Adsense

Pages - Menu

Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Desember 2012

Kabut dan Asap

Entah apa yang salah dengan negara ini
Ingin rasanya terlahir lebih cepat
Agar bisa kembali memutar waktu
Berkenalan dengan para pendahulu
Para pejuang yang telah membentuk tanah air

Melihat kejadian yang tak kunjung damai
Kobaran balas dendam pemecah persatuan
Harta dan tahta menjadi rebutan
Tak tau salah atau benar demi tujuan
Merupakan asap yang menyesakkan dada ini

Memang benar amanat yang ditinggalkan
Dulu musuhmu adalah orang jauh
Namun sekarang saudara setanah airku
Haruskah kami tiup kabut ini
Agar terlihat jelas kebenaran yang mati

Selama ini tertipu dengan ajaran yang kabur
Peninggalan para penguasa licik
Angin tidak akan berhembus
Jika hanya berdiam di dalam hutan
Dakilah gunung menjulang agar kabut terlihat jelas

Kan terlihat matahari bersinar terang

BR, Kost Pringgodhani

Kamis, 15 November 2012

Tameng Ibu Pertiwi

Ibu Pertiwi ku tanah lahir
Tiada daya ku menggapainya
Ingin ku kembali kesana
Namun pahit kenyataan
Ayah ku korban licik penguasa
imbas ke garis keturunannya
namun hanya keluarga ini
yang harus menerima kekejaman
para pendahulu yang telah rapuh
Menunggu hingga kini silih berganti
tiada lahir jalan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi
Sempat cahaya terang hadir
dari tangan "Ireng"
Namun tiada dukungan kawan
Akankah terus menunggu
tangan siapa yang mau menarik Kami
kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi
untuk kepastian masa kini dan masa depan.



Harapan yg sudah berpuluh-puluh tahun untuk kembali ke Tanah Ibu Pertiwi sebagai korban politik di masa silam sempat tiba sebuah titik terang. haru dan air mata tak mampu terbendung dengan kabar angin tersebut, namun langkah untuk menyelesaikan itu tidak bergaung. Pemimpin silih berganti yg melahirkan kebijakan konstruktif pencari kebenaran dan rekonsiliasi untuk menyembuhkan luka sejarah dan politik yang sudah berlangsung lama hanya sebatas keinginan saja dan semata berhujung kekecewaan.


Review Buku Ibarruri " Putri Alam"
BR, Yogyakarta

Kamis, 25 Oktober 2012

Idul Adha 1433 H

Engkau berikan kebahagiaan hidup
Sujud syukur atas nikmatMu padaku
Namun Engkau meminta kebahagiaan itu
Disaat langit ku bercahaya gemilang
Bagaikan hujan yang dingin
disertai dengan tiupan badai
Menghapus senyum gembira hati
Sebagai ujian bagi keikhlasan jiwa
Kekuatan cinta yang tulus
Tercipta tumbuh dalam jiwanya
Cinta pada buah hati ismail
Kepatuhan dalam dirinya
Bersinar kerelaan Ibrahim
Wujud cinta kepada Sang Khalik
Langit bercahaya saat malam bersenandung
Lebaran qurban alunan umat dalam ihram
Keikhlasan, Kerelaan, Kepatuhan dan pengorbananmu
Sebagai teladan abadi sepanjang masa
Dalam meraih keberkahan dari Sang Pencipta

Yogyakarta Idul Adha 1433 H
BR


Sabtu, 21 Juli 2012

Bulan Ramadhan


Pertanda datangnya engkau
Terlihat 2 derajat di langit putih
Alam menyampaikan padamu
Pertanda awal kaki melangkah
Di bulan yang suci

Bulan suci yang penuh hikmah
Bulan suci yang penuh barokah
Bulan suci yang penuh ampunan
Bulan suci yang penuh senyuman

Ialah bulan suci ramadhan

Andai 12 bulan menjadi ramadhan
Alam seisinya menjadi damai dan tentram

Gunung-gunung berseru
Pohon-pohon bersujud
Burung-burung bertasbih
Ikan-ikan bershalawat

Satu umat bergembira
Karena engkau telah tiba
Teriring lantunan do’a
Lewat syair-syair nada
BR
Banjarmasin, 1 Ramadhan 1433 H

