ini memuncaknya keinsyafan, perasaan dan kemauan proletaria buat diorganisir
dan dikerahkan menyerang kapitalisme Belanda yang pada saat itu tentulah siap
buat dibantu oleh kapital Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat disekitar
dunia.
Saya selalu mendapat laporan dari PKI dimasa ini! Almarhum
Aliarcham, ketua PKI selambat-lambatnya seminggu sekali melaporkan
aktiviteitnya, usahanya partai dimana saja saya berada. Demikian pula saudara
SECRETARIS PARTAI dimasa itu. Tetapi sebelumnya surat PUTUSAN PRAMBANAN itu
dikirimkan kepada saya, tiadalah ada satu patah katapun diarahkan kepada
perundingan buat memeriksa kemungkinan sesuatu percobaan revolusi langsung
dibawah bendera PKI sebagai SEKSI KOMINTERN. Tiba-tiba saya menerima PUTUSAN
PRAMBANAN dan undangan ke Moscow buat meminta bantuan. Malangnya pula beberapa
hari sebelumnya saya menerima surat "undangan" itu saya menerima
surat, bahwa Almarhum Aliarcham sudah ditangkap dan dibuang.
Almarhum Aliarcham dimasa itu baru sedikit umurnya diatas 20
tahun. Dia ingin keluar berjumpa dengan saya. Laporannya kepada saya
membuktikan kecerdasan dan semangat revolusioner yang menyala-nyala. Bukti pula
menyatakan, bahwa sikap komunis ada padanya, ialah berani mengakui kesalahan
dan ikhlas pula mencabut kembali langkah yang sudah terlanjur. Kehilangan
Aliarcham buat parati seperti juga kehilangan komunis-lama, seperti Soegono,
dimasa itu dan sekarang pun saya anggap satu kehilangan yang sungguh merugikan.
Ringkasnya kemungkinan jaya atau gagalnya satu revolusi yang
langsung dipimpin PKI yang sudah tentu membawa PUSATNYA ialah KOMINTERN, tiadalah
diperundingkan dengan para teman yang berkepentingan. Akibatnya AKSI PKI
sebagai cabang Komintern, yang tentu akan membawa-bawa Rusia pula tiada
diperundingkan. Juga tiada perundingan bagaimana dan berapa jauhnya kaum
revolusioner di Filipina, Annam dll dan partai komunis di Amerika, Perancis,
dan Inggris bisa memberi bantuan. Kalau hal ini diperundingkan di Moscow lebih
dahulu, sudahlah pasti PUTUSAN seperti di PRAMBANAN tak akan berlaku ataupun
timbul.
Semua uraian kita diatas tiada berarti bahwa gerakan
revolusioner bahkan revolusi pun umpamanya REVOLUSI yang bersifat
anti-imperialsme untuk NASIONAL tidak mungkin. Ini memangnya mungkin. Saya
sendiri selalu memajukan kemungkinan itu baik di Moscow ataupun di Asia ini.
tetapi PROGRAM, ORGANISASI, TAKTIK-STRATEGY serta SEMBOYAN pun mesti dicocokan
dengan keadaan dan kekuatan yang nyata atau tersembunyi baik didalam maupun
diluar Negara Indonesia.
4. Perkara Organisasi
Banyak pekara yang berhubungan dengan ORGANISASI yang sudah
saya uraikan dalam tiga BROSURE terdahulu disekitarnya tahun 1926 itu. Uraian
itu tak perlu diulang lagi.
Saya pikir, bahwa ORGANISASI PKI tahun 1926 masih banyak
mengandung kekurangan. Maka kekurangan itu banyak pula mempengaruhi PKI
terdorong kejurusan PUTCH, ialah aksi bersandarkan semata-mata senjata
kemiliteran. Bukannya bersandar pada MASSA-AKSI yang bersandar pada MURBA yang
bergerak terus menerus disebabkan terutama oleh keadaan POLITIK-EKONOMI, menuju
kepada tuntutan yang berjiwa HAK POLITIK-EKONOMI pula.
Apakah MOTIVE-FORCE, kodrat penggeraknya sesuatu PARTAI
KOMUNIS?
Hasrat sesuatu Partai Komunis, ialah mengubah masyarakat
yang berdasarkan PRODUKSI KAPITALISTIS, ialah penghasilan dengan cara memeras
(exploitation) tenaga buruh, untuk, dua tiga lusin kapitalist, melalui jalan
Massa-Aksi-Teratur, menjadi masyarakat SOSIALISTIS, pada tingkat permulaan,
yakni menagdakan hasil secara RATIONALIST (terkendali) buat seluruhnya
masyarakat yang kerja menuju ke-masyarakat komunis. Didunia sosialistis isepan
(exploitation) itu dilenyapkan. Didunia Komunistis, maka STAAT, Negara sebagai
alat penindas kaum buruh lenyaplah pula.
Golongan apakah yang lebih pantas lagi dalam masyarkat buat
menjalankan perubahan masyarakat kapitalistis itu menjadi masyarakat
sosialistis (nanti Komunistis) selainnya dari pada golongan yang sehari-hari
diisap dan ditindas dalam pekerjannya dalam semua perusahaan Kapitalistis?
Dalam perusahaan kapitalsistis, yang menghasilkan besar-besaran dnegan alat
mesin modern dan administrasi secara modern pulalah terdapat proletaria modern.
Disinilah proletaria diikatkan pada mesin modern, diorganisir dan di-disiplin
secara modern, scientific menurut ilmu.
Didalam perusahaan modern inilah sesuatu PARTAI KOMUNIS
harusnya mencari calon buat MOTIVE-FORCE, KODRAT-PENGGERAK revolusi sosial.
Tingkat pertama yang baiknya ditempuh oleh pekerja-murba dalam dunia ORGANISASI
ialah PAKBON. Sebagian (tak semuanya) pekerja yang insyaf akan keadaan hidupnya
mempersatukan diri buat maksud yang pertama ialah memperbaiki nasib hidupnya
(tambahan gaji, kekurangan lama kerja, hak mogok dll). Dari PAKBON sebagai
organisasi buruh tingkat pertama inilah PARTAI KOMUNIS seharusnya mencari calon
buat anggotanya. Dari anggota PAKBON-lah disaring para anggota PARTAI KOMUNIS
ialah pelopor, kodrat-penggerak, MOTIVE-FORCE dalam revolusi-sosial. Tak pula
perlua banyak asal saja cerdas, jujur, aktif dan bisa memimpin atau
mempengaruhi seluruh PAKBON tadi.
Syahdan dalam gerakan Rakyat berperang, maka kita lihat
pertama KADER-OPSIR, yang memimpin tentara tetap. Disekitarnya TENTARA-TETAP
dibawah pimpinan KADER-OPSIR, itu kita lihat RESERVE dan seluruh rakyat.
Tak berapa bedanya dengan itu maka kita wujudkan dalam
gerakan revolusi-sosial PARTAI-KOMUNIS sebagai kader opsir yang memimpin
PAKBON. PAKBON itu seolah-olah TENTARA TETAP diaatas tadi. Disekitarnya PAKBON,
yang memimpin oleh PARTAI KOMUNIS kita lihat PKERJA seluruhnya dan Rakyat
lainnya.
Memang para saudagar kecil bangsa Indonesia terdesak oleh
sudagar asing. Majikan perusahaan kecil Indonesia (perusahaan batik umpamanya)
terdesak majikan perusahaan asing. Semuanya pedagang kecil, tukang warung
kecil, sampai penjual sate dan gado-gado, disampinya warga-kota yang kecil seperti
juru-tulis, tukang, intelligensia-miskin, yan gsemunya kita namai saja
warga-mskin, terdesak sungguh oleh kapital asing. Tetapi tiada langsung
terdesaknya. Mereka berada diluar kebun, tambang, pabrik, kereta, dan
perkapalan asing. Mereka tiada diikat oleh mesin, adm, organisasi dan
disiplin-nya kapital asing dalam satu perusahaan asing. Sebab itulah, maka tak
tepat kalau mereka dijadikan MOTIVE-FORCE dalam gerakan komunis. Setengah atau
satu lusin diantara mereka yang cerdas, jujur, dan berani yang terikat oleh
FILSAFAT MATERIALISME DIALEKTIS dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat
tentulah patut diterima didlam PARTAI KOMUNIS. Tetapi umumnya mereka
WARGA-MISKIN ini berhasrat dan berfilsafat hidup yang berlainan dari pada
proletaria modern. Memasukkan mereka terlampau banyak kedalam PARTAI KOMUNIS
niscaya akan memperlemah dasar tujuan PARTAI KOMUNIS. Mayority, lebih dari
setengahnya banyak warga kecil dalam PARTAI KOMUNIS mudah dibelokkan PARTAI
KOMUNIS kelapangan anarchisme atau opportunisme, PUTSCH atau CONTRA-REVOLUSI.
Mayority sebagian besar dari pada anggota sesuatu PARTAI KOMUNIS buat menjaga
kesehatannya partai itu harus terdiri dari PROLETARIA INDUSTRI. Para pekerja
INDUSTRI BERATLAH yang sepatutnya mendapat perhatian pertama buat dijadikan anggota
PARTAI KOMUNIS.
Sebermula, maka harus diinsafkan lebih dahulu, oleh para
pemimpin Komunis Indonesia, bahwa Indonesia ini (pada tahun 1926 itu!) adalah
satu jajahan. Kapitalisme disini ialah kapitalisme penjajahan dan penjajah yang
amat terbelakang pula dalam per-industrian berat di negaranya sendiri-Belanda!
Perusahaan Indonesia sebagian besar terdiri dari perusahaan bahan, seperti
getah, timah, dan kina perusahaan mewah seperti teh, gula, kopi, tembakau.
Memang ada perusahaan penting (vital) seperti minyak bumi dan arang, disamping
pengangkutan modern, seperti perkongsian kereta api dan perkapalan. Tetapi
per-industrian-berat seperti tambang besi, perusahaan baja dan mesin,
perusahaan barang kimia dan listrik dan akhirnya industri MESIN BIKIN MESIN, atau
INDUSTRI-INDUK, belum lagi muncul sama sekali, walaupun bahan serta tenaga
melimpah dikepulauan Indonesia ini. lantaran semangat ahli-keju dan tukang
warung serta kedudukan perekonomian sebagai jongos Inggris, maka pikiran dan
perhatian Belanda tak sampai dan tak mungkin sampai kepada INDUSTRI-INDUK tadi.
Indonesia belum sampai ketingkat perindustrian-berat dan
baru berada pada pemulaan industri enteng, seperti perusahaan kain, kertas,
tinta dan pena. Tetapi perkebunan, pertambangan, pengangkutan serta perdagangan
sudah dijalankan secara modern sekali dan mempunyai sifat internasional. Pada
perusahaan yang sudah sampai ketingkat tertinggi dalam perusahaan yang adalah
seharusnya PKI memperedarkan matanya. Kepada perusahaan yang paling modern
mesinnya, yang paling up-to-date (baru) administrasinya, yang paling penting
hasilnya buat dalam dan luar Indonesia dan akhirnya kepada buruh yang paling
banyak terpusat, paling terususn-terdisiplin, jadinya mereka yang paling merasa
pula isepan dan tindasannyalah perhatian dan usaha yang pertama seharusnya
ditujukan.
Dengan jalan terbuka, aklau bisa dan jalan tertutup kalau
terpaksa, PKI seharusnya memusatkan semua perhatian usaha dan tenaganya
terutama sekali kepada buruh minyak di Cepu, Wonokromo, Palembang, Deli, Balikpapan
dan Tarakan. Disinilah terkumpulnya 120.000 atau mungkin lebih proletaria
tulen-modern-produktive, menghasilkan barang penting buat dunia seharusnya.
Disini PKI baru boleh dikatakan mendapat kemenangan tentangan pengaruh dan
organisasi kalau bisa mengikat separuh atau lebih proletaria otak dan tangan.
Setelah PAKBON tertanam disemua sumber minyak tersebut, dan setelah mendapatkan
cukup calon buat didik dan disiplin oleh PKI sebagai para anggotanya, barulah
bisa PKI berkata, bahwa dia sudah mempunyai pimpinan atas proletaria minyak.
Kalau kelak bendera PKI cabang Komintern dikibarkan diatas tambang dan pabrik
minyak tersebut, dan kapitalistis Belanda-Inggris dan Amerika mengirimkan kapal
perang dan pesawat udaranya buat membela "harta bendanya" disemua
tempat tersebut dan pasti akan dibelanya maka barulah boleh dikatakan ada
jaminan, bahwa revolusi sosial (termasuk nasional) disana akan dibela,
mati-matian secara Komunistis, cocok dnegan Organisasi Program,
Taktik-strategy-nya, Autoriteit dan Namanya Komintern.
Sepadan dengan kepentingan perusahaan minyak tanah, maka
perusahaan lain-lainnya pun mesti mendapat perhatian sepenuhnya pula.
Perusahaan itu ialah perusahaan besi dan bengkel seperti Bengkel Manggari di
Jakarta, ACW di Bandung, Braat dan Nagel & Co di Surabaya 180 atau kurang
pabrik gula di Jawa, tambang arang di Sawah Lunto (+ 40.000 buruh kontrak dan
rantai!) tambang timah di Bangka dan Billiton, tambang emas di Bengkulu dan
Minangkabau. Haruslah pula dimasuki ratusan kebun modern dan pabrik kecil-kecil
dimana-mana. Setelah proletaria yang menghasilkan barang ini tersusun dalam
PAKBON dan saringannya dilatih, diuji dan akhirnya diterima sebagai
anggota-aktif dalam PKI maka dijalankan pula atau disampingkan pula pekerjaan
dalam perusahaan kereta-api, perkapalan, kanotr, sekolah dan polisi serta
tentara.
Patut diperingatkan disini bahwa bukannya Serikat Rakyat
yang mestinya dijadikan ONDERBOUW, ialah lantai bawahnya PKI, melainakn PAKBON,
menurut kepenitngan buruhnya dalam dunia perekonomian. Sebaliknya tidak pula
Serikat Rakyat mesti dimatikan automatis, menurut salah satu putusan Kongres
PKI di Yogya, Desember 1924! Ini juga bertentangan dengan putusan Komintern
pada ketika saya berada di Asia. Saya sendiri tidak mengetahui putusan
mematikan Serikat Rakyat, sebelumnya saya mengetahui PUTUSAN KOMINTERN tadi.
Menurut pikiran saya Serikat Rakyat berhak dan patut berdiri disamping PKI dan
dibawah pimpinan Semangat (spiritual leadership) PKI seperti mudah dimaklumi
warga-miskin adalah hasil imperialisme dan kapitalisme juga, dan bermusuhan
terus dengan kapital imperialistis, sebelumnya Negara Nasional Indonesia
didirikan. Memang semangat ke-revolusioneran-nya turun naik menurut kemakmuran
dan Krisis-ekonomi di Indonesia: turun semangat memberontak sebagai golongan
dalam waktu kemakmuran, dan naik diwaktu Krisis. Ini adalah hal biasa! Juga
terjadi diantara golongan proletaria.
Dari Almarhum Aliarcham sendiri saya menerima laporan
tentangan mematikan (sendirinya) Serikat Rakyat. Saya tentu tidak setuju, Saya
sendang berkirim-kiriman surat (dari Manila) membereskan persoalan Serikat
Rakyat itu. Tetapi malangnya pula sdr. Aliarcham ditangkap dan dibuang.
Di Moscow laporan saya tentangan banyak anggota PKI pada
tahun 1922 selalu mendapat gangguan saja kiri kanan "Bagaimana" tanya
para komunis dari beberapa Negara dari yang muda remaja sampai beruban,
bagaimana bisa 40.000 banyaknya anggota PKI. Sedangkan Amerika dimasa itu baru
mempunyai 2 atau 3000. Tiongkok paling banyak 100 orang dan Hindustan Cuma
beberapa lusin saja?" Apakah industri yang ada di Ternate, yang beruntung
mempunyai 1.300 anggota yang aktif dan taat itu tanya mereka itu pula.
Dari salah satu buku statistik (Yaarboek?) di Balai
Pembacaan Jakarta kita bisa baca berapa orang diantara mereka revolusioner di
Digul yang boleh dinamai proletaria yang dimaksdukan di Moscow dan dunia Barat.
Kalau saya tak silap Cuma beberapa orang saja. Sebagian besar adalah pedagang
kecil dan guru sekolah dasar atau langgar.
Kaum pemberontak di Silungkang anggota PKI terdiri dari para
saudagar yang masuk golongan kaya buat perdagangan Indonesia, seperti para
saudagar di Lawean (solo), di Kota Gede (Yogyakarta) dan di Kudus. Disamping
Silungkang terdapat tambang arang Sawah-Lunto, perusahaan terbesar buat
selurunya Indonesia, dengan + 40.000 buruh tambang yang paling terhina,
terperas dan tertindas. Tetapi PKI belum lagi bisa mengatasi kesulitan
meng-organisir buruh tambang itu. Asistent Residen disana daya memperkosa
percobaan mendirikan PAKBON.
Para pemberontak Silungkang tentulah tiada memakai
materialiamse dialektis sebagai obor pergerakan melainkan dalam hakekatnya
perasaan kebangsaan. Tiadalah mementingkan MURBA dn MASSA AKSI melainkan
keberanian dan senjata. Tiadalah pula mementingkan TUNTUTAN POLITIK-EKONOMI
yang nyata melainkan kebencian pada pemerintah asing dan kapitalisme asing.
Para pemberontak Banten pula menjadi anggota PKI tentulah
pula dalam filsafat hidup dan perjuangannya tiada berdasarkan Materialisme
Dialektis, melainkan keteguhan kepercayaan pada Allah (Jimat). Tiadalah
mementingkan MURBA dan MASSA AKSI TERATUR melainkan iman dan ketabahan, bahkan
tak memperdulikan senjata "lahir" sama sekali atau taktik strategy
berjuang sama sekali. Bukanlah tuntutan Politik-Ekonomi yang nyata yang dituju,
melainkan Masyarakat berdasarkan ke Islaman.
Tak kurang memang tak perlu kurang artinya kaum saudagar dan
kaum Islam dalam masyarakat kita. Tak pula mestinya kurang kejujuran,
keberanian dan ketabahan mereka dalam perjuangan kemerdekaan. Tetapi
pencaharian hidup yang berlain-lain yang menimbulkan wujud, muslihat dan minat
berjuang berlain-lain pula. Berhubungan dnegan hal ini sepatutnyalah para
saudagar, alim-ulama dan umat Islam umumnya mempunyai Partai istimewa yang
bergandingan tangan dengan Partai Komunis, dalam satu gabungan Nasional.
Pikiran saya, bahwa dalam Partai Komunis terlampau banyak
beranggota non-proletaria dan terlampau sedikit proletaria (mesin) dan mungkin
belum lagi 1% kaum proletaria mesin dan tanah, pabrik, tambang dan kebun yang
jumlahnya barang kali lebih kurang 3.000.000 dimasa itu masuk kepalam PAKBON,
amat disetujui oleh Almarhum Aliarcham.
Sdr. Aliarcham memasuki pabrik gula didaerah Surabaya.
Menurut laporannya terakhir sudah mempunyai Pakbon ber-anggota 200.000 orang.
Tetapi ini berarti memasuki sarang macan. Laporan inilah yang terakhir saya
terima dari Sdr. Aliarcham. Di tangkap dan dibuang. Semuanya menunjukkan bahwa
PKI tidak mempunyai kader yang proletaris tulen. Belum mempunyai RESERVE ialah
PAKBON yang mengikat, umpamanya setengah saja dari proletaria mesin dan tanah.
Dengan begitu maka PKI mudah akan terdorong oleh non-proletaria kelaparan
PUTSCH.
5. Saat menerkam dan kesimpulan
Dalam "Naar de Republik Indonesia" (1924)
dan Massa Aksi (1926) sudah luas dalam saya uraikan siasat massa aksi. Disini
Cuma sedikit tambahan saja akan disampaikan.
Baik dalam perjuangan dua orang jago silat ataupun dua-team
sepak bola, apalagi dalam peperangan Negara dan Negara maka SAAT bila akan
menerkam itu amat penting sekali, buat diperhatikan.
SAAT itu pada instansi, tingkat terakhirnya, ialah ketika
kita mempunyai kekuatan sebesar-besarnya dan musuh sekecil-kecilnya. Pada saat
itulah bisa dilakukan pukulan terakhir (strategic-blow).
Maksud pukulan terakhir itu ialah dengan cepat,
sekonyong-konyong dan dengan kekuatan sebesar-besarnyamenerkam rantai terlemah
tentara musuh dengan maksud memutuskan rantai organisasnya serta akhirnya
menghancur-leburkan seluruhnya tentara musuh itu.
SAAT menerkam itu teramat penting pula dalam pejruangan
revolusioner berdasarkan massa-aksi-teratur. Pukulan terakhir itulah pula yang
diwujudkan oleh massa aksi teratur itu.
Tetapi ada banyak pebedaan TENTARA-PERANG dengan TENTARA
REVOLUSI. Yang paling mencolok mata diantara perbedaan yang banyak itu, ialah:
Pertama Tentara Perang itu sudah lebih dahulu bisa dihitung banyak prajuritnya,
baikpun kader, Tentara tetap atau reservenya. Tetapi tentara revolusi itu tak
bisa ditetapkan Partai. Pakbon dan lain-lain kumpulan serta rakyat revolusioner
yang akan membantu dengan pasti. Kedua, bahwa latihan tentara
perang sudah bisa dilakukan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya diwaktu damai.
Latihan partai, Pabon dan kumpulan Rakyat tiadalah bisa dilatih betul kalau
tidak ada krisis ekonomi atau politik. Ketiga, senjata tentara perang
sesuatu Negara bisa ditentukan lebih dahulu, baik di waktu damai ataupun
tambahnya diwaktu perang dengan jalan membeli atau membikin sendiri. Tetapi
tentara revolusi-sudahlah tentu tentaranya golongan orang miskin-pastilah pula
amat sedikit diwaktu damai, tetapi mungkin amat banyak dimusim reovlusi
(contoh) revolusi Perancis, Rusia dan Indonesia sekarang).
Baik perkara banyak orang (massa), latihan berjuang
ataupun persenjataan satu golongan pemberontak, boleh dikatakan sama sekali
tergantung pada PSYCHOLOGY, ialah JIWANYA-RAKYAT MURBA pada sesuatu Negara.
Menurut filsafat berdasarkan Materialisme, kebendaan, maka
JIWA MURBA tadi terombang-ambing lantaran keadaan lahir, kebendaan, ialah susah-mudahnya
mendapatkan makanan, pakaian, perumahan dll. Dalam dunia kapitaisme keadan
lahir in iberpusat pada susah-mudahnya mendapatkan pekerjaan ialah jalan
mendapatkan upah, ialah jalan pula mendapatkan makanan, pakaian dan perumahan
tadi. Dimusim rodanya kapitalisme berputar lancar, mudahlah mendapatkan benda,
matter, keperluan hidup itu. Karena mudahnya itu, maka yang revolusioner-pun
bisa mnejadi lembek, lena, lalai. Dimusim rodanya kapitalisme berhenti
berputar, atau krisis susahlah atau dimustahilah mendapatkan benda tadi buat
keperluan hidup. Sesabar-sabar dan sealimnya orang dia bisa menjadi mata gelap,
merasa sendiri dan melihat anak istri kelaparan, bertelanjang dan
bergelandangan dihujan panas. Kaum berpikir bisa menjadi revolusioner, dimasa
krisis seperti itu.
Menurut filsafat Materialisme yang bersandar pada
Dialektisme, pertentangan, maka pikiran revolusioner itu melantun
(terugkaatsenrebound) kembali kepada MATTER, kebendaan, seperti PENGHIDUPAN,
PRODUKSI-DISTRIBUSI, akhirnya kepada STAAT dan PRODUKSI-DISTIBUSI (ekonomi)
laam dan membangunkan yang baru. Jiwa semacam ini dinamai revolusioner.
Ringkasnya dimusim krisislah bisa diharapkan tentara
revolusioner yang besar, giat-berlatih secara massa-aksi seperti
mogok-demonstrasi yang mempunyai maksud yang pasti-terbatas disertai oleh
tuntutan pasti-terbatas pula (clear-cut-aim). Dalam latihan itu kelak bisa
ternyata berapa jauhnya MURBA yang beraksi itu bisa dipimpin dengan selamat,
ialah supaya pengorbanan bisa sekecil-kecilnya dan hasil yang diperoleh adalah
sebesar-besarnya. Kalau KRISIS memangnya mendalam, berhubngan dengan itu JIWA
RAKYAT memangnya positive revolusioner, maka jiwa Rakyat Murba Indonesia yang
menyala-nyala itu pastilah akan menjilat-jilat benteng pertahanan imperialisme
Belanda, da nmemasuki sanubarinya serdadu yang bersenjata dalam benteng itu.
SENJATA YANG DISIMPAN oleh serdadu yang berdiam dalam benteng Cimahi, Magelang,
dan Bandung itu, akan dikembalikan kepada Rkayat revolusioner buat diganti
menjadi prajurit revolusioner dari penjual kepala bertukar menjadi pahlawan
revolusi.
Bila SAATNYA menerkam, sampai bila pukulan terakhir bisa
dijatuhkan dan saatnya benteng imperialsime Belana menyerah bulat-bulat dengan
serdadu dan senjatanya tergantung pada beberapa faktor:
Keadaan ekonomi (ada tidaknya KRISIS).
Diatas tadi sudah diterangkan bahwa tahun 1926, ialah musim
(cyclus) naiknya kapitalisme dunia (Hoch-Konjucktur). Getah, minyak,
timah,emas, intan, gula, kopi, teh, kina dll laku lagi. Kaum buruh sebagian
besar terisap lagi oleh perusahaan pabrik, tambang, kabun dan pengangkutan.
Semangat revolusioner buat seluruhnya Rakyat terpukul oleh kemakmuran sementara
itu. DIBANDING dengan tahun 1945, sesudah perang dunia 5 ½ tahun dan Rakyat
Indonesia diisap, dirampokimesin, emas-intan-berlian, padi dan gadisnya:
ditindas, ditampar dan di bunuh serdadu perampoknya Tenno Haika, maka
kemakmuran dan ketentaraman tahun 1926 kalau dibandikan dengan kemakmuran dan
ketentraman tahun 1946 adalah benar-benar seperti perbedaan bumi dengan langit.
JIWA RAKYAT (semangat revolusioner) perbandingannya cocok dengan perbandingan
keadaan lahir itu.
Walaupun demikian dalam tulisan saya (Naar de Repulik
Indonesia, Massa-Aksi dan Semangat Muda) saya akui penuh keadaan dan semangat
revolusioner di Indonesia. Lebih revolusioner dari pada dibeberapa negara lain
karena seperti saya tulis dalam "Naar de Republik Indonesia"di
Indonesia seluruhnya Rakyat tak akan kehilngan apa-apa dalam revolusi, kecuali
belenggunya. Lantaran di Indonesia lemah sekali kaum tengah yang bisa
menghambat gelombang revolusi Indonesia, kalau betul-betul MURBANYA bersatu dan
berdisiplin menuju kesatu PROGRAM yang sesuai dengan KEKUATAN dirinya sendiri.
Partai Berdisiplin.
Parati Komunis ialah pelopornya revolusi. Di negara merdeka,
demokratis-kapitalistis, maka PARTAI KOMUNIS itu terutama memimpin proletaria
meruntuhkan STAAT KAPITALISTIS itu, sambil me-netralisir kaum tengah (menjaga
jangan sampai sebagian kaum tengah dipakai melawan proletaria, bahkan
sebaliknya sebagian lagi bisa digerakkan membantu proletaria).
Di negara setengah feodalistis, setengah kapitalistis maka
PARTAI KOMUNIS memimpin REVOLUSI pada tingkat pertama ke NEGARA DEMOKRATIS, dan
menurut keadaan dalam dan luar Negara seberapa bisa mendorong ke-revolusi
sosial.
Di Negara jajahan yang kapitalistis, maka PARTAI KOMUNIS
pada tingkat pertama memimpin REVOLUSI ANTI IMPERIALISME buat mendirikan NEGARA
DEMOKRATIS, serta selanjutnya menurut keadaan dalam dan luar Negara endorong
ke-revolusi sosial, ialah seberapa bisa pula.
Taktik strategy perjuangan dinegara setengah feodalistis dan
setengah kapitalistis dan di Negara jajahan itu amat complex, sulit dan
berhubngan dengan itu PARTAI KOMUNIS, mestinya amat palastis: sanggup
menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan tingkatnya (phase) revolusi dengan
tiada boleh melupakan ke-revolusionerannya. Bagaimana memimpin golongan yang
sekarang revolusioner (borjuis tengah dan bawah) dan besoknya
sebelum atau sesudahnya mencapai KEMERDEKAAN DEMORKATIS, bisa dengan sekejap
mata membalik menjadi contra-revolusioner, inilah persoalan yang sukar dalam
keadaan begini.
Dalam perjuangan maju-mundur itu, dengan teman seperjuangan
(kaum borjuis atas, tengah dan bawah) yang sekarang kawan, besoknya bisa
menjadi lawan itu, maka DISIPLIN PARTAI KOMUNIS itu mestinya tegap seperti
baja. Putusan yang diambil dengan persetujuan SUARA-LEBIH dalam perundingan
demokratis, serta masak-masak, mesti dijalankan oleh seluruhnya PARTAI, bahkan
oleh SUARA KURANG pun (Minority) ........... Perhatikan SUARA LEBIH dan PERUNDINGAN
DEMOKRATIS!
DISIPLIN itu mudah dijalankan kalau memang sebagian besar
anggotanya sendiri terdiri dari proletaria indsutri modern yang sudah paham
benar atas MATERIALISME DIALEKTIS. Susah atau mustahil dijalankan kalau
sebagian besar anggotnya terdiri dari bojuis tengah (Silungkang dll) serta
Islam revolusioner (Banten, Minangkabau dll).
Lebih mudah disuruh maju diwaktu KRISIS, kalau termapau
banyak ber-anggota warga miskin, yang umumnya condong kepada fascisme atau
anarchisme-tiu. Lebih mudah disuruh mundur diwaktu kemakmuran, kalau terlampau
banyak ber-anggota warga miskin dan tengah, karena mereka umumnya condong
opportunisme.
Seluruhnya Rakyat dibawah pimpinan (displin PARTAI KOMUNIS).
Hampir seluruhnya Rakyat Rusia Proletaria mesin dan tanah,
serta sebagian besar kaum tengahnya – sesudah mendapat pengalaman yang berharga
dalam perjuangan yang lama yang mundur maju semenjak dari tahun 1905 sampai
tahun 1917, akhirnya dibulan Nopember 1917 itu sudah sampai mengakui
autoriteitnya Partai Komunis Rusia. Terkaman terakhir pada bulan Nopember tahun
1917 diadakan sesudah PARTAI KOMUNIS mendapat kemenangan yang nyata dalam
pemogokkan, demonstrasi, pemilihan kota, daerah dan nasional dan akhirnya
........dikalangan TENTARA, ialah kaum bruh tani yang bersenjata.
Seperti disebut diatas, maka disamping PKI yang sebagian
besar dari anggotanya itu bukanlah proletaria mesin dan tanah, Cuma berada
beberapa PAKBON< yang mengikat paling banyaknya 1% saja dari seluruhnya
proletaria. Yang paling teguh organisasinya bukanlah pula buruh produktive,
mengadakan hasil, melainkan buruh pengangkutan (VSTP). Buruh pabrik, tambang
dan kebun masih cerai sahaja.
Pada tahun 1926, maka Serikat Islam masih berdrii terus dan
belum mendapat kecocokan dengan PKI. Serikat Budi Utomo, Pasundan, Sumatera,
Minahasa, dan Ambon masih berdiri sebagai benteng provincialisme
Dengan demikian, maka pertama PKI belum bisa secara
ORGANISASTORIS, tersusun mengikat seluruhnya GOLONGAN PROLETARIA dengan
perantaran PAKBON. Kedua balum pula bisa mengkikat WARGA MISKIN, yang banyak
terdapat dibawah pimpinan atau seluruhnya Serikat Islam, apalagi kaum tengah,
seperti saudagar atasan, Pamong Praja (BB) dan intelligensia miskin. Ketiga
provincialisme belum lagi ditarik kejurusan nasionalisme secara organisatoris.
Sedikit saja pemberontakan, kalau berlaku, mendapat
perlawanan dari imperialisme Belanda, maka semua golongan atas dan tengah yang
dipengaruhi Islamisme dan provincialisme itu bisa disusun dan dipakai oleh
imperialsime Belanda menentang pemberontakan dibawah pimpinan PKI.
Sekarang saja (May 1946) sudah Rakyat Indonesia 3 ½
tahun lamanya menyaksikan dengan matanya sendiri kelemahan Belanda terhadap
Jepang, menyaksikan dengan matanya sendiri kelemahan Belanda terhadap Jepang,
menyaksikan dnegan matanya sendiri kerendahan watak budi pekerti, bahkan
moralnya Belanda ....bekas Tuan dan Nyonya Besar serta NONI ...... dan
mendirikan REPUBLIK MERDEKA pada tanggal 17 Agustus 1945, masih bisa Belanda
memakai agama dan provincialisme, bahkan nasionalisme dan sosialisme buat
meruntuhkan Republik Indonesia dan mengembalikan Indonesia ke Status
penjajahan.
Cuma PARTAI KOMUNIS, ber-anggota sebagian besar PROLETARIA
MESIN, yang memimpin atau mempengaruhi PAKBON dan SAREKAT RAKYAT MISKIN ;
PARATI KOMUNIS, yang berfilsafat MATERIALISME DIALEKTIS dan menjalankan putusan
yang diambil oleh KONGRES KOMINTREN-lah yang mempunyai pengharapan buat
memimpin gerakan revolusioner di Indonesia sampai ketingkat yang cocok dengan
ekuatn dalam dirinya sendiri dan bantuan diplomasi dan moril dari dunia luar.
Seluruhnya Rakyat baru boleh dikatakan, berada dibawah
pimpinan Partai Komunis itu, jikalau Rakyat seluruhnya bisa dimajukan – kalau
saatnya tiba dan dimundurkan kalau terpaksa ....dengan tiada mengurang
kepercayaan rakyat murba pada Partai Komunis itu. Takut mencabut kembali
sesuatu PUTUSAN yang sudah diambil beberapa pemimpin, karena takut Rakyat akan
marah berarti, bahwa Rakyat itu belum lagi dibawah pimpinannya Partai tadi.
Tuntutan yang NYATA dan SEMBOYAN
Membentuk tuntutan politik dan Ekonomi yang nyata dan dirasa
oleh Rakyat umumnya dan klas proletaria khususnya, adalah satu perbuatan yang
amat sulit. Cuma mereka yang sudah paham betul tentangan dasarnya filsafat
MATERIALISME DIALEKTIS dan cukup paham tentangan SEJARAH, KEBUDAYAAN, PENGHIDUPAN
dan JIWANYA RKAYAT INDONESIA-lah yang bisa membentuk TUNTUTAN POLITIK EKONOMI
serta SEMBOYAN yang nyata dan terasa itu buat Rakyat Indonesia ini. tuntutan
yang nyata dan terasa itu yang bisa menggetarkan JIWA seluruhnya murba berjuang
itu, memperteguh imannya dan menimbulkan keikhlasan berkorban.
SEMBOYAN yang tepatlah yang menggetarkan jiwa Rakyat
Perancis dalam masa pemberontakan tahun 1789, terhadap feodalisme; yang
mendorong mereka berkorban menanam KEMERDEKAAN PERSAMAAN dan PERSAUDARAAN diseluruh
benua Eropa.
SEMBOYAN dan TUNTUTAN yang concrete, nyata terasa,yang
dibentuk oleh satu PARTAI PROLETARIA, yang sudah lolos dalam beberapa ujian
MASSA-AKSI, benar-kecil, politik dan ekonomi PARTAI yang cakap bijaksana
mencocokan semboyan dan tuntutan itu dengan JIWANYA proletaria mesindan tani di
Rusia pada tiap-tiap PHASE perjuangan itulah pula perkara yang maha penting
dalam revolusi di Rusia.
Tuntutan dan semboyan yang nyata terasa itu adalah tercantum
pula dalam salah satu putusan dalam salah satunya KONGRES KOMINTERN.
Apabila salah seorang dari kami menanyakan pada seorang
pemimpin PKI apakah semboyan dan tuntutan yang akan dimajukan, kalau kelak
PUTUSAN PRAMBANAN dijalankan, maka dijawabnya: "Bunuh Belanda".
Memangnya perang Jambi (1916) juga memajukan semboyan semacam
itu. Tetapi semboyan Komunis hendaknya lain dari itu.
Apabila salah seorang dari pada mereka yang hendak
menjalankan PUTUSAN PRAMBANAN itu ditanyai pula, apakah UJIAN buat seseorang,
yang sudah berjanji ikut menyerbu itu, maka dijawabnya: "Siapa berani
majulah kedepan! ".
Di Silungkang banyak kejadian aneh, setelah dentuman bedil
sebenarnya terdengar serta pasukan serdadu sebenarnya dilihat oleh "would
be" bakal pmeberontak itu!
Semangat Prajurit.
Salah seorang ahli jiwa memajukan tiga perkara yang umumnya
ditakuti oleh manusia yakni: 1. ular, 2. darah manusia mengalir, 3. mayat.
Tiap-tiap pembaca bisalah memeriksa kebenaran perkatannya itu.
Tiadalah seorang pula bisa menyangkal kebenaran satu pepatah
yang bunyinya: Habis geli karena digelitik. Hilanglah geli telapak kaki kalau
selalu digelitik (raba) atau bergeseran dengan tanah. Hilanglah pula ketakutan
pada ular darh atau mayat itu kalau selalu melihatnya. Tukang potong sapi
apalagi algojo tentu tak begitu takut sama darah menglir seperti seorang vegetariert
(tak makan daging) berasal dari Dravide (keling) umpamanya.
350 tahun bangsa Indonesia diperas, ditindas dan dilucuti
senjata serta dilemahkan semangat perangnya. Memang sebelumnya imperialsime
Belanda masuk, bangsa Indonesialah salah satu bangsa pelaut yang paling berani
diseluruh dunia ini. darah pembernai itu tidak hilang di jaman Belanda itu,
tetapi terpendam, karena tidak ada lagi latihan perang. Apalagi dikota-kota
besar dimana si-inlander menghamba sebagai juru-tulis, jongos dan kuli. Semangat
ke-prajuritan itu dan lahitan bertempur itu boleh dikatan hilangs ama sekali.
Taktik muslihat perang yang sangat dikenal dan digemari oleh neenk moyang kita,
silat dengan pisau atau kelewang tak berapa dikenal oleh sebagian besar bangsa
Indonesia.
Pada tahun 1926 itu sering saya dengar, memang bisa berjanji
ini atau itu sebelumnya musuh sebenarnya kelihatan! tetapi berapa orang
yang bisa menembak, kalau Moscow umpamanya besok mengirimkan lebih
banyak senjata dari yang ada ditangannya Belanda. Siapa yang bisa terbang
diantara orang KPI kalau Moscow seandainya mengirimkan pesawat
penggempur ataupun pengebom.
Jangan dilupakan, bahwa bangsa Perancis, tahun 1789, adalah
satu bangsa yang paling war-like, bersemngata perang dimasa revolusi itu.
Bangsa Rusia seluruh lelaki yang kuat memanggul senapan dan sudah berperang
selama 3 ½ tahun, ketika mengibarkan bendera merah pada tahun 1917 itu.
Sekarang kita bisa membaningkan semangat keprajuritan bangsa
Indonesia 1926 dengan kaum revolusioner di Perancis dan Rusia itu, bahkan lebih
tepat dengan keprajuritan dimasa sekarang tahun 1946. memang Jepang melatih,
mungkin 2.000.000 pemuda (Keibodan, Seinendan, Pelopor Heiho, Peta, Jibakutai)
buat memperluas kerajaan Dai Nippon. Tetapi memangnya pula perkataan Marx: Kapitalisme
itu menggali kuburnya sendiri.
Kalau tak ada latihan Jepang yang hebat, lebih hebat dan
jitu dari pada latihan Belanda, Ingrgis atau Amerika selama dua tiga tahun itu,
maka mustahil prajurit Indonesia dengan "bambu runcing" saja bisa
merebut bedil, tank, pesawat dan kapal perang seperti di Surabaya. Masakan
prajurit Indonesia bisa 7 bulan sampais ekarang menahan serangan udara, laut
dan darat di Surabaya dan Semarang itu. Masakan prajurit Indonesia dengan
senjata sediit yang direbutnya itu sering menghalaukan Nica, Inggris, Ghurka,
bahkan grunya sendiri ialah yang paling berani dan cakap berperang diantara 4
bangsa itu: Jepang. Masakan Krawang dan Bandung bisa dipertahankan
sekuat-kuatnya! Semuanya akan lebih nyata, kalau diplomasi ulung, yang berdasarkan
"perhitungan" itu tidak dijalankan ialah MEMPERHENTIKAN perang kalau
Inggris-Gurka-Nica terkepung, dan pasti menemui ajalnya kalau diteruskan.
Pertentangan dalam Internasional Kapitalisme sendiri.
Soal pertentangan yang ada diantara beberapa Negara Kapitalis
satu dengan lainnya amat besar pula artinya buat Rusia dan sangat diperhatikan
oleh Partai Bolsyewiki. Apabila Rusia merobohkan Tsarisme dan men-sita harta
benda kapital asing (Perancis, Inggris, Germania) maka mereka yang empunya
pabrik dan tambang di Rusia, dan berpiutang kepada Tsar itu satu sama lainnya
tak saja bertentangan melainkan sudah, berperang. Inggris, Perancis dan
Germania tak bisa bersatu menuntut pinjaman uang, pabrik, dan tambangnya,
karena satu sama lainnya lemah melemahkan dengan akibat melemahkan kedua pihak
yang berperang terhadap Revolusi Rusia. Rusia pada permulaan revolusi mendapat
banyak keuntungan dari pertentangan kapital internasional tadi.
Imperialisme Inggris, Belanda, Perancis dan Amerika yang
semuanya tentu akan menentang habis-habisan satu revolusi Indonesia yang akan
dipimpin oleh PKI SEKSI KOMINTERN pada tahun 1926 itu amat rapat bersatu.
Mereka sedang rapat bersatu menentang Komintern dan Rusia yang masih dalam
keadaan lemah dalam ekonomi dan teknik yang belum lagi menjalankan rencana 5
tahunnya, belum lagi mempunyai bomber penggempur dan armada itu. Mereka tak
akan membiarkan satu Negara baru yang terang-terangan dipimpin oleh satu
SEKSI KOMINTERN berdiri terus.
Mereka sekarang pun tak akan membiarkan begitu saja berdrinya
satu Negara yang terang-terangan menegakkan Republik Komunis di Indonesia,
tetapi persatuan diantara empat imperialisme diatas tadi tidak seperti ditahun
1926 lagi, dan Soviet Rusia bukan lagi bayi melainkan Negara Komunis yang sudah
akil-balig. Tegasnya perbandingan kekuatan kawan-kawan ditahun 1926 jauh
berlainan dari pada dimasa ini. dahulu amat merugikan Indonesia. Berhubngan
dengan itu, maka PROGRAM (MINIMUM dan MAXIMUM), serta TAKTIK-STRATEGY-nya
revolusi ditahun 1926 mesti dicocokan beutl dengan perbandingan kekuatan lawan
dan kawan itu, tersembunyi ataupun terbuka.
Menjawab pertanyaan diatas, yaitu bilakah saat menerkam itu,
tiba, maka berhubng dengan enam perkara yang dimajukan diatas, 1. Tahun 1926
bukannya tahun Krisis, 2 Partai belum cukup berdisiplin, 3 Belum lagi
seluruhnya Rakyat berada dibawah pimpinan (disiplin) PKI, 4. Tuntutan yang
nyata dan semboyan tak dipikirkan, 5. Semangat ke-prajuritan Rakyat Indonesia
memangnya kendor sekali dan 6. Imperialisme Internasional bersatu menentang
yang berbau Komunisme-tentulah belum bisa dijawab begitu saja.
Baru bisa dijawab dalam pengalaman. Sesudah PKI
di-proletarirkan, Pakbon dimajukan, warga-miskin disusun pula dalam SUSUNAN
ISTIMEWA, dan aksi ekonomi serta politik yang berjiwa pada tuntutan yang
nyata-terasa dijalankan baikpun secara terbuka atau tertutup maka barulah kelak
bisa diketahui bila pukulan terakhir, ialah saat menerkam dilakukan.
Syahdan saat menerkam dengan pukulan terakhir itu sama
artinya dengan saat mendapatkan suara terbanyak, dalam partai, kumpulan Rkayat,
Pakbon dan seluruhnya Rakyat .......termasuk serdadu.
Ini pasti tak bisa ditentukan 6 bulan lebih dahulu! Cuma
Joyo Boyo yang katanya bisa menentukan bulan dan tanggal kejadian dihari depan
itu. Pemimpin Komunisbesar di Baratpun sering gagal mengenal
"psychological momment" saat-jiwa memuncak itu dalam massa aksi
yang teratur, yang sudah ada. Apalagi mengenal 6 bulan didepan! Perhitungan
yang berdasarkan Materialisme Dialektis bukanlah ramalan Pak Belalang.
Apalagi perkara "mengadakan" revolusi! Barangkali
malaikan bisa "mengadakan" revolusi itu tetapi kaum komunis Cuma bisa
mempersiapkan diri dan menyambut datangnya revolusi, sebagai
"resultante" (hasil dan akibat) dari 1001 perkara. Yang bisa dicetak
itu ialah "PUTSCH".
KESIMPULAN
Kedudukan PKI terhadap Komintern, tanggung jawab saya kepada
Komintern, Rakyat Indonesia dan semua anggota PKI sendiri, memaksa saya
mencocokkan PUTUSAN PRAMBANAN, ialah "mengadakan" pemberontakan 6
–sebut ENAM- bulan dihari depan itu (pecahnya hampir setahun dibelakang!)
.....dengan DASAR KOMUNISME umumnya dan dengan semua PUTUSAN KONGRES KOMINTERN
khususnya.
Pendapat saya tentangan PUTUSAN PRAMBANAN.
Berhubung dengan AUTORITEIT dan kebiasaan maka tindakan itu melanggar
AUTORITEIT KOMINTERN. Tindakan sepenting itu, karena mengenai dunia
internasional, wajib dirundingkan lebih dahulu dengan KOMINTERN. Sekurangnya
dengan wakil KOMINTERN di Asia ini, ialah saya sendiri.
Berhubung dengan kerja bersma, cooperation amka putusan sepenting itu sebaiknyalah
kalau diperundingkan dengan wakil beberapa Parati Komunis yag bisa langsung
atau tak langsung bisa memberi usul, kritik atau bantuan seperti dengan partai
komunis Australia, Belanda, Inggris, Amerika dan Annam.
Berhubung dengan ORGANISASI, maka saya anggap sosial-structure (susunan
golongan) dalam PKI jauh dari pada tepat. Keinsyafan atau filsafatnya
pertarungan kelas masih kurang,s erta disiplin masih amat lemah. Disampingnya
itu kaum buruh industri, kaum warga-miskin (aliran nasionalisme dan ke-Islaman)
belum lagi terikat dalam organisasi yang pantas.
Berhubung dengan TAKTIK-STRATEGY, maka di pengaruhi oleh aliran anarchisme,
opportunisme dan fanatisme, TAKTIK STRATEGY bersandarkan MASSA AKSI, PROGRAM,
TUNTUTAN serta SEMBOYAN yang nyata belum cukup dipahamkan. Kekuatan lawan-kawan
kurang diperhatikan, serta kuatan semuanya amat dipusatkan pada kekuatan
senjata saja.
Maka berhubung dengan semua perkara diataslah maka saya rasa
ada kewajiban saya, mengusulakn adanya KONPERENSI-LENGKAP di Singapura. Disini
akan dibicarakan perkara patut apa tidaknya dicabut kembali putusan, yang saya
pikir terlanjur dan dibelakangnya amat menggelisahkan dan mengacaukan beberapa
cabang PKI yang heran mendengarkan putusan tersebut. Sesudahnya itu baru
dibicarakan sikap dan tindakan yang mesti diambil yang cocok dengan
keadaan, kekuatan sendiri dan putusan Kongres Kominter, Salah satunya dari pada
usul saya itu ialah mendirikan PUSAT sebagai RESERVE di Singapura.
Usul saya yang dibawa oleh Sdr. Alimin disebabkan beberapa
hal (yang belum bisa disebutkan) tak sampai ketangan yang sepatutnya. Setiba
saya di Singapura sebenarnya masih banyak tempoh buat memperbaiki yang kurang
tetap dan mengembalikan PKI ke-rail komunisme. Tetapi disebabkan banyak hal
yang tak perlu dan belum bisa dituliskan disini, mak ausaha Almarhum Subakat
(Komunis tua dan mati dalam bui) Djamaloedin Tamim (diperintihi menjalankan
PUTUSAN PRAMBANAN di Sumater!) dan saya sendiri akan emmbawa PKI ke-rail
komunisme dan ke-massa aksi itu Cuma sebagian saja jaya.
PKI terdorong oleh satu organisasi baru disampingnya ialah
DO yang dipimin oleh darah muda yang didorong oleh nafsu terbaru. Beberapa
teman di Banten yang sudah kembali dari Digul dengan panjang lebar sekarnag
bisa menceritakan aksi yang memberi akibat sedih semacam itu. Banyak pula hal
yang belum bisa dituliskan berhubng dengan aksi DO yang menyedihkan itu.
Perlu disebutkan disini bahwa kecurangan hati, kalau ada sedikit sekali
terdapat diantara para anggota PKI dan DO umumnya mereka sangat jujur dan cukup
merasa tangugng jawab. Tetapi kesulitan berhubungan, darah panas, belum cukup
memahamkan arti Massa Aksi dan kerja tertutup, maka PROVOKASI Belanda, bisa
menjerumuskan ribuan anggota KADER REVOLUSI Indonesia kerumah penjara
dibeberapa tempat dan ke Digul sarang malaria itu. Pasti PKI akan membikin
sejarah yang jauh lebih gemilang, akalu tak mendapat tamparan sebesar itu dan
empunyai kebijakan memimpin seluruhnya partai kebawah tanah. Semua Partai
Nasionalis sesudah PKI ternyata kini Cuma perkumpulan buat mempersiapkan diri
menerima bintang dan pertintah TENNO HAIKA saja.
PARI, PARTAI REPUBLIK INDONESIA, didirikan lama sesudahnya
keributan tahun 1926 selesai. Alasan terutama ialah karena:
Hampir semua pemimpin PKI yang bertanggung jawab sesudah dimasukkan kebui atau
dibuang ke Digul. Perhitungan tepat atau tidaknya tindakan yang sudah
diambil pada tahun 1926 seperti wajib dan lazim dijalankan oleh Partai Komunis
di Barat tak bisa kami jalankan lagi.
Mengeritik tindakan yang lampau, mengakui kesalahan kalau perlu
adalah satu sikap yang paling diutamakan oleh Partai Komunis Rusia. Tetai
memakai terus nama PKI yang tiada mengemukakan kesalahan dimasa lampau kami
rasa tindaklah akan menambah perbaikan jalannya pergerakan revolusi Indonesia.
Sesudah kesalahan diketahui dan diakui barulah langkah baru bisa dijalankan!
Begitulah pula sikap kaum Komunis di Barat!
Habisnya anggota PKI yang kami kenal dari luar negeri dan putusannya
perhubungan, memberi kemungkinan kelak ada mereka yang akan meneruskan
pekerjaan PKI lama dengan tersembunyi dan dnegan hati curang. Bahaya Provokasi
semacam ini kami anggap besar sekali. Mungkin karena sengaja berniat jahat atau
tidak berniat jahat bagitu. Tetapi lantaran kurang paham dan pengalaman maka
mungkin PKI karena pupular anmanya disesatkan kepada paham dan aksi yang
bertentangan dengan dasar komunisme umumnya dan Putusan Kongres Komintern
Khususnya.
Pengalaman Indonesia dengan PKI yang dikenalikan oleh V.d
Plas PKI dibawah pimpinan Jepang, PKI dengan Mr. Joesoef sebagai ketua. PKI tahun
1936, PKI tahun 1941 dll semua membuktikan berapa susahnya memimpin satu Partai
Komunis disesuatu jajahan seperti Indonesia. 1001 kejadian yang menyedihkan dan
menyeraman yang berhubungan dengan PROVOKASI Jepang terhadap PKI. Nama PKI yang
mempunyai sejarah baik dari tahun 1917 sampai tahun 1926 memang bisa menarik
murba dan menjerumuskan murba, cerdas dingin, serta hati yang sabar-jujur penuh
dengan rasa tanggung jawab terhadap proletaria dan rakyat Indonesia, proletaria
internasional dan dasar Komunis sendiri.
Komunisme dan PKI karena populernya sudah sampai ketingkat menimbulkan
fanatisme diantara Rakyat, terutama yang buta huruf. Lebih tepat lagi kalau
dikatakan sudah sampai dia mengganti fanatisme terhadap Islam dan Turki dengan
fanatik kepada komunisme dan Rusia. Pada tiap-tiap pemberontakan di Sumatera
dimasa lamau, mesti diperhubungkan bertia (bohon), bahwa kapal perang Turki
sduah berlabuh dipesisir buat membantu kaum muslimin. Pada pemberontakan PKI di
Jawa dan Sumatera kapal perang Rusialah yang menjadi buah berita (bohong) itu.
Jepang memakai tipu semacam itu pula dan dapat mem-perangkap dan membunuh
"komunis" yang kerja tertutup kabarnya puluhan banyaknya.
Semangat berjuang yang didorong oleh fanatisme pun ada
tempatnya dalam lapangan revolusi. Tetapi Partai Komunis, seperti Cabang
Komintern, wajib dihindarkan dari pada cara berpikir yang tidak berdasarkan
barang yang nyata.
Sembarang fanatisme sudah membawa seseorang pergerakan
revolusi kejurang opportunisme, facisme ataupun PUTSCH.
Kekuasaan yang diberikan KOMINTERN pada saya (tahun 1922) didaerah yang
meliputi beberapa Negara, yang praktisnya boleh dinamakan ASLIA memberi
suggestion, petunjuk kepada diri saya, bahwa semua NEGARA ini memangnya mesti
dgabung menjadi satu. Teori bangsa (oleh Haddon, Smith, Bastian, CR Logan dll)
membuktikan kesatuan bangsa di Aslia itu. Tanah dan iklim memperkuat pula
kesatuan itu. Sejarah Sriwijaya dan Majapahit sudah menuju tepat kesitu. Jepang
buat keperluan rampuokan dan perampok serta bajak lautnya sudah memperaktekan
kesatuan itu. Dahulu dalam "perantauan" saya di Aslia itu saya sudah
mendapat keyakinan, bahwa kesatuan bumi-iklim, kebangsaan, perekonomian,
kejiwaan (psychology) diperkuat oleh kesatuan musuh imperialistis dibawah tali
pengendalinya imperialisme Inggris, dengan Singapura sebagai pusat perdagangan
dan strategy, bahwa kewatuan Asliaitu mesti dibentuk dengan jalan revolusioner
berdasarkan ekonomi dan proletaria menuju ke internasional.
Bahwasanya atas empat dasr sayag terutama diatas ini, maka barang
saiapa yag tak menunggu emas jatuh dari langit, melainkan berjalan dengan mata
terbuka diatas tanah yang kesat (kasar) ini sekarang suah bisa menyaksikan
kebenaran PARI dalam hampir semua garis dasarnya.
NAMA dan ISI kata REPUBLIK itu sudah mempengaruhi dunia
intelligensia, semenjak lebih dari 10 tahun lampau. Pengaruh itu kelihatan
memuncak diwaktu REPUBLIK hendak didirikan, 17 Agustus 1945. disekitarnya buku
saya NAAR DE REPUBLIK INDONESIA (tahun 1924). Kearah Indonesia Merdeka (tahun
1932 oleh Drs. Moh. Hatta), Mencapai Indonesia Merdeka (tahun 1932 oleh Ir.
Soekarno) adalah perhubungan erat yang kelak oleh ahli sejarah akan diuraikan
(Ktr. Moh Yamin). Komiter van Actie, bermarkas beasr di Menteng 31, bukanlah
berasingan dengan PARI, walaupun kami sendiri tak kenal mengenal diwaktu iitu
(keterangan lanjut oleh Sdr. Soekarni!).
Nyatalah sudah bahwa REPUBLIK adalah satu nama yang tepat
buat Indoneisa pada tingkat nasional dan internasional sekarang. Nama REPUBLIK
itu kelak gampang ditambah dengan perkataan seperti DEMOKRATIS (SOSIALISTIS
ataupun KOMUNISTIS, ialah menurut keadaan dan kekuataan lawan dan kawan didalam
dan diluar Negara Indoensia dan menurut sifatnya Republik itu sebagai hasil
perjuangan yang sebenarnya. Dalam salah satu surat kabar Ingrgis maka dalam
pidatonya Stalin (Ktr. Sajoeti Malik) dapat dibaca kalimat yang pendek, tetapi
tepat menyingkung keributan tahun 1926. disana disebut……the Indonesian
Communist Party wrongly aroused the Soviet power, atau PKI salah
mengemukakan kekuasaan Soviet. Memang begitu pendirian Moscow yang saya dengar
sesudah tahun 1926.
Saya baru sekarang mendengar keterangan Sdr. Sajoeti Melik
yang menambah kepastiannya itu. Tetapi pendirian itulah yang saya pegang serta
menambah mendorong saya mendirikan PARI, PARTAI REPUBLIK INDONESIA, (Juni
1927). Sedikit orang yang tahu dan mau tahu terutama di Asia ini, bahwa
kekuasaan Soviet itu adalah penglaksanaan REVOLUSI-KOMUNIS, seterusnya REVOLUSI
KOMUNIS itu tiadalah bisa dilakukan pada sembarang tempat dan sembarang tempoh
saja. Cukuplah seudah, bahkan sudah lebih dari cukup kalau pada permulaan
revolusi disesuatu jajahan seperti Indonesia ini, REVOLUSI itu dipimpin oleh
satu PARTAI dengan nama apapun juga. Asal piminan itu berada dalam OBOR
KOMUNISME (MATERIALISME DIALEKTIS). Pada salah satu daerah luas di Asia saya
kenal satu kumpulan besar yang mengikat seluruhnya Rakyat. Kumpulan itu dinamai
"THE ROAD TO HEAVEN" atau jalan ke Surga". Kumpulan itu diakui
oleh Komintern sebagai symphatizer, bersimpati. Nama kumpulan itu bukanlah nama
ejekan atau kedok! memang daerah itu dikuasai oleh pendeta Budha dan seluruh
rakyat beragama Budha. Tetapi sebab sifatnya memang revolusioner maka Komintern
yang bukannya grombolan orang DOKTRINER atau FANATISI, maka kumpulan
"JALAN KE SURGA" pun boleh dianggap satu kekuatan revolusioner.
Cuma mereka yang lebih mengindahkan nama dari
pada isi, yang fanatik sama nama dan tak mengindahkan isi saja yang lekas
menuduh ber-khianat atau Trotskyist kalau seorang merasa, bahwa nama itu
buat sementara baik ditukar!
Tetapi merka terutama memperhatikan METODE (cara) berpikir
revolusioner, untuk AKSI revolusioner dalam MASSA REVOLUSIONER, lekas bisa tahu
siapa yang sungguh revolusioner dan siapa yang lidahnya saja memberontak.
Kita sekarang (Revolusi Solo 2 Juni) sudah sampai ketingkat kedua. Dimana
kelihatan dua barisan bersenjata ditangan sedang berhadapan satu dengan
lainnya: Pihak buruh-Tani-Marhaen Indonesia berhadapan dnegan Nica, FEODALISME
dan INLANDERS-ALAT-ALAT BELANDA.
Siapa yang bersandar pada kedua pihak akan kehilangan
kepercayaan dari keduapihak itu dan akhirnya jatuh terlentang sendirinya. Dan
siapa yang mau diam berdiri ditengah-tengah akan diam-mati terjepit diantara
dua pihak itu pula. Seperti kata pepatah: Gajah berjuang sama gajah, pelanduk
(sang kancil) mati ditengah!
Akhirulkalam:
Pertama sekali: Sikap saya pada tahun 1926, ialah menarik
kembali PKI ke-rail komunisme. PUTUSAN PRAMBANAN sanggap bertentangan dengan
DASAR ORGNISASI, TAKTIK dan STRATEGI KOMINTERN dan beberapa PUTUSAN dalam
KONGRES KOMINTERN.
Menurut keterangan yang saya terima PUTUSAN PRAMBANAN itupun
tak dibenarkan KOMINTERN Para utusan PKI ke Moscow tak mendapatkan yang
dimaksud melainkan membawa ( terlambat datangnya) program yang cocok sekali
dengan usul yang saya kirimkan ke Moscow sebelumnya mereka berangkat.
Kalau sikap saya menuntut dicabut kembali PUTUSAN yang saya
anggap bertentangan dengan dasar komunisme dan PUTUSAN KONGRES KOMINTERN, maka
saya, sebagai wakil Komintern pada tahun 1926 itu kalau dianggap pengkhianat
terhadap proletaria dan rakyat Indonesia, terhadap PKI dan Komintern dan
akhirnya pada proletaria Internasional maka saya akan berkhianat sekali lagi
kalau berhadapan dengan persoalan semacam itu pula.
Saya sanggup kelak berhadapan dengan hakim Internasional
yang syah dan Kommunistis buat memeriksa siapa yang sebenarnya bersalah dan
kaalu perlu yang patut dihukum berhubung dengan keributan tahun 1926 dan semua
akibatnya itu.
Kedua:
Semenjak hampir 20 tahun PARI berdiri sudah terbukti banyak
kebenaran dalam garis besarnya. Juga disini nyata kebenarannya pepatah: The
proof of the pudding is in the eating, atau pengalaman itulah hakim yang
sebenarnya.
Terbuktilah sudah bahwa dasarnya PARI banyak yang sudah
dilaksanakan dalam revolusi sekarang. Banyak anggota PARI yang mengambil bagian
dalam revolusi yang sebenarnya ini. terbuktilah pula benarnya taksiran PARI 20
tahun lampau, bahwa dalam perjuangan akan datang boleh jadi sekali rakyat
Indonesia akan terpaksa bersandar pada kekuatan dirinya sendiri. PARI menang
bersandar pada dasar "zelf help" tolong diri sendiri.
Memangnya karena bermacam-macam hal terpaksa begitu. Sudah
sepuluh bulan rakyat serta pemuda Indonesia menentang perampok Internasional
(Inggris, Gurka, Jepang, Nica) dengan otak sendiri kepercayaan atas diri
sendiri, dengan BAMBU RUNCING sebagai MODAL SENJATA yang pertama!
Perjuangan sekarang dan DIHARI DEPAN pastilah pula akan
melaksanakan DASAR TUJUAN PARI yang kearah ke "ASLI" – Asia
australia. Syahdan Semenanjung Malaka dibenua Asia sudah seratus percent
berdiri diatas tuntutan Indonesia ialah: PERGABUNGAN DENGAN REPUBLIK INDONESIA
yang merdeka 100%.
AUSTRALIA menuju kecerdasan dan SIKAP yang jujur –
consekueent. Baru ini di London Australia menolak sikap Inggris Belanda
menjajah Indonesia dan mempermalukan keinginannya sendiri membikin ALLIENCE
(Persekutuan perang) dengan POPULAR GOVERNEMENT (Pemerintahan Rakyat) dalam
Indonesia merdeka 100%.
Dua tiga pasukan pun FANATISI, DOCTRINER atau DOGMATIS tak
akan bisa menahan ARUS BANJIR kejurusan ASLIA itu selama undang-undang POLITIK
EKONOMI berlaku.
Ketahuilah bahwa kaum komunis yang membentuk RUSIA sampai
menjadi NEGARA seperti dimasa ini, bukanlah kaum DOGMATIS melainkan
revolusioner, yang bisa mencocokan TEORI KOMUNISME dengan keadaan: yang memakai
Komunsime, bukan sebagai DOGMA, kaji apalan, melainakn sebagai GUIDE, penunjuk
jalan buat AKSI.
Dengan HAKIM KOMUNIS INTERNASIONAL yang sah, saya juga
sanggup berhadapan, buat embela berdirinya PARI. Perkara nama itu, kalau memang
kelak masanya sampai saya sendiri akan bergembira mengembalikan nama yang
sebenarnya, seperti saya bergembira bisa melemparkan nama Hasan, Fuentes, Tan
Ming Seng, Howard Low dan sebagainya dan mendapat nama sekarang dimasa
berterang-terangan ini.
Disamping PID Belanda memakai nama Tan Malaka palsu,
demikianlah dia mempropagandakan dengan s.k MENARA MERAH-nya bahwa TAN MALAKA
yang sebenarnya sudah DIROYEER oleh Komintern.
Saya sendiri barus sekarang mendengar kabar yang
mengherankan itu! tetapi sekarang sudah boleh saya umumkan bahwa tahun 1932
saya masih mendapat kepercayaan KOMINTERN. Penangkapan di Hongkong (10 Oktober
1932) menurut kabar Ingris, ialah ketika saya dalam perjalanan ke Siam. Tetapi
bukanlah SIAM yang menjadi tujuan, bahkan Hindustan, BRITISH INDIA yang
dikangkangi Inggris itu sendiri .............
Saya lepas dari semua perangkap yang dipasang dimasa dan
sesudahnya tangkapan itu tetapi semenjak tahun 1932 sampai 25 Agustus 1935,
saya lepas pula dari semua perhubungan dengan teman yang saya kenal
di Indonesia, Asia dan Eropa. Saya terpaksa kerja sendiri dimana saya berada.
Saya Tahu KOMINTERN belum pernah MEROYEER seorang UTUSAN
atau anggotayang pernah diberinya kepercayaan penuh, sebelum bertemu dengan
orang itu sendiri dan terbukti kesalahannya. Saya yang pernah menjadi wakil
KOMINTERN itu dan juga wakil PROVINTERN (ini tak perlu dirahasiakan lagi) tak
mungkin akan di ROYEER) begitu saja sebelums aya dipanggil dan diperiksa
tuduhan kalau ada. Tak mungkin KOMINTERN akan bertindak atas asutan atau
tuduhan palsu saja, zonder di konfontrikan orang yang dianggapnya bersalah itu.
Saya sendiri tak pernah dikonfrontir oleh siapapun juga, dimanapun juga,
berhubung dengan tuduhan apapun juga. Bahkan menerima surat pun tidak, karena
seperti saya sebutkan diatas putsu perhubungan tadi dan hidup terumbang-ambing
karena kemiskinan dan kesehatan amat terganggu.
Kepada sepenuduh yang bisa tahu tempat tinggal saya
saja, dimana saya di-ROYEER itu saya akan hadiahkan jamu URAT SYARAF yang
paling manjur sekali sebagai upah kecakapannya yang luar biasa itu dan obat
urat syarafnya yang rupanya amat terganggu itu.
Saya sendiri yakin, bahwa penyiar kabar royeeran itu tak
tahu dimana saya ketika itu. Tetapi saya yakin pula, bahwa mestinya dia tahu
dimana Tan Malaka palsu dimasa Tan Malaka sebenarnya diroyeer itu!
TAMAT
Sumber : http://www.tanmalaka.estranky.cz/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar