KATA PENGANTAR
Seorang nachoda yang berpengalaman cukup, yang mengemudikan
kapal, yang kuat dan baru juga mesti menentukan keadaan pelayaran lebih dahulu
sebelum bertolak dari pelabuhan.
Taufan yang mengancam di waktu depan, bisa menyebabkan kapal
itu menunda perjalanannya atau juga memukul kembali atau membelokkan
pelayarannya ke kiri-kanannya bahkan juga memukul kembali ataupun
menenggelamkan kapal itu.
Syukurlah kalau nachodanya berpengalaman lama serta
mengetahui karang dan gerakan udara dilautan yang di tempuh, kini ataupun di
hari depan.
Tetapi tiadalah dunia akan mendapat kemajuan seperti
sekarang, kalau semua nachoda tidak mau berangkat sebelum keadaan udara laut
dan cuaca sungguh di ketahui lebih dahulu.
Colombus tidak akan sampai ke Amerika, kalau Ia bergantung
pada pengetahuan yang sudah pasti, yang sudah di uji kebenarannya saja. Dia
akan berbalik setengah pelayaran setelah menemui mara bahaya, kalau Ia cuma
bergantung kepada teorinya ahli bumu Toscanelli saja. Semangat adventure,
mencoba-coba sesuatu yang mengandung bahaya mautpun mesti dilakukan.
Berbahagialah suatu negara dan masyarakatnya yang mempunyai semangat adventure
itu.
Memang lebih dari 50% kemajuan masyarakat kita di tebus oleh
jiwa yang bersemangat adventure itu, dalam semua lapangan hidup, politik,
ekonomi, militer, bahkan semua cabang ilmu.
Dalam revolusi Indonesia sekarang banyak jalan yang belum
kita ketahui. Semua jalan masih kedepan asinglah buat kita. Berjalan ke depan
berarti adventure, percobaan yang mungkin membawa maut. Perjalanan yang pasti
cuma perjalanan ke belakang, yakni kembali kejalan yang kita jalani 350 tahun
belakangan ini. Artinya ini kembali mencari jalan penjajahan, kembali menjadi
budak jajahan…..berkhianat, kepada turunan sekarang dan anak cucu. Inilah saja
sekarang jalan yang pasti terang.
Bahwasanya perjalanan masyarakat kita terutama berarti
perjalanan politik ekonomi sebagai garis besarnya. Garis besar dalam
politik-ekonomi kita sebagai raitnya masyarakat Indonesia, dalam dunia penuh
pertentangan ini, mungkin bertentangan dengan garis besarnya politik-ekonomi
negara lain ialah negara kapitalis. Mungkin garis besar kita terpaksa memutar
dari garis besar politik-ekonominya negara lain, mungkin mem-viaduci atau
menyelundupi kebawah satu terowongan.
Bagaimanapun juga ahli politik ekonomilah yang berhak
menentukan garis besar dalam perjalanan politik-ekonomi masyarakat Indonesia
dalam revolusi sekarang ini.
Timbulnya satu golongan yang bangga menamai dirinya
"acedemice" di Indonesia ini sudah mulai memonopoli semua pengetahuan
yang berdasarkan ilmu. Di Philipina dan Hindustan, memang percobaan memonopoli
itu sudah memperlihatkan hasilnya. Disana sudah masuk betul paham diantara
segolongan rakyat, bahwa umpamanya yang memimpin politik itu harusnya satu Mr
dan memimpin ekonomi itu mesti suatu Dr dalam ekonomi.
Kalau kita ikuti logika semacam itu, jadinya seorang leek
bukan bertitel tidak boleh meraba-raba ilmu. Selanjutnya pula seorang Drs (yang
baru 75% atau 75 ½% Dr) dalam ekonomi mestinya takluk pula pada seorang
Profesor dalam ekonomi. Jadi menurut pikiran pasar "The men on the
street" dengan logika semacam ini kalau seorang Drs (ekonomi) umpamanya menulis
3 buku, maka sorang Dr (ekonomi) mesti sekurangnya menulis 4 buku dan satu
Profesor jauh lebih banyak dari yang di belakang ini. Dilaksanakan di Indonesia
ini, kalau ahli ekonomi kita yang sudah "diakui" itu ialah Drs Moh.
Hatta menulis setengah lusin buku tentang ekonomi, maka Dr Samsi mestinya
menulis sekurangnya 9 buku dan Prof. Sunario Kolopaking selusin ataupun lebih.
Dalam hal politik para Mr-lah yang mesti memimpin politik
kita sekarang, ialah menurut logika pasar tadi juga.
Tetapi apakah bukti yang kita lihat?
Sedangkan Drs (75% atau 75 ½% Dr) Moh. Hatta menulis lebih
setengah lusin, Dr Samsi dan Prof. Sunario Kolopaking sedikit sekali kelihatan
buah penanya. Sedangkan di dunia politik Mr Iwa Koesoema Soemantri umpamanya
sedikit terdengar suaranya dan cuma dalam kalangan P.B.I-nya saja, tetapi
warganegaranya sejawat kita Mr Slamet, sudah sampai suaranya ke "Sri"
Ratu dan seluruh rakyat Nederland serta dunia Imperialis lainnya.
Demikianlah kalau kita ikuti paham yang di masukkan oleh
Imperialisme Barat. Menurut paham itu kalau diambil akibatnya, maka yang
bertitel itulah saja yang berhak merundingkan dan memimpin perkara ini atau
itu. Yang tidak mepunyai "cap" dari sekolah akademi Barat itu menurut
kehendak mereka janganlah di percayai. Tidak ada yang lebih dikenal oleh
penyakit ke-akademinya itu daripada sosial science, termasuk ilmu masyarakat
itu pula.
Kita membenarkan sama sekali keperluan latihan akademi dalam
ilmu seperti kimia, listrik, dan tehnik. Tetapi inipun tidak berarti bahwa yang
ulung dan berhak bersuara dalam ilmu semacam itu mestinya hanya keluaran
akademi saja. Cukuplah disini disebutkan bahwa pembikin beberapa teori yang
amat berharga dalam hal listrik di jaman listrik ini seperti Michael Faraday
Cuma keluaran sekolah sebenggol (rendah) saja. Thomas Edison, penemu (inventor)
listrik diusir oleh gurunya dari kelas satu atau dua di sekolah rendah tadi
pula karena…..bodoh.
Penuh contoh lain-lain dalam ilmu seperti tersebut diatas:
tehnik, kimia, matematika ataupun BIOLOGY. Banyak ilmu yang dijalani dan teori
penting yang dibentuk oleh hokum akademicia. Sebaliknya banyak pula contoh yang
membuktikan bahwa akademici itu Cuma tukang hafal saja, tukang
"catut" ilmu orang lain saja. Semuanya membuktikan bahwa "title"
itu Cuma satu surat "pas" saja dalam dunia kecerdasan, bukanlah
kecerdasan sendiri!
Apalagi dalam ilmu masyarakat, seperti politik dan ekonomi!
Dalam hal ini dua aliran yang bertentangan sudah nyata ialah
aliran politik-ekonominya Proletariat dan Borjuis. Aliran Proletariat di
pelopori oleh Karl Marx seorang Dr Filsafat (bukan ekonomi) dan pengikutnya,
serta aliran borjuis oleh para Profesor ekonomi di sekolah tinggi seperti
Rotterdam. Kedua aliran itu tidak bisa diperdamaikan seperti klas Proletariat
tidak bisa diperdamaikan dengan klas borjuis. Hidupnya suatu klas diatas
berarti matinya klas yang lain dan sebaliknya. Begitulah pula teori
masing-masing klas itu sehidup semati denga klasnya sendiri!
Kita akui penuh bahwa aliran yang kita pakai ialah aliran
Marx, yang berdasarkan pertentangan dalam hal sosial, politik dan ekonomi.
Dengan pisau analyse-nya yang bersifat pertentangan (dialektika) dua klas dalam
masyarakat (Proletariat melawan borjuasi) inilah kita mencoba menaksir arahnya
politik dunia bergerak menuju kedepan.
Dalam revolusi Indonesia mau tidak mau kita wajib menaksir
arahnya politik ekonomi dunia itu bergerak. Dalam taufan gelombangnya politik
ekonomi dunia itulah kita dipaksa oleh keadaan mengemudikan kapal negara kita
yang berdasarkan politik ekonomi pula. Bertolak atau tidaknya dari pelabuhan,
membelok ke kiri atau kekanannya kita disebabkan taufan gelombang politik
ekonomi yang menentang kita, serta timbul atau tenggelamnya kapal negera kita
dalam adventure dalam revolusi, ini sebagian tergantung dari taksiran kita
tadilah pula.
Tidak ada pengalaman yang sudah-sudah bagi kita di Indonesia
boleh dipakai, karena sifatnya revolusi memangnya satu percobaan baru, lepas
dari pengetahuan yang sudah-sudah dan pengalaman yang lampau. Pengalaman di
negara lain seperti di Perancis, dan Sovyet Rusia mesti kita perhatikan. Tetapi
memperhatikan dan mempelajarinya tiadalah meniru-niru saja. Yang kita kemukakan
ialah cara (methode) berfikir, ialah Materialisme Dialektika. Yang harus kita
pelajari dari negara lain bagaimana para pemimpin masyarakat disana
melaksanakan metode berfikir tadi dalam keadaan suasana di negara lain itu,
mengambil contoh yang baik dan menyingkirkan kesalahan yang diperbuat di negara
asing.
Akan tetapi malangnya sampai sekarang kita tidak mendapatkan
dan tidak bisa mendapatkan bahan yang cukup buat dalam dan luar Indonesia.
Apalagi dalam keadaan tahanan sekarang, dimana kita terputus dengan perhubungan
luar rumah yang kita dipaksa mendiami. Brosur ini terpaksa di tulis
terhenti-henti disebabkan keadaan kita dalam tiga bulan ini (pindah-pindah
tempat atau terganggu kesehatan).
Tetapi denga memakai cara berfikir yang sudah jaya dipakai
di lain tempat dan bahan yang sudah kita terima, apa yang sudah kita taksir 3
bulan lampau sudah menjadi bukti pada masa BROSUR ini hampir ditulis umpamanya
saja PERTENTANGAN HEBAT antara DUNIA SOSIALIS dan DUNIA KAPITALIS berhubung
dengan itu pula KEMUNGKINAN PERANG DUNIA KE-3.