Sabtu, 07 Juli 2012

Pesan yang tertinggal

Hari Sabtu pagi terlihat suasana di dalam asrama putra tampak ramai tidak seperti hari-hari biasanya, yahhhh, hari yang ditunggu-tunggu kami sebagai siswa-siswi SMA Unggulan Tenggarong, dimana setiap siswanya wajib tinggal di asrama baik putra dan putri. Ijin Bermalam atau IB singkatannya itulah yang kami dapatkan setiap akhir pekan. Keluar dari asrama untuk kembali pulang ke rumah dan menikmati liburan bersama keluarga atau teman-teman di luar satu sekolah. IB setiap sabtu pagi dan kembali lagi ke asrama minggu sore.
Aku lihat beberapa temanku yang ingin IB sudah sibuk menyiapkan perlengkapan mereka untuk pulang kerumah, pakaian kotor selama 1 minggu pun akhirnya keluar dari keranjang mereka untuk di bawa pulang dan dicuci di rumah mereka masing-masing. Mereka yang IB itu para murid-murid yang berdomilisi di Tenggarong, rumah mereka berada di sekitar Tenggarong yang tidak jauh dari lokasi sekolahku. Namun ada juga yang tidak IB di karenakan rumah mereka yang berada di luar kota dari Tenggarong, mereka yang tidak IB biasanya hanya tetap tinggal di asrama, sesekali keluar asrama untuk pergi jalan-jalan di kota Tenggarong. Nasib mereka yang ingin bersekolah ke luar kota jauh dari rumah tempat tinggalnya. Sekalipun mereka harus pulang ke rumah mereka itu karena uang saku yang sudah hamir habis dan harus kembali pulang agar dapat uang saku tambahan lagi.
Aku bersyukur rumahku berada di Tenggarong yang berjarak kurang lebih 5 kilo dari rumah ke sekolah. Namun entah kenapa aku tidak bersemangat untuk pulang IB ke rumah hari ini, hatiku mengatakan jangan pulang ke rumah sebaiknya pergi ketempat lain saja. Dalam benakku akhir pekan minggu yang lalu aku sudah IB dan pulang ke rumah, jadi tidak masalahjika tidak pulang di minggu ini.  Aku pun mengikuti kata hati ini, namun di sisi lain aku juga tidak menginginkan hanya berada di asrama selama akhir pekan ini, aku ingin pergi bermain keluar tidak hanya berada di asrama. Akhirnya aku putuskan untuk ikut ke rumah teman seasramaku yang kebetulan dia IB untuk pulang kerumahnya di Kota Samarinda, Ibu kota Provinsi Kaltim.
Tidak terasa asrama putra tampak mulai sepi, satu persatu para penghuni asrama putra ini berpamitan karena jemputan dari orang tua mereka sudah tiba di sekolah. Hanya tersisa mereka yang tidak IB, tampak mereka bersantai-santai di asrama menikmati kondisi dan suasana asrama yang sepi tidak dipenuhi dengan orang-orang yang lalu lalang, suara-suara teriakan dari ujung sudut, depan dan belakang sisi asrama seperti hari-hari biasanya ketika tidak IB. aku pun bersiap-siap untuk meninggalkan asrama sejenak menikmati akhir pekan minggu ini dengan pergi ke luar kota ikut bersama temanku untuk pulang ke rumahnya.
Akhirnya aku turut mengikuti kata hatiku dengan tidak pulang ke rumah, sesampainya di Samarinda aku merasakan sedikit kebebasan untuk melakukan apapun yang di asrama penuh dengan aturan-aturan yang ketat, mulai dari piket asrama, piket makan, piket kelas dan aturan-aturan lainnya yang di buat oleh Pembina kedisiplinan selama berada di asrama. Aku pun mulai merencanakan mau kemana nanti malam bersama dengan temanku ini. Kami putuskan untuk berkeliling kota Samarinda sambil menikmati keramaiannya.
Malampun tiba, aku bersama temanku sudah bersiap-siap untuk pergi jalan menikmati kota Samarinda di malam hari, dan kebetulan ini juga kan malam minggu pasti ramai sekali Ibu kota Kaltim. Aku yang masih berumur 17 tahun saat itu merupakan waktu beranjak dewasanya seseorang untuk mencari jati diri, mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan ketika masih kecil. Yahhhhhh,,, Samarinda dipenuhi dengan aktivitas remaja-remaja SMA yang turut meramaikan gemerlapnya kota Samarinda di malam hari. Aku lihat banyak para remaja yang berpasang-pasangan sambil mengendarai motor mereka hanya untuk sekedar menikmati suasana malam minggu ini. Tidak terkecuali hanya aku dan temanku yang sejenis yaitu kami para lelaki pemuda harapan bangsa… “heheheeeeeee, sedikit bercanda”. Aku pun menikmati malam minggu itu dengan perasaan senang tanpa ada rasa khawatir sedikitpun kenapa hatiku menuntun untuk tidak pulang ke rumah. Akhirnya malam itu pun ku lewati dengan ramainya suasana malam di Samarinda.
Esok harinya aku terbangun oleh panggilan suara temanku yang sengaja membangunkan ku, entah kenapa dia membangunkanku dengan suara yang halus padahal biasanya saat di asrama cara membangunkan kami yaitu dengan teriakan-teriakan yang keras bahkan kalo tidak bangun juga di bantu sedikit dengan cipratan air. Akhhhhhhh, aku pikir ini kan bukan di asrama, namun yang menjadi pertanyaan kenapa dia membangunkanku sepagi ini, saat jam masih menunjukkan ke angka 5. aku bangun secara perlahan dan membuka mata serambi mengumpulkan kembali jiwa yang masih setengah sadar.
Ternyata temanku juga terbangun karena telepon rumahnya yang berdering berkali-kali, dia mendapatkan panggilan telepon dari tantenya yang berada di Tenggarong, tantenya memberitahukan kabar agar segera kembali ke Tenggarong untuk mengantarkanku pulang ke rumah. Kemudian dia memberitahukan ku bahwa kabar itu untuk aku, dia memberitahukan bahwa kita pulang ke Tenggarong subuh ini juga. Aku yang belum sepenuhnya sadar masih merasakan kantuk segera bersiap-siap, tanpa bertanya kenapa kita kembali sepagi ini. Namun akhirnya dia memberitahukan bahwa terjadi sesuatu di rumahku. Tantenya memberitahukan bahwa keluarga ku mencari dari kemarin siang akhirnya baru dapat info ternyata aku pergi ke Samarinda. Dengan suara yang rendah dia mengatakan bahwa “Ayahmu Meninggal Dunia”. Aku merasakan aliran darahku terhenti setelah mendengar berita itu, tubuhku serasa tidak berenergi dan kaki ku pun seperti tidak mampu untuk menopang lagi badanku ini. Sesegera mungkin temanku itu mengendarai motornya untuk kembali ke Tenggarong dan mengantarkan ku ke rumah.  
Setibanya di rumah aku pun segera bergabung dengan ibu dan 2 adekku, para keluarga besar dari ayahku pun sudah berkumpul di rumahku sejak malam kemarin, dimana aku masih berada di Samarinda waktu itu. Ternyata orang-orang yang ada di rumahku sebelumnya sudah sibuk mencari aku, mendatangi ke asrama, bertanya dengan teman-temanku hingga tau aku ternyata pergi ke Samarinda. Tidak ada pembicaraan sedikitpun yang keluar dari mulutku ataupun dari ibu serta keluarga besar ayahku terkait meninggalnya ayahku. Saat aku tiba di rumahku, para saudara-saudara ayahku pun telah sibuk dengan prosesi sebelum pemakaman untuk orang yang sudah meninggal dunia. Aku pun segera bergabung untuk membantu, tiada banyak yang bisa ku lakukan waktu itu, hanya turut serta dalam memandikan, mensholatkan, dan menguburkan jasadNya, Kemudian selesailah seluruh proses pemakaman itu.
Rasa sedih menyelimutiku saat itu, tiada yang dapat membendungnya, air mata ini terus mengalir, siapa yang tidak sedih di dunia ini jika harus di tinggalkan seorang ayah yang sudah merawat dan mendidik anaknya hingga tumbuh besar. Jangankan seorang ayah, seorang wanita yang menjadi pacarpun jika dia pergi  memutuskan hubungannya bagi seorang pria pun bisa 7 hari 7 malam berduka cita. Tetapi aku teringat dengan pelajaran agama islam di sekolah, bahwa setiap yang hidup itu pasti akan meninggal. Aku pasrah karena itu sudah ketentuan yang Maha Kuasa, namun rasa kesal pun berkecimuk di hatiku, kenapa aku harus mengikuti kata hatiku itu, yang melarangku untuk tidak pulang ke rumah secepatnya. Yahhh,,,, bagi sebagian orang mengikuti kata hati itu adalah petunjuk yang baik. Tapi kenapa kenyataannya tidak seperti itu, penyesalan pun mulai mengakar di kepalaku, aku tidak tau harus menyalahkan siapa atas kejadian ini.
aku merasa kehilangan yang berat dalam hidup ini, tapi aku berpikir bahwa ibuku pun pasti merasakan hal yang lebih hebat lagi dari sedih yang kurasakan ini. Ibu ku memberitahukan bahwa sebelumnya ayahku sudah masuk rumah sakit selama 1 minggu, namun pesan dari ayah untuk tidak memberitahukan berita itu kepadaku. Dia takut mengganggu pelajaran di sekolahku, dia berpesan kepada ibuku untuk menyampaikan amanah agar aku terus sekolah yang tinggi. Pesen ayahku itu ternyata aku tafsirkan sebagai isyarat dari hatiku yang melarang aku untuk tidak pulang ke rumah. Ayahku 1 minggu berada di rumah sakit, dan kebetulan hari sabtu dia pengen kembali ke rumah. Dia merasa tidak nyaman berada di rumah sakit terus. Hari sabtu itu juga aku yang harusnya mempunyai waktu untuk pulang ke rumah namun tidak aku manfaatkan. aku merasa berdosa sekali saat tau di akhir hayatnya seluruh keluarga besar yang ada di Kalimantan itu sudah berkumpul dan hadir di saat detik-detik hembusan napas terakhir ayahku. Kenapa cuma aku yang tidak di perbolehkan hadir? apakah memang sudah takdirnya agar aku tidak berada di samping ayahku? Apa salahku hingga di takdirkan seperti ini?.
Sampai detik ini bagiku itu merupakan kesalahan terbesar semasa hidupku, namun kita harus percaya bahwa di setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Yaaaa… selama ini aku terus hidup dengan hikmah itu, pesan dari ayahku merupakan cambukkan semangat untuk terus belajar dalam kondisi apapun. Kejadian itu membuat aku mengerti akan arti dari hidup, tujuan hidup di dunia. Aku merasa memiliki jalan yang telah di bukakan untuk ku kedepannya mau menjadi seperti apa. Dia boleh pergi meninggalkan dunia ini, namun dia terus hidup di dalam hati, dalam semangat, dalam setiap langkah ku untuk terus belajar.

Itulah sedikit kisah menarik yang tiada mungkin terlupakan olehku selama bersekolah di Sma Negeri 3 Unggulan Tenggarong. Kisah ini terjadi ketika aku kelas 2 Sma. Pada hari sabtu hingga minggu. 10-11/12/2005.

Budi Rahman, Yogyakarta



Rabu, 27 Juni 2012

Pengantar HidupKu

Apa sebetulnya yang dicari dari hidup yang sekedar mampir ini??? apakah Harta benda? Tahta? Wanita? atau  Popularitas??? yaahhhhh,,,, itulah sedikit alasan untuk tujuan hidup seseorang... hidup memang terdiri dari banyak kisah-kisah. sudah banyak kisah yang kulalui dalam hidupku. aku mulai becermin, kira-kira apa yang bakal aku berikan untuk hidupku ini???? aku tahu banyak orang hebat di dunia ini mereka berkarya sekaligus memberikan kontribusi kepada khalayak.

Menjadi manusia dengan memberikan karya-karya yang bermanfaat bagi umat manusia bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan untuk kepentingan umat manusia. Sumbangsih mereka sangatlah berharga bagi umat manusia. Bahkan penuntun umat manusia Sang Nabi berpesan apa yang akan kita tinggalkan ketika kita mati, yang tertinggal hanya tiga perkara : ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, dan anak yang sholeh. seperti peribahasa Indonesia, "harimau mati meninggalkan belang; gajah mati meninggalkan gading; dan Manusia mati meninggalkan nama." lalu jika aku mati meninggalkan apa????

Aku ingin meninggalkan ilmu yang diamalkan, amal jariyah, dan anak yang sholeh. sungguh aku sangat tergiur dan gila pada ketiga hal itu. dan yang perlu diingat seperti dalam Al-qur'an bahwa "janganlah kita meninggalkan generasi yang lemah". Pesan yang wajib kita lakukan untuk perhatian dengan lingkungan tempat kita tinggal, oleh karena itu akan ku bangun Roemah Abadi sebuah pusat Ilmu pengetahuan, Sosial, Sastra, Seni dan budaya, Leadership untuk anak-anak para generasi ku nanti.

Kita sudah tahu bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. maka, aku pun suatu saat akan mati. tak ada yang bisa aku bawa. aku jelaskan maksud dan tujuanku membuat Roemah Abadi. semua boleh datang ke sini untuk belajar tanpa di pungut bayaran apa pun.

Yaaaaaaa, dengan memberikan kontribusi pada masyarakat dan lingkungan sekitar, aku merasa hidup ini ada tujuan, Hidup ini ada artinya, Hidupmu akan abadi di dunia.

Budi Rahman, Yogyakarta

Chitika