Bahan baru, boleh jadi akan kita peroleh besok atau lusa.
Kesimpulan (conclusion) kita boleh jadi kelak terpaksa diubah di sana-sini.
Tetapi sebab kita rasa cukup memperhatikan garis besar dalam hal METHODE
BERFIKIR yang dipakai dan politik ekonomi sekarang, maka kemungkinan perubahan
simpulan (conclusion) itu tidak akan merombak sama sekali kesimpulan POLITIK
EKONOMI kita tentang LUAR dan DALAM Indonesia. Berhubungan dengan itu tiadalah
mungkin banyak perubahan (kalau perlu) yang mesti di derita oleh
ORGANISASI, PROGRAM, TAKTIK serta STRATEGI yang kita anjurkan kelak!
Bagaimanapun juga tiadalah kita perlu perlu selangkahpun
juga kembali ke ahli politik ekonominya kaum borjuis besar, tengah, kecil -- ke
ahli politik ekonominya kaum akademisi di Indonesia atau lainnya. Tiadalah kita
perlu menempel-nempelkan ujar atau amanat professor ini atau itu, akademis ini
atau pun buat di jadikan "buku" dan disampaikan kesana-sini kepada
Rakyat dan Proletariat Indonesia.
Kita sebaliknya akan melindungi Rakyat dan Proletariat
Indonesia dari segala percoabaan akademisi yang akan membawa kembali politik
ekonomi Indonesia kebawah telapak kaki Imperialisme atau menimbulkan
pengharapan yang tidak-tidak diantara Rakyat dan Proletariat Indonesia.
Cukup sudahlah pengalaman yang kita terima dari akademisi
itu umpamanya tentang Distribusi dan Koperasi yang di gembar-gemborkan dan di "praktekkan"
di jaman kempei Jepang. DISTRIBUSI dan KOPERASI yang disajikan kepada kita
sebagai puncak pendapatan akademis di masa kampetai itu mungkin baik buat satu
golongan kecil di salah satu tempat, ialah buat tempat bersarangnya TUKANG CATUT.
Tetapi buat Rakyat Murba prakteknya ekonomi semacam itu semata-mata satu
kebohongan KAPITALISME dan IMPERIALISME belaka.
Buat kita POLITIK itu tidak bisa dipisahkan daripada EKONOMI
dan begitu juga EKONOMI tidak bisa dipisahkan daripada POLITIK. Sering kita
dengar di kalangan kita sendiri, bahwa POLITIK adalah concentrasi dan pemusatan
ekonomi. Dijaman Kampetai Jepang tidak akan kita pikirkan membikin BADAN
EKONOMI ini ataupun itu, karena MACHTFACTOR (perkara kekuasaan) untuk memeriksa
dan menghukum yang bersalah, umpamanya tukang catut tadi tidak ada pada kita.
POLITIK EKONOMI yang bisa dan patut kita praktekkan dalam
masa BERJUANG ini, REVOLUSI sekarang tidak lain dan tidak bukan melainkan
POLITIK EKONOMI BERJUANG dan ORGANISASI_POLITIK EKONOMI dijaman MERDEKA 100%.
Syahdan akhirnya, benar atau tidaknya sesuatu faham atau
teori SOSIAL dalam satu masyarakat yang berdasarkan pertentangan Proletar
borjuis bukanlah diputuskan oleh "title", sebagai pengesahan borjuis
saja, tetapi terutama oleh golongan Proletariat yang menantang!
Lawu 10 Juni 1946
TAN MALAKA
TENTANG DUNIA LUAR DAN DALAM INDONESIA
1. DUNIA LUAR.
1.A. PERTENTANGAN DUA SISTEM.
Dua system yang sangat bertentangan sifatnya sekarang
berhadapan muka satu sama lainnya di dunia ini. System yang muda tetapi tumbuh
terus ialah SISTEM SOSIALISME, yang berlaku di Sovyet Rusia. Sistem yang sudah
tua ialah SISTEM KAPITALISME yang berpusat di Amerika Serikat dan Inggris.
Buntutnya system ini adalah IMPERIALISME yang merayap-rayap di Asia dan Afrika.
Sistem Sosialisme berkuasa dalam daerah kurang lebih 1/6 muka bumi yang
berpenduduk kurang lebih 200 juta manusia, ialah hampir 1/10 seluruh cacah jiwa
bumi kita ini. Pengaruhnya system Sosialisme diantara seluruhnya penduduk dunia
di luar Rusia teristimewa pula di tanah jajahan seperti Asia dan Afrika amat
besar sekali.
Imperialisme Amerika langsung menguasai Philipina dan sangat
besar sekali pengaruhnya pada Kanada, Amerika Tengah, dan Selatan, yang jumlah
luasnya hampir 1/3 daratan di seluruh dunia. Sebelum dan sesudahnya perang
dunia ke II, Kapitalisme Amerika sangat mempengaruhi Tiongkok dan bagian Asia
yang lain, juga Afrika, Australia, Eropa termasuk juga Inggris. Imperialisme
Inggris semakin lama semakin renggang perhubungannya dengan Free State
Irlandia, dengan Afrika Selatan, Australia dan Kanada serta sekarang dalam
pertikaian hebat dengan tiang tempat berdirinya selama ini yakni India dan
Mesir. Strategi baru berdasarkan Tehnik Atom menambah kemerdekaan tiap-tiap
Dominion Inggris dan memperenggang antara Inggris dan masing-masing
Dominionnya.
Dalam masa 10 tahun permulaannya Sovyet Rusia berdiri
(1917-1927), dia amat dimusuhi oleh Kapitalisme dan Imperialisme dunia. Jepang
membantu dengan tentara dan senjata kepada kaum kontra revolusinya yaitu Rusia
Putih di Siberia (1918),Inggris dan Perancis mendaratkan tentaranya di
Archannge (1919), Rumania dan Polandia (1920) yang dibantu sepenuhnya oleh
Inggris dan Perancis yang pula dari Barat, semua serangan itu dapat ditangkis
oleh Sosialis Sovyet Rusia dengan berhasil.
Demikian pula semua serangan dari pihak kontra revolusi di
bawah pimpinan bekas para jendral Tsar seperti Kontjalk, Denikin, Wrangel dan
lain-lain dihancur leburkan oleh senjata lahir dan batin (yang paling utama
adalah batin) oleh Republik Sosialis yang muda remaja itu.
Sesudahnya semua percobaan menyerang dengan senjata
kemiliteran itu gagal, maka barulah dunia Kapitalisme mengakui Sovyet Rusia
lahir dan batin serta mengajak para wakil Sovyet berunding di Genoa pada tahun
1922 ialah sesudahnya 5 tahun Sosialisme Rusia berdiri. Pengakuan atas kekuatan
Sovyet Rusia itu adalah kekuatan de fakto bukan de jure. Pengakuan dan
perundingan atas dasar "duduk sama rendah dan tegak sama tinggi" itu,
tiadalah mengurangkan kecurigaan dan kegelisahan dunia Imperialisme dengan
jajahannya terhadap Sosialisme di Rusia itu. Meskipun senjata militer tidak
lagi dilakukan terhadap Sovyet Rusia tetapi tidak putus-putusnya dunia
Kapitalisme mencoba memfitnah dan membusukkan di mata dunia luar Rusia dengan
jalan anti propaganda yang serendah-rendahnya. Dari tahun 1928 sampai perang
dunia ke II ini, Kapitalisme dunia kaget, kagum, dan gemetar melihat kemajuan
pesat Sosialisme di Rusia, di sebabkan oleh pelaksanaan Rencana Ekonomi
berturut-turut. Kemajuan semacam itu terutama dalam perkara tehnik, pertanian
dan perindustrian serta yang berhubungan dengan itu dalam hal sosial dan
kebudayaan yang belum pernah dialami oleh bagian dunia lain dan ditempat
manapun juga.
Tetapi dunia Kapitalisme tetap curiga walaupun kagum tetapi
benci, meskipun maklum sungguh tentang kesanggupan Sosialisme dan kegagalan
Kapitalisme. Baru setalah Jerman Fasis menyerang Rusia pada bulan Juni 1941
maka Kapitalisme Amerika dan Inggris menghampiri dan mengadakan perserikatan
melawan perserikatan Fasis Jerman-Jepang-Italia.
Nyatanya sekarang bahwa perserikatan itu sama sekali tidak
berdasarkan atas persamaan sifat. Apabila musuh bersama itu telah jatuh maka
tegaklah kembali pertentangan sifat yang lama, pertentangan SISTEM SOSIALISME
dengan SISTEM KAPITALISME.
1.B. DUA "BISUL" PEPERANGAN.
George Washington. Presiden Pertama Amerika Serikat,
mempormulirkan, menetapkan, poltiik, luar Negara dengan cara negatif, cara
menidakan. Dia mengusulkan suapaya Amerika Serikat menjauhi "foreign
entanglement", menjauhi supaya perkara luar negara, yang bisa menyebabkan
Amerika Serikat terlibat dalam peperangan. Inilah politik "isolasi",
politik menyingkirkan diri yang masyur itu. memangAmerika Serikat yang luasnya
3 ½ juta mil persegi dan penduduk baru beberapa juta saja dimasa itu belum
berapa membutuhkan dunia luar berupa pasar buat membeli bahan ataupun buat
menjual barang pabriknya, Amerika membutuhkan tenaga dan modal asing. Keduanya
datang bertimbun-timbun dari Eropah.
Paul Monroe sudah sampai ketingkat sejarah Amerika Serikat
bilamana Amerika Serikat membutuhkan Amerika Tengah dan Selatan sebagai pasar.
Inilah artinya dasar politiknya "Amerika for the Americans" ialah
Amerika buat orang Amerika. Dalam hakekatnya pepatah ini berarti, bukan saja
lagi Amerika di Utara perlu buat pasarnya Amerika Serikat sendiri, tetapi juga
seluruhnya Amerika Utara, tengah dan Selatan hendaknya dimonopoli oleh kapital
Amerika Utara. Politik negatif George Washington kini menidak bolehkan kapital
asing bermarajalela diseluruhnya benua Amerika. Politik meng-isolir,
mengasingkan diri dari negara asing, yang dimajukan oleh Monroe dan berbadan
pada Partai Republik, sekarang dalam hakekatnya meng-isolir kapital asing di
kedua benua Amerika.
Presiden Wilson, bapak Volkbond, Sarikat Bangsa, pemimpin
Partai Demokrat dengan mancampuri Perang Dunia ke I, akhrinya mengisolir
Amerika Serikat dari Serikat Bangsa yang dianjurkan oleh Presiden Amerika
sendiri itu, nyatalah sudah Amerika Serikat sudah sampai ketingkat
imperialisme, yang memerlukan pasar buat bahan, hasil pabrik dan penanaman
modalnya. Cuma lembaga (tradisi) dan pertengkaran antara dua partai terbesari
itu menyebabkan Partai Demokrat masih malu-malu kucing.
Perang Dunia ke II ini sekali lagi menarik Amerika Serikat,
dibawah pemerintah Partai Demokrat pula, kerjurang politik "foreign
entanglement". Memang almarhum Presiden Roosevelt dan penggantinya
Presiden Truman, sudah terlibat betul dalam imperialisme dunia. Kehendak
Presiden Truman, supaya Amerika "tetap kuat, supaya tetap memegang
pimpinan dan melakukan pimpinan itu untuk perdamaian dunia" adalah hasrat
dan perkataan tepat-jitu seseorang wakil imperialisme tulen. Usaha campur
tangan "mendirikan Korea yang demokratis", membantu anak angkat
Tiongkok yang "merdeka dan demokratis" dengan Y.M.C.A (Kumpulan
Pemuda Kristen), modal dan penasehat militer dsg, memproklamirkan
"Commonwealth Filipina" yang "berdaulat dan merdeka" penuh tetapi
mendudukan tentara atau armada Amerika di Filipina "berdaulat dan
merdeka" itu pada tanggal 4 Juli tahun ini dan menduduki semua pulau yang
penting buat siasat perang diseluruh Lautan Teduh ……….memang semuanya perbuatan
imperialis 100% yang diselimuti dengan perkataan "perdamaian
dunia" dsb, yang lazim dipakai oleh "Winston Churcil dan Tenno Haika.
Hilanglah ketakutan Amerika Serikat akan terlibatnya" dalam politik luar
negara sesudah perang dunia ke II ini. Lenyaplah keinginannya hendak
"menyingkirkan" diri dari diplomasi yang aggreisf. Amerika Serikat
sekarang sudah terikat oleh kapital yang ditanamnya disluruh dunia dan politik
imperialisme yang dilakukan diseluruh Asia Timur dan lautan teduh.
Pasar buat bahan, hasil pabrik dan tempat menanam modal
Inggris, jajahan dalam arti sebenarnya berada di Afrika, Asia Dekat dan Tengah.
Terhadap Afrika dan Asia Inggris bersikap sipenjajah tulen. Di Eropa Barat dan
Tengah INggris mempunyai pasar pula buat menjual barang pabriknya dan menanam
modalnya. Buat menjaga pasranya itu dia menjalankan politik memecah dan
mengadakan "block". Negara yang besar dipecah atau dikepung.
Nederland yang kuat diabad ke 17 dipecah menjadi Negara BElgia dan Belanda
sekarang. Perancis yang kuat dijaman Napoleon, dikepung dan diperangi oleh
"block" beberapa negara Eropa dibawah pimpinan Inggris, Germania
dibawah Leiser di kepung dan diperangi oleh "block Negara" dibawah
pimpinan Inggris (1914-1918). Germania dibawah Nazi dikepung dan diperangi oleh
"Block Negara" dibawah pimpinan Inggris (1939-1945). Sekarang Negara
Soviet-Rusialah yang terkuat di Eropa. INggris sedang berusaha keras mengadakan
"block Negara" di Eropah Barat, disekitar Lautan Tengah dan di Asia
Dekat dan Tengah. Jalan terpenting buat Inggris ke Hindustan ialah Terusan Suez
dan kedua Trans-Jordania-Irak. Sjahdan Irak seperti juga Iran amat penting
sekali buat imperialisme INggris, berhubung dengan minyak-tanah dan jalan darat
dan duara pergi ke India. Disinilah Inggris sekarang berusaha mengadakan
"Block Negara" Turki-Arab dibawah pimpinannya menentang Soviet Rusia.
Kabarnya konon di Irak berada 200.000 serdadu Inggris.
Soviet Rusia tentulah insaf betul akan maksud Inggris
terhadap dirinya dimasa ini. Soviet Rusia tentunya belum lupa akan sikap
Inggris terhadap driinya dari waktu berdirinya pada tahun 1917 sampai pecahnya
perang Germania-Rusia tahun 1941. Soviet Rusia membalas aksi ekonomi dari pihak
Inggris dengan aksi ekonomi dan aksi diplomasi dengan aksi diplomasi pula.
Produksi mingak di Rumania yang dahulu dikuasai Inggris sekarang jatuh ketangan
Rusia. Di Iran rupanya Rusia bisa mendapatkan hak mendirikan kongsi mingak
dengan Iran. Dengan begtiu maka monopoli Inggris-Amerika di Iran terancam oleh
kongsi Rusia-Iran. Oleh musuh Rusia tindakan Rusia semacam ini dikatakan
tindakan imperialisme merah. Terjemahan semacam itu memangnya gampang
dimengerti dan dipercayai oleh otak yang kurang kritis, apalagi oleh semangat
yang memang berat sebelah. Tetapi dalam suasana pergulatan hidup mati antara
yang mem-block dan yang diblock yang diperdalam pula oleh pertentangan lama
antara SISTEM SOCIALISME dan SISTEM-KAPITALISME, susahlah dicari titik
berhentinya politik SOcialisme yang mempertahankan diri dan titik melangkahnya
politik imperialisme-merah atau putih dan akchirnya mana yang
"sebab", mana pula yang "akibat".
Teranglah sudah disekitarnya negara Iran-Irak dan Turki
berada "bisul" peperangan yang sewaktu-waktu bisa meletus. Inilah
bisul yang pertama.
Di Asia Timur umumnya di Korea chususnya dimana Trusteeship
Rusia berdampingan dnegan Trusteepship Amerika berada "bisul"
peperangan yang sewaktu-waktu pula bisa meletus.
Inilah bisul yang kedua.
3. Disekitarnya Pertentangan.
Pertentangan yang mencolok mata dalam beberapa hal-ichwal
kehidupan manusia dalam masyarakat socialisme di Rusia dan dalam masyarakat
kemodalan, seperti di Amerika, Inggris dll. Ialah:
Dalam hal Politik.
Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi di tahun 1917, maka
pemerintah negara berdasarkan "Diktatornya Kaum Proletar: dalam arti
proletar mesin dan tanah dibawah pimpinan Partai Komunis, yang ber-anggota
beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas seluruh penduduk
Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan umum yang baru lalu
Partai Komunis dengan anggota dan calonnya sudah menjadi beberapa juta dan
jumlah pemilih sudah hampir 100 juta orang. Kekuasaan tetap ditanggannya
pekerja dalam pabrik, tambang dan pertanian.
Didunia kemodalan.
Dalam masyarakat, dimana kekuasaan (birokrasi), kekayaan dan
kebudayaan dipegang oleh kaum Borjuis (Bankir, Pabrikant, Saudagar dengan para
pembantunya propesor, pembesar Negara, Pangreh Praja, Jurnaist, Pendeta dsb),
maka pemilihan umum itu Cuma berarti memindahkan kekuasaan engara dari
tangannya satu golongan kaum borjuis ketangan golongan borjuis yang lain.
Dengan perkakas pemerintah yang berupa birokrasi, dibantu oleh alat propaganda
yang kuat, maka beberapa biji kaum kapitalist itu bisa memaksakan kemauannya
atas seluruh Rakyat. Dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi itu adlaah satu
kedok buat menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalist atas seluruhnya
rakyat.
Dalam hal bahan.
Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam
bahan kodrat seperti arang, minyak tanah dan listrik, hampir semuanya bahan
logam, seperti besi, mas, perak, platina dll, hampir semuanya bahan pemakaian,
seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti; dan akhirnya
makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur, Soviet Rusia tak begitu
membutuhkan bahan dari luar.
Inggris Cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari
semua plosok dunia. Besi tak cukup; mesti didatangkan dari luar. Timah dari
Malaya. Hampir semua logam yang lain-lain tak terdapat di Inggris. Kapas kurang
halus dari Hindustan. Yang halus dari SUDAN (Mesir). Getah dari Malaya. Cuma +
40% barang makanan bisa dihasilkan di Negara Inggris sendiri. Sebagian besar
dari daging atau gandum mesti didatangkan dari luar (Argentina, Australia,
Hindustan dll).
Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang
mengandung hampir semuanya jenis bahan Timah dan getah yang tidak ada di
Amerika Serikat bisa diperoleh di Amerika elatan. Cuma boleh jadi sekali minyak
tanah sudah hampir kering dipompa ddari kandungan bumi Amerika Serikat.
Kapitalist Amerika sudah lama insyaf akan hal ini. Sebab itulah maka Standard
Oil Co. mempertajam hidungnya mencium-cium dimana ada minyak dan sudah lama
mempererat cengkramannya pada kebanyakan sumber minyak di lua Amerika. Getah
dan Timahpun adlaah persoalan terpenting buat perindustrian terpenting di
Amerika Serikat ialah per-industrian-oto dan pesawat terbang.
Dalam hal perburuhan.
dengan hancurnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat
produksi ditangan masyarakat buat masyarakat, dengan lenyapnya "hasrat
mencari untung", lenyapnya" dasar produksi yang anarchistis" dan
lenyapnya "kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah"
seperti didunia kapitalistis, maka kedudukan Rkayat di Soviet Rusia, tidak lagi
bertinggi berendah, kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan mereka
sesama pekerja.
Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena
terbawa oleh pengaruh lama dan pengaruh kapitalisme disekitar Soviet-Rusia.
Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan, tetapi perbedaan itu makin
lama makin berkurang, selama pengisepan tenaga kaum buruh oleh majikan tiada
berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari untung oleh beberapa biji
kapitalist yang berlomba-lomba, melainkan buat keperluan masyarakat seluruhnya
menurut satu perhitungan, selamanya itulah pula crisi dan pengangguran tetap
(permanent unemployment) tak akan dikenai di sosialistis Rusia.
Sekaya kayanya Amerika (dan INggris) syah dan selama
penghasilan cuma buat memburu untung sebesar-besarnya oleh beberapa biji
kapitalist dengan jalan berlomba-lomba mempertinggi technik, mengurangkan gaji
bruh dan mengurangkan banyaknya buruh dipakai maka keududkan Rakyat dalam garis
besarnya adlaah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi berendah dan kedudukan
yang mengancam dan terancam.
Kaum buruh ialah bagian penduduk yang terbesar dalam
masyarakat itu, selalu terancam oleh pengangguran. Adapun pengangguran itu
adlaah suatu penyakit yang tetap terkandung oleh masyrakat kapitalisme. Penyakit
pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum kapitalist sendiri
lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co.
Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di
Amerika Serikat mengenai kurang lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2
juta orang.
Dalam hal pertanian.
Dengan lenyapnya Latifudian (tanah NIngrat) yang sering
ratusan K.M persegi luasnya dan lenyapnya kasta kaum Ningrat di Rusia, maka
lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum Ningrat atas tenaganya buruh tanah dan
lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam arti lama. Dnegan kemajuan
kollektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi (pemakaian mesin) maka timbullah
kaum pekerja tanah disamping pekerja pabrik dan tambang.
Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah)
bertukar menjadi kedudukan pekerja terhadap pekerja: sama rata.
Di Amerika dan INggris pengisapan dan penindasan farmers
(tuan tanah) besar dan menengah terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang
hidup dengan gaji semata-mata masih marajalela. Seperti buruh mesinmaka buruh
tanah di Amerika, Inggris dll, masih menderita tindasan dan pengisapan dan
masih terancam oleh pengannguran yang mengenai jutaan manusia pada waktu yang
tetap pasti datangnya.
dalam hal kebangsaan.
Di Soviet Rusia perbedaan bentuk badan, besar tubuh, warna
kulit dan perbedaan bahasa dan kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan
manusia lainnya tiada lagi menimbulkan pertentangan, pembencian dan permusuhan.
Soviet Rusia sanggup memusatkan semua persamaan diantara satu golongan manusia
dengan golongan manusia yang lain, umpamanya dalam keperluan hidup (politik dan
ekonomi). Sanggup pula memberi kelonggaran pada perbedaan, umpamanya tentangan
bahasa dan kebudayaan. Dengan memakai bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar
buat seluruhnya Soviet Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih, Turki, Mongolia
memakai dan memajukan bahasanya sendiri dalam satu "federasi", besar
atas sistem socialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap.
Pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan majikan
dan buruh yang melekat pada sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangsa dan
bangsa, dalam sesuatu masyrakat kapitalisme. Dalam negara Amerika Serikat yang
membanggakan "demokrasi" dan "kemerdekaan" itu, ada tempat
dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh bangsa Neger. Bangsa
yang malang ini acap kali menderita serangan kejam, yang termashur didunia
dengan perkataan "lynch", ialah "pukulan sampai mati",
kalau ada orang hitam yang melanggar atau disangka melanggar kehormatannya
(perampunan) bangsa kulit putih. Orang berwarna di Afrika Selatan amat
dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih baik dalam ekonomi, politik
ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam kereta kndaraan sering tertulis
"for white men only", Cuma buat orang putih saja.
Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Syanghai
dikebun umum",Chinese and dogs are not allowed", Tionghoa dan anjing
terlarang masuk.
4. Kemungkinan pertentangan.
Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan
socialsime itu, logisnya, bisa menimbulkan 4 kemungkinan. 1.e Kapitalisme
menang dan socialisme lenyap, 2.e Keduanya socialisme dan kapitalisme
bersama-sama masyarakat manusia hilang lenyap, 3.e Kapitalisme dan socialisme
berkompromis, 4.e socialisme menang sempurna.
Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan socialisme akan
lenyap sama sekali, tidaklah mungkin. Skearangpun dinegara kapitalistis yang
sekuat-kuatnya, socialisme adalah satu fator, satu kekuatan yang tiada bisa
dibatalkan. Di Amerika atau Inggris adalah "undang-undang perburuhan"
yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum bruh
mendirikan kumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke
Dewan-Perwakilan sudah lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris dll.
Negara kapitalistis.
Bahwa socialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyrakat
manusia kita akan lenyap dari muka bumi, tiadalah perlu banyak diperundingkan.
Kemungkinan itu memang ada, umpamanya kalau negara socialistis dan sarekatnya
berperang habis-habisan dengan Negara kapitalis dan sarekatnya memakai senjata
yang tiada lagi mengindahkan peri kemanusiaan. Tetapi kemungkinan ini beralasan
pula atas kemungkinan, bahwa manusia itu sudah tak berakal dan berkemanusiaan
lagi. Dengan perkataan lain: manusia itu bukan manusia lagi.
Lebih mungkin hal 3, bahwa kapitalisme dan socialisme akan
berkompromis, atau dnegan jalan ambil mengambil, atau sebagai dua sistem yang
bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga yang berdamai atas dasar
hormat-menghormat.
Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa
pula berlaku.
PERTAMA: pada satu pihak dunia Socialistis cukup mempunyai
"bahan" buat per-industriannya buat menjamin penghidupan yang cukup
tinggi buat penduduknya dan teknik yang cukup kuat buat pertahanan
masyarakatnya terhadap serangan Dunia Kapitalistis yang mungkin terjadi. Pada
lain pihak Dunia Kapitalistis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan
pabrik, pasar buat menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya.
Karena modalya dan pabriknya kaum kapitalist senantiasa bertambah besar itu
adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak, tetapi pada pihak lain
jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya kapitalisme
didunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia kapitalisme bisa terus
hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa bertempur dengan dunia
Socialisme atau akan meletus kegembungan diri sendiri.
Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokkan umum didunia,
kapitalistis diwaktu damaipun, akan menambah simpati kaum proletar dinegara
kapitalistis tehradap negara socialistis yang tak mengenal penyakit krisis,
pengangguran dan pemogokan umum semacam itu.
Sebaliknya pula kebusukan negara kapitalistis itu akan
menambah cemburu, kecurigaan dan kebencian kaum kapitalistis dinegara kapitalistis
terhadap kemakmuran dan ketenraman social dan Negara Socialsitis itu. Pada lagi
diwaktu revolusi dalam salah satu Negara Kapitalstis atau dimasa peperangan
imperialistis, sudahlah buat Negara Socialistis dan Negara Kapitalistis buat
menjauhi peperangan satu sama lainnya.
KEDUA: pembagian hasil diantara kaum kapitalist dan kaum
buruh, yang berupa untung dll. (termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum
borjuis serta upah buat kaum proletar, haruslah semangkin lama semangkin
mendekati sama rata dengan tidak melalaui jalan revolusi. Tetapi kesulitan
penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperoleh, kalau tidak
mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas-buruh berarti memperkecil untung
buat kaum borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bungan uang buat meminjam modal
itu sendirinya naik. Sendirinya pula harga barang pemakaian sehari-hari naik.
Sendirinya pula, akhirnya, upah yang diperbesar tadi dibatalkan oleh
harga-harga keperluan buruh sehari-hari naik itu. Kenaikan upah itu tak berguna.
Kaum buruh perlu berusaha kembali menaikan upahnya dengan jalan pemogokan. Lain
pula kalau upah buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan dan
memakai mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka
terpaksa pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab mesin baru yang cepat-kuat
tadi membutuhkan sedikit orang saja. Dengan bagitu maka timbullah pula
pengganguran. Semua percobaan buat menaikkan upah dengan jalan pemogookan dari
pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi banyak pekerja (pengangguran) dengan
jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalist, ialah bunga api yang sewaktu-waktu
bisa membakar minyak tandah revolusi dalam masyarakat kapitalisme.
KETIGA: Kedudukan Negara Penjajah dan Negara Terjajah
(seperti Inggris dan Hindustan) mesti dengan secara damai pula mendekati
keadaan dua Negara Merdeka. Tetapi buat Negara Penjajah ini berarti kehilangan
pasar buat membeli bahan yang tetapi-murah, kehilangan pasar tempat menjual
hasil pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetap-aman
buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen buat
Negara Terjajah itu berarti mengendalikan harga bahannya dan dimana bisa
memakai bahannya itu untuk pabriknya sendiri. Selainnya dari pada itu memakai
pasar dalam negaranya sendiri buat menjual hasil pabriknya sendiri dan kalau
perlu dengan menolak sama sekali masuknya atau mempajaki barang pabrik Negara
Asing ynag bisa menjadi saingan buat hasil parbiknya sendiri. Akhirnya dimana
ada kesempatan negara dulunya terjajah, tetapi sekarang Merdeka tulen (andaikan
secara kapitalis itu, tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam
modalnya sendiri. Pada tingkat permulaan mungkin sesuatu Negara baru Merdeka
itu mau dan perlu memakai modal asing, tetapi dalam tempoh sedikit saja modal
asing itu akan takut dan ngeri sendiri melihat kemajuan dan persaingan hibat
dari Negara baru itu. Umunya Asia dan Afrika mempunyai banyak bahan dan tenaga
yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia seluruhnya berarti buat
kapiltaisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan perdagangan yang kalau
diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebalum perang Dunia ke II, adlaah
seperti perbandingan gajah dengan lalat.
KEEMPAT: Ketiganya Almarhum Negara Facist, yakni Germania,
Italia dan Jepang tetap bisa dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan
kekuatan dan persatuan kokoh antara Bekas Sekutu, ialah Inggris-Amerika dan
Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi dan menekan ketiga
negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu longgar, maka akan bangunlah
kembali negara Bekas Fascist yang akan mendapatkan bermacam-macam jalan buat
menibulkan kembali perlawanan membalas dendam. Sekarang belum lagi negara
menang berunding dengan negara kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu,
sudah timbul percekcokan haibat antara 3 negara menang, yakni Inggris, AMerika
dan Rusia.
Boleh jadi sekalii kalau perundingan sudah dimulai akan
timbul pertentangan, malah permsuuhan yang haibat, yang tak bisa dipadamkan.
Sekarang pun sudah terdengar-terdengar kabar, bahwa masing-masing negara menang
akan mengurus perdamaian dengan bagian negara kalah yang didudukinya saja.
Dengan begitu, maka negara kalah akan berupa terbagi-bagi. Tetapi begitu pula
negara menang. Jikalau negara menang itu, terbagi-bagi, maka akan terbukalah
jalan buat mereka negara kalah dengan jalan tertutup, setengah terbuka dan
akhirnya terang-terangan bersatu-diri dan mengadakan perlawanan seperti
dilakukan di Germania sedudah perang dunia ke I. Pakah jalan persatuan dan
imperialisme Germania itu kelak akan dipimpin oleh partai fascist pula atau
oleh bentuk lain, bolehlah diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi sudahlah
beberapa kali sejarah Germania membuktikan, bahwa bangsa Germania tak bisa
dikangkangi, dikenalikan oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan,
kemerdekaan, daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya.
Mengingat kesulitan 4 perkara ini sebagai syarat buat negara
socialistis dan negara kapitalistis mengadakan kompromis, maka keadaan
berkompromis itu adalah seolah-olah suwarga yang mesti didapat selelah melalui
jembatan rambut menyeberangi api neraka.
Kemungkinan terakhir, 4e. ialah: Kemenangan sempurna pada
pihak socialisme atas kapitalisme. Ini tiada akan berarti, bahwa kapitalisme
akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positive-result) yang dibawa oleh
kapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam sesuatu
perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan olhe socialisme. Kemenangan
socialisme yang sempurna berarti, bahwa sosialismelah sistem yang akan diakui
dan dijalankan diseluruh dunia. Dalam garis besarnya ini berarti: usaha mencocokan
produksi dan distribusi dengan cara teratur (rational) kerja bersama
(cooperation), dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran tiap-tiap anggota
masyarakat yang bekerja disluruh dunia. Akan lenyaplah cara menghasilkan
menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitaliset, buat mencari untung
seseorang diri. Akan hilanglah perlombaan menjual murah dan mencari untung
besar dan berhubung dengan itu, hilanglah pengangguran, krisis, imperialisme,
peperangan dan penjajahan.
Alasan buat kepastian kemenangan SOCIALISME atas KAPITALISME
adalah bermacam-macam, diantaranya adalah:
PERTAMA: dalam hal politik.
Dalam masyarakat kapitalis, maka beberapa biji kapitals
dengan hartanya membikin birokrasi dan menyewa kaki-tangannya buat menindas dan
menghisap golongan terbesar dalam masyarakat, ialah pekerja otak, yang
mengancaukan masyarakat itu sudah dimiliki oleh masyrakat mesin dan tanah.
Salam. Masyarakat socialistis, maka harta perseorangan buat kemakmuran
tiap-tiap anggota masyrakat. Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik
tiada lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalist buat kepentingan dirinya
sendiri, melainkan oleh semua yang bekerja.
KEDUA: Dalam hal ekonomi.
Dalam masyarakat kapitalist pendapat baru (teknik) dipakai
baut pemukul perusahaan saingan. Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih
banyak, lebih bagus dan lebih murah. Tetapi sebaliknya sering pula mesin baru
dibelu oleh satu monopoli, tersu dibuang atau dipnedam karena takut, akalu
mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya mengguncangkan
pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka sebagian besar kaum
buruh kehilangan upah. jadinya mereka tidak sangup membeli apa-apa walaupun
mesin baru bisa mengadakan barang yang bagus dan mura. Kalau barnag tak laku, pabrik
terpaksa pula ditutup. Masyarakat socialistis, yang tidak berdasarkan
concurrentie itu, melainkan berdasarkan perhitungan atas apa dan berapa
keperluannya masyarakat itu, akan bergembira kalau seseorang anggotanya
mendapatkan mesin baru baut memperbanyak, mempercepat dan memperbagus hasilnya.
Syahdan keperluan dan keinganan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah
keperluan makan tertutup, orang mau pakaian. Seusdah keduanya tertutup, orang
mau kendaraan. Seterusnya orang mau bunyi-bunyian dll. Makan dan minumanpun
adalah bermacam-macam tingkatnya, dari yang perlu buat hidup seperti nasi,
sampai ke gorang ayam, sate pergedel dll. Pakaian: dari celana karung sampai
mori, palmbeach dsgnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta angin sampai ke oto dan
pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai radio. Demikianlah seterusnya,
dari yang perlu sampai kesetengah mewah dan mewah. Berhubung dengan tak ada
batasnya keinginan manusia itu maka tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik
dan temannya itu ilmu. Produksi bisa menghubng setinggi-tingginya.
Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam
masyarakat kapitlaistis tak ada kecocokan antara produksi dan distribusi.
Barang itu dihasilkan oleh beberapa biji kapitlaist, dengan tak merembukan
banyak dna sifat barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemjuan barnag
tadi dijual dipasar dan dieli oleh yang mampu saja. Mungkin barnag itu kurang,
kalau kemampuan melebihi. Mungkin pula barang itu kelebihan, aklau kemampuan si
pembeli kekurangan. Celakanya kalau barnag itu kekuranga, maka harganya naik,
dan untungnya bsear. Dalam hal ini beberapa biji kapitalist yang sama-sama
menghasilkan barang yang kurang tadi, dengan tidak berembuk satu sama lainnya
memperbanyak barang sekuat-kuatnya. Tiab-tib barang itu melimpah. Harganya
merosost. Untung kecil, hilang berganti menjadi kerugian. Parbik terus ditutup
dan pengangguran timbul.
Dalam masyarakat socialistis, maka banyak dan sifatnya
barang yang akan dihasilkan dihitung lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk
oleh masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya hasil semua (pabrik, tambang,
kebun) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan lebih dahulu dengan
keperluan dan haknya anggota masyrakat yang bekerja. Banyak hasil dan pemakaian
hasil tiadalah diombang-ambingkan oleh kekuatan membeli seseorang anggota
masyarakat lagi, melainkan didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah
keperluan masing-masing anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang socialsitis
perhitungan itu masih berdasarkan upah orang yang bekerja, atau sebagaian atas
upah dan sebagian atas keperluan masnusia umumnya. Dalam masyarakat komunisme
penghasilan (produksi) berdasarkan: tiap-tiap orang kerja menurut
kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan: tiap-tiaporang mengambil hasil
menurut keperluannya.
KETIGA: Dalam hal diplomasi.
Dalam masyarakat dunia kapitalis makaNegara yang
kapitalistis yang kaya dan kuat dalam kemiliteran dan teknik bisa memaksa
kemauannya sendiri atas negara yang lemah buat dijadikan jajahan: ialah pasar
tetap buat membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan modalnya.
Pemaksaan itu (Imperialisme) menimbulkan peperangan dengan Negara lemah tadi
atau dengan engara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti tu atau
lantaran takut kalau negara perampas bermula akan bertambah kuat dan bertambah
berbahaya buat dirinya sendiri.
Dalam masyarakat dunia socialistis, semua bahan dunia bisa
di hitung dan dikumpulkan oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia
itu. Barang bahan itu bisa diperoleh diri sesuatu negar ayng punya, dengan
penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang membutuhkan barang bahan
itu. Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli bahan dan menjual
barang-pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung dan bunga uang, maka hilanglah
pula alasan dan dasar yang terpenting buat peperangan.
Keuntungan masyarakat socialistis dalam hal social,
kebudayaan dll, amat terlampau banyak. Tetapi kelebihan kekokohan masyarkaat
socialsitis dalam hal politik, ekonomi, dan diplomasi seperti diuraikan diatas
tadi sudah cukup memberi jaminan bahwa masyarakat socialsitis mesti menang.
Sejarah masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat socialistis mesti menang.
Sejarah masyarkaat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh ekonomi,
teknik dan politiknya menggantikan yang lebih lemah masyarakat feodal
menggantikan masyarakat-budak, dan masyarakat kapitalistis menggantikan
masyarakat feodalistis. Sekaranglah jamannya buat maysarakat socialistis
menggulingkan masyarakat kapitalsitis. Atau dunia kita terpaksa kembali
menjunjung "undang-undang rimba" (the law of the jungle) dalam
pergaluan satu negara dengan lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik perang
(bom-atom) maka bertambah cepatlah pula masyarakat kapitalistis itu didorong oleh
"undang-undang rimba" itu keperang dunia ke II smapai hancur lebur
semuanya masyarakat kita manusia.
5. U.N.O sebagai PENDAMAI.
Buat menegakkan perdamaian dunia belumlah cukup kalau League
of Nations (Serikat Bangsa) ditukar saja dengan United Nations Organitation
(UNO). Tidak saja namanya, tetapi juga "sikapnya" mesti ditukar.
League of Nations, lebih dikenal dijaman penjajahan Belanda
dengan nama Volkenbond, cukup penting dan mulia maksudny, ialah: menyelesaikan
perselisihan Negara dan Negara dengan jalan perundingan Cukup kuat pula
"sanction"nya, ialah hukuman atas negara bersalah sabagai jaminan
satu sesuatu putusan bersama dalam League itu. Kalau nyata sesuatu negara
bersalah karena memahayakan perdamaian dunia, maka negara itu harus dibekot.
Tetapi Jepang yang sudah nyata salahnya, akrena terang bersikap ceroboh
(aggressive) di Mansyuria terhadap Tiongkok (1931) tiada dibekot. Sebabnya itu
ialah lantaran pembekotan terhadap Jepang itu dianggap pembukaan peperangan
dunia. Jadi orang takut akibatnya menjalankan putusan League of Nations tadi.
Putusan bulat dari semua negara anggota, kecuali Siam. Ketakutan League of
Nations kepada akibatnya membekot Jepang, menimbukan akibat yang lebih
menakutkan lagi. Kecerobohan Fascit Italia terhadap Abessinia dan kecongkakan Musolini
terhadap League segera dibuntutui dengan kecerobohan Nazi Germania terhadap
Polen, Norwegia dll. Di Eropah dan kecongkakan Hitler terhadap League. Akhirnya
maka "sikap" lemah, takut akibat-kecil tadi berujung pada perang
dunia ke II, akibat sebesar-besarnya.
Kalau U.N.O dari mulanya akan bersikap lemah pula seperti
Badan yang diwarisinya maka U.N.O pun akan mewarisi nasibnya League of Nations.
Tidak saja U.N.O harus mempunya wujud yang nyata, organisasi yang teguh, serta
"sanction" yang terang tertulis, tetapi terutama pula U.N.O mesti
berani menanggung akibatnya menjalankan sesuatu putusan yang syah.
Seperti League of Nations, maka U.N.O bermaksud penting
mulia menegakkan perdamaian dunia dengan jalan menyelesaikan pertikaian negara
dan negara. Sanctionnya U.N.O lebih tegas, pasti dan kuat dari sanction-nya
League of Nations.
Kalau sesuatu negara ternag ceroboh, maka menurut
undang-undang U.N.O, tidak saja harus dibekot dalam arti ekonomi atau
perhubungan, tetapi juga boleh digempur.
Sifatnya sesuatu kecerobohan itu terang pula termaktub
dengan ANggaran Dasarnya U.N.O kecerobohan itu dalam hakekatnya didasarkan atas
pelanggaran dua hak sesuatu bangsa, yakni L pertama menentukan pemerintahnya
sendiri (right of self determination) dan kedua mempertahanakan Kemerdekaan
Negaranya (right of self defence).
Pelanggaran itu berlaku, kalau salah satu dari lma perkara
yang ditentukan pada salahs atu conferensi dunia berlaku, ialah: 1e. kalau
sesuatu negara mengumumkan perang pada negara lain (sudah tentuyang bukan
menyerang!), 2e. mengerahkan tentara daratnya buat menyerang, 3e. mengerahkan
armadanya dan pesawat terbangnya, 4e. mempersenjatai sesuatu golongan dalam
negara lain yang menyerang negara lain itu, 5e. mengepung ekonominya negara
lain (blokade ekonomi).
Yang akan menjadi ujian buat U.N.O kelak terutama sekali
adalah dua persoalan:
bagaimana sikap U.N.O terhadap bangsa yang melepaskan dirinya dari salah satu
bentuk penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan yang diperolehnya, terhadap
serangan luar.
Bagaimana sikap U.N.O terhadap negara yang maju dnegan perminataan mempunyai
pasar-tetap, baik berupa protection (perlindungan), commonwealth ataupun free
state? (persoalan "the haves and the haves not").
PERSOALAN I
Berhubung dengan persoalan 1.e, apakah U.N.O akan menganggap
sesuatu negara yang "menyerang" satu bangsa yang memerdekakan dirinya
dan mempertahankan kemerdekaannya itu, adalah satu negara "ceroboh"?
apakah U.N.O dalam hal ini akan membekot atau mengempur negara ceroboh itu?
Dalam arti yang tegas-hidup buat Indonesia sekarang
pertanyaan itu kita boleh susun, sebagai berikut:
Apakah si Licik-Pendusta Diplomasi Ingrgis dengan bonekanya
si Congkak-Cacah-Camar-Ceroboh tetapi pengecut-BElanda-noca, yang memakai
tentara darat, laut dan udara, mengadakan pengepungan ekonomi, mempersenjatai
dan mengerahkan Jepang dan Bangsa Indonesia yang bodok-goblik menyerang bangsa
Indoneisa yang memerdekakan dirinya dan mempertahankan kemerdekaannya selama 8
bulan ini, bukan satu kecerobohan?
Kalau belum terang, apakah U.N.O tak patut mengirimkan satu
komisi yang terdiri dari beberapa Negara, termasuk juga negara yang tiada
berkepentingan minyak tanah, getah atau timah di Indonesia ini? apakah sikap
INggris dan bonekanya Belanda dibenarkan, apakah ini tidak akan berarti
membenarkan "penjajahan" dan membatalkan "hak kemerdekaan
sesuatu bangsa" (right of self-determination_ dan "hak mempertahankan
diri"(right of self-defence) ialah dua tiang tempat berdirinya U.N.O?
Kalau seandainya Inggris dan bonekanya Belanda, memang
melanggar kemerdekaan Indonesia dan memang ceroboh, tiadakah perlu Inggris
Belanda dibekot dan digempur? apakah sikap si lemah " seperti terdahadap
Jepang pada tahun 1931" pula yang akan diambil?
Satu pepatah yang masyur sekali berhubung dengan sikap yang
mesti dipakai oleh para hakim dalam satu perkara disalah satu Negara demokratis
yang kuno di Indonesia dijaman lampau berbunyi: "Tiba dimata dipicingkan
dan tiba diperut dikempiskan". Artinya itu kalau yang bersalah itu adlaah
berdekatan dengan para hakim maka perkara itu ditutup saja. Menurut dasar
negara itu juga patutlah: "Tinggi kayu aru dilangkahi dan rendah
bilang-bilang diseluduki". Artinya, walaupun yang kirnya bersalah itu
berkedudukan tinggi, maka para hakim mesti berani melangkahi, berani melakukan
hukuman, ialah kalau perlu. Jika yang diperiksa itu rendah kedudukannya dalam
masyarakat, maka para hakim harus lebih merendah (hati) lagi: lebih objective
dan lebih ramah-tamah.
Tetapi apakah negara kecil-kecil dan negara besar-ponakan
inggris apakah (our cousin) amerika Serikat, akan bisa, berani mau sampai hati
mengambil tindakan terhadap Inggris? teranglah Amerika Serikat sampai hati
"me-atomi" satu negara Asia, seperti Jepang, tetapi apakah Amerika
Serikat akan berani, mau dan sampai hati menegor, membekot atau menggempur
Inggris, Nica kalau terang bersalah?
Apakah dalam hal ii berlaku pepatah kuno diatas: "Tiba
dimata dipicingkan, tiba diperut dikempiskan?
Kalau tidak sanggup, maka Cuma satu jalan yang patut dipilih
oleh Amerika Serikat. "Tinggalkan" U.N.O seperti dulu Amerika
meninggalkan League. Kalau Amerika Serikat tetap tinggal duduk dalam U.N.O maka
dia ikut tanggung akibat yang lebih besar: kecerobohan bebas dari hukuman
terus-menerus, bahkan dapat sanction, ialah "cap" pula dari U.N.O
sampai ……ke perang dunia 3.
PERSOALAN II.
Karena rapatnya perhubngan persoalan pertama diatas dengan
persoalan kedua, amka dalam pemecahannya persoalan pertama sudah termasuk pula
pemecahan persoalan kedua ini: yakni: boleh atau tidakkah dibenarkan oleh U.N.O
,permintaan baru untuk mempunyai pasar tetap, berupa commonwealt atau free
state?
Seandainya kelak sesudah beberapa tahun salah satu negara
Germania, Italia, Jepang atau ketiganya serentak bangun kembali atau negara
baru seperti Tiongkok atau Brazillia dll, memajukan permintaan diatas, apakah
U.N.O akan menolak saja permintaan semacam itu? tegasnya, permintaan semacam
itu berhubungan rapat dnegan persoalan "the haves and the haves not",
yang punya tak punya jajahan atau pasar tetap.
Dalam hal ini apakah alasan "imperialisme licik,
bohong, jahanam INgrgis" dan bonekanya Belanda-Perancis buat menolak
permintaan engara kapitalistis baru, yang memang butuh pula dnegan pasar itu?
Kalau Inggris, menolak buat orang lain dan emmbenarkan buat
dirinya sendiri seperti terhadap Germania, Italia, Jepang dijaman League, maka
akobatnya penolakan itu akan diwarisi pula oleh U.N.O. kebangunan Germania,
Italia, Jepang ditambah negara kapitalistis baru ……..akhirnya perang dunia ke
3, dan bubarnya U.N.O karena "tak jujur" , munafiknya sendiri.
Kalau Inggris membenarkan negara kalah ditambah beberapa
negara baru berjajahan, sedangkan semua jajahan sudah dibagi-bagi diantara
Inggris dan bonekanya, maka ini buat kapitalisme imperialisme iNggris dan para
bonekanya "berhara-kiri" ialah membunuh diri sendiri.
6. INDONESIA, SERBA-SERBI
Penyakit "ist" dan "isme"
"Ist" ialah akhiran kata, beralasan bahasa asing
seperti juga "isme". "Ist" mengartikan seseorang, sebagai
pengikut orang yang berarti, umumnya dalam dunia berpikir. Jadi marxist, ialah
pengikutnya Marx. "Isme" ialah paham, sebagia buah pikiran, seseorang
ahli pikir. Budhisme umpamanya, ialah buah pikiran ahli pikir Hindustan dimasa
dahulu, bernama Budha. "Socialisme" banyak coraknya, tetapi yang
dinamai "scientific-socialisme", atau socialisme menurut ilmu pasti
dibentuk oleh marx dan teman pembentuknya Engels.
Sesuatu "isme" itu tentulah dibentuk pada
"satu masa", dalam "suasana dan keadaan tertentu" dengan
memakai "cara berpikir yang tertentu" serta "wujud dan penjuru
penilik yang pasti" pula. Buhisme diatas dibentuk oleh gautama Budha +
2500 tahun lampau dalam masyarakat pertanian dan pertukangan yang sederhana dan
agak tentram dengan cara berpikir logika berdasrakan idealisme dengan wujud
melenyapkan kasta Hindu buat sama-rata diantara Rakyat dimasa itu.
Socialisme, bentukan marx-Engels, timbul + 100 tahun lampau
dalam masyarakat kapitalisme muda, tetapi bergelora dengan cara berpikir
dialektis berdasrakan kebendaan (materialisme) dengan wujud melenyapkan kelas
borjuis menunju masyarakat sama-rata diantara kaum pekerja seluruh runia.
Banyak sekali bahanya mengakui diri "ist" yang
sebenarnya dan mengandung "isme" tulen, sambil menuduh orang lain,s
ebagai "ist" palsu dan pengikut " isme" lancung. Apalagi
kalau masa revolusi dalam iklim yang termasyur panas dalam segala-gala dan
dalam masyarakat yang emngandung 93% buta huruf kita ini.
Banyak orang yang tak bisa membedakan "cara
berfikir" (methode) dan buah (hasil) berpikir. Seorang guru yang
mengajarkan "cara" menjelaskan satu persoalan (perhitungan) mungkin
salah perhitungannya sedangkan muridnya mungkin benar. Mungkin si Guru tadi
"silap", karena terburu-buru, salah baca dll, sedangkan
"cara" (methode) menghitungnya sudah tentu benar. Demikian pula tak
akan mustahil kalau sekiranya "perhitungan" Marx sendiri-yang manusia
juga-dalam politik, ekonomi dll silap, karena belum nyata semua bukti plitik,
ekonmi dll dimasa hidupnya itu. Meskipun begitu Marx tetap "guru"
dalam sebenarnya dalam "cara" berpikir "dialektika-materilaistis"
itu. Dalam hal banding-membanding perhitungan poitik, ekonomi dll. Di Indonesia
dengan paham marx 100 tahun yang lampau orang mesti berlaku awas sekali.
Janganlah dilupakan, bahwa suasana dan keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan
masyarakat eropa dahulu dan sekarang berlainan dengan keadaan di Indonesia
sekarang. Lagi pula kalau membawa-bawa Kutzkisme, Leninisme, Stalinisme,
Trotzkyisme ke Indonesia ini, janganlah ditelan paham, perhitungan atau sikap
mereka itu bulat mentah begitu saja.
Karena paham perhitungan atau sikap mereka itu adalah hasil
perhitungan politik, eknomi, kebudayaan yang bersejarah berlainan dari pada
Indonesia kita dialam panas ini. Akhirnya kalau meraba-raba pertikaian diantara
salah satu isme diatas dengan salah satu lainnya, janganlah lupa mengemukakan
suasana persoalan mereka itu dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.
Kalu tidak begitu, maka kekacauan yang akan ditimbulkan oleh pengertian
setengah-setengah itu lebih besar dari pada tiada memajukan isme dan pertikaian
isme itu sama sekali. Jarang orang bisa menduga kurban bisikan palsu saja dalam
masyarkat yang mengandung 93% buta huruf ini. Yang beruntung tentulah musuh!.
Lebih baik pakai saja "methode"nya Marx berpikir
serta syarat penting dalam socialisme, buat dilaksanakan atas bahan politik,
ekonomi, kebudayaan, sejarah dan jiwa revolusioner Rakyat Indonesia sekarang
ini menentang imperlialisme, buat mewujudkan masyarkat yang cocok dengan
kekuatan lahir batin Rakyat Indonesia dalam suasana internasional yang
bergelora ini. Kalau hasil perhitungan kita itu disetujui dan dijalankan oleh
Rakyat Indoensia, maka hal itu adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa
perhitungan tiada salah tak berapa salahnya. "The proof of the pudding is
in the eatting", pengalaman itulah guru yang sebaik-baiknya.
Ekonomi
Dilain tempat sudah dilakukan kupasan tentangan watak dan
daerah kapital internasional di Idnoensia sebelumnya Belanda menyerah kepada
Jepang dibulan Maret 1942. sepintas lalu perlu dituliskan disini beberapa hal
yang berhubungan dengan hal yang tersebut sebagai "gelang penyambung"
saja dalam "ratai karangan" kami ini.
Perusahaan Indonesia dijaman Belanda ialah perindustrian dan
pertanian bahan mentah dan barang mewah. Bahan mentah dan bahan mewah itu
tiadalah diadakan buat Rakyat Indonesia melainkan buat diperdagangkan oleh
Belanda dengan negara yang membutuhi. Barang mewah, seperti teh, kopi, gula
tembakau dll. Sebagian besar dipakai oleh Belanda sendiri di Negeri Belanda,
sebagia kecil oleh Rakyat Indoensia, tetapi sebagian besar untuk diperdagngkan
kesemua penjuru dunia. Barang bahan seperti kapok, getah, kopra, sisal,
palm-alie dl. Sebagian besar pula buat diperdagangkan. Hasil tambang seperti
minyak tanah, arang, timah, bauxite, emas, dan intan sebagian kecil sekali di
perdagangkan oleh Belanda keluar negeri.
Hampir semua mesin buat pabrik gula, teh, kopi, padi, kina,
kopra dll, mesin buat tambang minyang, arang, timah, emas dll, adalah barang
yang bukan dibikin oleh belanda baik di Indonesia ataupun dinegeri Belanda,
melainkan barang yang dibeli oleh pedagang Belanda dari Inggris, Germania dll.
Seperti negeri Belanda sendiri, maka Indoensia bukanlah negeri tempatnya
perindustrian berat, ialah tempatnya "mesin pembikin mesin" atau
tempatnya "mesin ibu". Bukan karena tak ada bahan buat membikin
mesin, seperti besi dan campurannya bauxite, allumunium dll, atau bukan pula
karena tak ada modal, tenaga atupun pasar dalam negeri, tetapi pertama sekali
berhubungan dengan kecakapan dan semangatnya si penajjah Belanda, sebagia
penduduk negara pertanian dan pedagang. Kedua berhubungan dengan terikatnya
Belanda dalam hal ekonomi, politik, dan diplomasi kepada iNrggis, tuan
besarnya, dengan menimbulkan persaingan membikin berbagai-bagai mesin di
Indonesia ini. Apalagi kalau Belanda itu mendapat perintah halus (pas op hoor!)
dari Inggris "majikanya", supaya jangan sekali-kali berlaku demikian.
Kapital Internasional di Indonesia ini berpusat pada
Anglo-Dutch, Inggris-Belanda. Dalam perusahaan "mengerok" minyak
tanah dari pangkuan bumi kita, seperti BPM yang termasyur itu, Inggris
menanamkan modal 40% dan Belanda 60%. Ini belum berapa hebat eratnya ikatan
Inggris kelehrnya kapitalist Belanda di Indonesia yang oleh dunia luar dikenal
sebagai "Dustch-Est-Indies (Hindia Belanda). Kalau dikaji pula dalam-dalam
artinya "perjanjian" Anglo-Dutch tentangan "getah dan
timah" di Mlaya dan "getah dan timah" di Indonesia buat
mengendalikan pasar di dunia dan artinya Singapura buat export dan import
keluar dan ke dalam Indonesia ini, maka dibelakang tanda nama (naambord)
"Dutch-Indies: itu sebenarnya tertulis "Anglo-Dutch-Indies".
Disekitarnya kapital "Anglo-Dutch" itulah terdapat
kapital Amerika, Amerika, Tiongkok, Perancis, Jepang dan sebagainya.
Sudah diketahui, bahwa "untung" modal Belanda di
Indonesia dipukul rata F 500.000.000 (uang lama) setahun. Sedangkan begrooting
(anggaran-uang) negara pukul ratanya belum lagi F 400.000.000. dalam hal ini
sudah termasuk pula pensiun pegawai Belanda. Untung F 500.000.000 ditambah
sebagian dari F 400.000.000 terus mengalir kenegeri Belanda.uang itu
ditabungkan atau dibungakan dengan jalan memindahkannya ke Amerika, Germania
atau lain tempat. Sisanya uang tadi dipakai buat spekulasi dipasar (beurs) di
Amsterdam dan di Rotterdam. Kalau sebagian saja uang F 500.000.000 itu dipakai
buat "industrialisasi" di Indonesia, sudah lama Indonesia mempunyai
industri enteng dan berat cukup buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia
setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya. Tetapi kemakmuran Indonesia itu harus
cukup digambarkan oleh Departemen Ekonomi dengan hasil perhitungan Huender.
Menurut perhitungan itu, maka pencarian si "inlander" Cuma sebenggol
sehari. Si Belanda lain memutar-mutar "kecelakaan" "si
"inalnder" ini menjadi "kebahagiaan" dengan mengatakan:
bahwa si "inlander" bisa hidup dengan sebenggol sehari.
Perkara pertahaan Indonesia, maka pintu gerbang kita, yang
anehnya pula kebetulan dijaga oleh Jenderal Ten Poorten (di pintu gerbang) ,
dengan "batuknya" Jepang sudah dibukakan dengan tergopoh-gopoh.
Kebanggaan Belanda terhadap dunia luar atas kerendahannya
keperluan si "inlander" yang "diperlindunginya" itu,
ditambah pula dengan penghinaan atau kecerdasan bangsa Indonesia. Si Belanda
selalu dengungkan dengan lisan dan tulisan ajaran pada murid-inlander, bahwa
semua tambang, pabrik, kereta, kapal, kebun dan kantor yang dibangunkan oleh
Belanda itu memberi penghidupan dan menjamin keamanan bangsa Indonesia. Bukan
sebaliknya, bahwa semuanya itu ailah alat-perkakas pemeras tenaganya si
"inlander" buat kemakmuran dan memewahkan hidupnya si Belanda.
Didikan sekolah Belanda, propaganda surat kabar dan buku
kesusastraannya akhirnya, tetapi tak kurang pentingnya dibeberapa pulah tahun
belakangan ini",Ckristening Politik" yang dijalankan imperialisme
Belanda, mengahasilkan satu golongan bangsa Indonesia, yang karena kurang
perkataan yang lebih tepat kami sebutkan saja dengan nama baru ialah
"inaladers-alat". Diantara jenis
sejawatnya",inlanders-alat" kita ini tak taranya diseluruh dunia ini,
baikpun dijajahan ataupun dinegara merdeka. "Inlanders-alat" ini
terdapat dalam Badan pemerintah, kepolisian dan kemiliteran imperialisme
Belanda. Reserve besar dari "inlanders-alat" ini terdapat pada
golongan intelligensia, ber- atau tak bertitel.
Titel ini buat mereka "inlanders-alat" Cuma
memberi jaminan kecerdasan dalam vak yang berhubngan dengan teknik dan ilmu
yang tak bersangkutan dengan ilmu masyarakat saja. Dalam semua ilmu yang
berhubungan dengan masryakat, teristimewa politik, ekonomi mereka menunjukan
sifat mereka yang teristimewa pula sebagai "inlanders-alat". Tidak
ada diseluruh dunia ini yang lebih gampang dipakai oleh imperialisme asing buat
melakukan kemajuannya dari pada "inlanders alat" ini, ialah hasil pendidikan
sekolah Belanda dan sekolah zending yang dibantunya dengan segala
tipu-dustanya.
Sebagai alat pemerintah, maka "inlanders-alat"
mendapatkan tempat paling cocok sperti "kandang bernaung".
Seolah-olah tak ada lagi kandang yang lebih bagus buat dirinya dari pada
kandang yag dibikinkan oleh tuannya. Seakan-akan tak ada lagi nasi dan tulang
yang lebih enak dari pada nasi dan tulang yang dilemparkan tuannya kepadanya.
Telinganya siap-sedia mendengarkan perintah tuannya. Matanya tajam buat
menerkam mangsa dan bangsanya sendiri, kalau perintah datang dari
"atas" ialah dari mereka yang mnruut ilmu dan pahamnya yang memberi
pelajaran penghidupan dan perlindungan pada diri dan bangsanya. Begitu setianya
pada tuannya, sehingga pukulan yang diberikan kepadanya, dianggap sebagai hukuman
adil terhadap dirinya. Tak ada yang berat hukuman itu buat dirinya. Kalau
kadang-kadang hukuman dan pukulan itu menghilangkan kesabarannya bukanlah
karena rasa keadilan, kebangsaan, kehormatan atas diri sendiri dan kemerdekaan
sebagai manusia atau bangsa. Melainkan karena agak alam ia menunggu kesempatan,
bilmana dnegan ekor diantara kaki belakangnya ia diberi izin boleh kembali
menjilat-jilat kaki tuannya dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih
cepat dan menjalankan pertinah tuannya itu dengan lebih cepat dan kalau lebih
perlu lebih kejam dan bengis terhadap bangsanya sendiri, semata-mata buat
kesenangan tuan "ndoro"nya itu.
Imperialisme Jepang mendapatkan alat yang baik seklai
"inlanders-alat" ini, yang memang berada dalam keadaan budak yang kehilangan
tuan. Manusia yang bisa menerima perintah semacam ini sudahlah tentu menderita
kesengsaraan dan membutuhkan "tuan". Sedikit saja lagi usaha yang
perlu dilakukan oleh tuan baru, yang menggelari dirinya
"saudara-tua". Beri makan secukupnya pada "inlanders-alat"
yang ditinggalkan tuannya tadi dan tukar saja perkataan "bevel"
(perintah) dengan kata "merei", sendirinya jawab
"inlanders-aat" yang dulu berbunyi "ja-meneer" bertukar
"hai", semua pekerjaan sebagai alatnya imperialisme asing akan
berjalan terus.
Jepang tak mempunyai sumber minya di negerinya. Perlu minyak
dari Indonesia. Tak mempunyai besi cukup. Sudah lama besi itu didatangkan dari
Malaya dan Tiongkok Jepang tahu pula bahwa Borneo, Sulawesi, dan Sumatera
banyak mengandung logam besi. Jepang tak mempunyai timah, bauxite, getah,
makanan dll. Semuanya ada di Indonesia. Ringkasnya Jepang paling miskin
tentangan bahan buat makanan dan industri-berat, tetapi sebaliknya paling kaya
tentangan nafsu mengangkani seluruh dunia dan menempeleng serta membagero-kan
siapa yang tak setuju dengan maksudnya.
Saudara tua kita juga amat insyaf, bahwa kalau Indonesia
diangkat menjadi negara industri-berat, lambat laun, kekuasaan akan pindah dari
negara Jepang, yang miskin itu ke Indonesia, apalagi kalau Indonesia di
merdekakan! Barang bahan penting buat industri-berat mesti diangkat ke Jepang
5000 km jauhnya dari Indonesia. Di Jepang mesti terpusat industri berat.
Sendirinya di Jepang akan terpusat kepandaian buat teknik, kimia dan ilmu
lainnya. Indonesia mesti terus ditekan sebagai engara perusahaan bahan mentah
dan pertanian buat makanan. Sedikit saja Indonesia meningkat ke industri berat,
Jepang emsti kalah oleh Indonesia, karena semua bahan berada di Indonesia. Jadi
Indonesia mesti tetap ditekan, tinggal tetap negara bahan mentah dan pertanian.
Politik pendidikan dan kebudayaan Indonesia mesti di cocokan dengan kedudukanya
sebagai "negara-alat" dalam "Asia-Timur-Raya", ialah alat
pula buat mengangkangi seluruh Asia dan akhirnya seluruh dunia menurut
Rencana-Tanaka.
Sudah siap "inlanders-alat" para peminpin rakyat
dan intelligensia sebagai reserve, buat menjalankan administrasi,
perindustrian, pertanian Indonesia, warisan dari Imperialisme Belanda, buat
dipakai oleh imperialisme Jepang menegakkan "Asia-Timur-Raya" tadi.
Pamong Pradja, Tyuuo-Sngi-In, Para Kakka made in Japan, Pemimpin Besar, Tangah
dan Kecil atas "Panca Darma", semuanya "Kirei" berdiri
mendengar "Komando" dari Tenno-Heika di Tokyo.
Puluan ribu pemuda dilatih sebagi heiho, pembantu serdadu
Jepang, dikirimkan kesemua pulau di Indonesia, bahkan juga ke Birma dan Siam
buat "orang suci" di Asia Timur Raya. Para "Kakka"
Indoensia memihak kepada Jepang, bukan karena persoalan kalah-menang, melainkan
karena Jepang berada pada "kebenaran, keadilan, dan kesucian"………katanya.
Diketahui sekarang, bahwa 3 atau 4 juta "romusha"
mati karena memang kekurangan pakaian, tempat tinggal, obat-obatan dan makanan.
Mereka (biasanya diculik) dikerahkan buat meninggalkan desa, pekerjaan dan akan
isteri, menggali lubang pertahanan militer, lapangan terbang dll. Keperluan
militer dimana-mana.
Buat membalas "jasa" Jepang menetapkan Indonesia
negara pertanian, dan perusahaan bahan semata-mata, dengan memeras keringat,
dan darah putera-puteri (pelayan Indonesia) maka ada pula kakka yang setuju
dengan penyerahan Eklatan dan Pahang kepada Siam, dan Semenangjung Melayu,
Borneo Utara dan ……….Shonanto, Yakni pesat strategi seluruhnya Indonesia
bersama Birma, Siam Annam dan Filipina …………..kepada militerisme Jepang.
"Inlanders-alat" tetapi konsequent dengan watak
dan sejarahnya sebagai alat imperialisme asing.
INDONESIA KELUAR
Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar
umumnya dalam garis besarnya tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia
tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang berhubungan dengan pertentangan
socialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah (the haves) dan
Yang-Ingin=menjajah (the haves not), pertentangan si Penjajah dan si Terjajah,s
erta akhirnya pertanyaan "Hari Depannya", UNO. Tetapi beberapa
persamaan dunia Indonesia dengan dunia luar itu tiadalah boleh menyesatkan kita
ke daerah cara berpikir yang sering disebut dengan cara "mekanis",
ialah cara jalannya mesin yang tak berotak itu. Karena persoalan ini atau itu
dipecahkan diluar Indonesia dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti
dipecahkan di Indonesia dnegan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan
beberapa perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di
Indonesia ini (het stellen van het probleem) dan cara (metode) yang
dipakai buat memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil pemecahan itu yang
terpenting. Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti diperhatikan,
tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh
dilupakan, bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa menjadi
perbedaan besar (quantity menjadi quality, perbedaan banyak bertukar menjadi
perbedaan sifat). Buat membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itu di
Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan berpikir dan keberanian. Keberanian dan
kemerdekaan berpikir dalma hal membentuk persoalan dan memecahkan persoalan
itulah yang membawa LENIN kepada SISTEM baru kepada hasil perhitungan dalam hal
organisasi dan taktik strategy. Kalau Lenin meng-aminkan, meng-inggihkan saja
apa yang dimajukan oleh Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal
taktik stategy, dan mengapalkan saja pendapat kautsky & Co di Eropa Barat
dengan tiada memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eroap Barat, maka Rusia tak
akan sampai meningkat kemasa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun,
perkebunan kollektif dll. Lenin dan para kawannya tak akan bisa lebih jauh
berpikir dan bertindak dari kaum Mensyewiki atau social revolusioner. Dengan
memakai cara berpikir Dialektis Materialisme dan memperhatikan dasar komunisme
dalam garis besarnya, mungkin sekali Indonesia akan mengdapatkan SISTEM yang
berlain rupa dengan Negara Luar, meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam
hal Organisasi, Taktik dan Strategy.
Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dnegan Dunai
Luar, seperti tersebut pada permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan
boleh diperpendek saja.
DIPLOMASI dan DIPLOMAT
Diplomasi Indonesia semenjak hampir 10 bulan ini sudah
sangat erlibat dalam "perhitungan" banwa imperialisme Inggris itu
bisa di pisahkan (di-isolir) dari pada imperialisme Belanda dan ditumbukkan
kepada imperialisme Belanda. Berdasarkan perhitungan ini, maka dianggap amat
untunglah si Diplomat kita, yang berichtiar mengadu-dombakan Ingrgis dengan
Belana. Dengan demikian diharapkan paling sedikitnya si Ingrgis akan memusuhi
si Belanda dan Indonesia mendapatkan kesmpatan buat mempersiapkan diri. Tetapi
nyatalah sekarang, bahwa sudah berbulan-bulan berdiplomasi hasil yang
sebenarnya dari pada "perhitungan" ini ialah: Pada satu pihak Inggris
menyerahkan Surabaya, Semarang, bandung dllkepada Belanda yang dikeluarkannya
dari kantongnya dan memintakan daerah antara Ci Sedane dan Ci Tarum buat
dipakai si Belanda sebagai batu-peloncat buat menjajah Indonesia kembali, permintaan
mana katanya dikabulkan oleh para pembesar Indonesia. Pada lian pihak
pergerakan revolusioner ditindas keras (Kongres "Persatuan
Perjuangan" 17 Maret di Madiun) serta badan pemerintahan dan ketentaraan
hendak dipindahkan kepada kaum-jinak (moderate). Pengharapan palus masuk
kedalam kalbu segolongan bangsa Indonesia. Hal ini berakibat melemahkan
semangat Rakyat disamping Balanda mempersiapkan diri. Seandainya si Diplomat
kita berpikir dan berlaku jujur, maka disinlah kita mendapat contoh yang tepat,
yang menggambarkan perbedaan antara memahamkan sesuatu teori dengan mengapalkan
saja teori itu. Pula mengambarkan perbedaan melaksanakan teori itu dengan
mempelajari sungguh-sungguh keadaan di tempat melaksanakannya
dengan meniru-niru saja pengelaksanaan teori tadi di lain tempat dan di lain
tempo: perbedaan pengelaksanaan secara dialektis dengan pengelaksanaan secara
mekains seperti mesin.
Teori devide-et-empire, mengadu-dombakan bangsa contra
bangsa ataupun golongan melawan golongan memangnya dalam dipahamkan serta jitu
dilaksanakan oleh Kerajaan Romawi dijaman kuno dan oleh Inggris dan Belanda
lebih dari 300 tahun dibelakangan ini. Tetapi janganlah dilupakan
"machtsfaktor" (faktor kekuasaan) yang dipakai dengan perhitungan
disampingnya atau dibelakangnya pengelaksanaan politik mengadu-dombakan itu.
Dan apakah faktor kekuasaan yang ada lahir dan batin di Indonesia cukup
dinekal, disusun, dan dipakai oleh si Diplomat Indonesia?
Adakah gerakan tentara atau gerakan Murba yang diatur dan di
pakai dengan "perhitungan" membantu gerakan "lidah"
sidiplomat?
Sumber : http://www.tanmalaka.estranky.cz/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar